Retribusi Daerah Pendapatan Asli Daerah

kepentingan umum, 4 objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi danatau objek pajak Pusat, 5 potensinya memadai, 6 tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, 7 memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat, dan 8 menjaga kelestarian lingkungan. Jika suatu jenis pajak tidak mampu memenuhi kriteria di atas maka pemerintah daerah tidak dapat memungut pajak kepada masyarakat. Oleh sebab itu jenis pajak daerah sama pada semua daerah, kecuali retribusi yang bisa tergantung pada banyaknya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Menurut Lewis 2006, setelah desentralisasi fiskal, pemerintah daerah mengelola pajak secara tidak efisien. Biaya rata-rata dari administrasi pajak sebagai persentase dari penerimaan pajak tersebut diestimasi lebih dari 50 persen.

2. Retribusi Daerah

Selain pajak daerah, sumber pendapatan asli daerah juga meliputi retribusi atau perijinan yang diperbolehkan dalam undang-undang. Retribusi daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada mayarakat. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000. Menurut Saragih 2003, Undang-Undang No. 12 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi daerah memiliki beberapa kelemahan: 1 hasilnya kurang memadai jika dibandingkan dengan penyediaan jasa oleh daerah, 2 biaya pungutannya relatif tinggi, 3 kurang kuatnya prinsip dasar retribusi, terutama dalam hal pengenaan, penetapan, struktur, dan besar tarif, 4 beberapa retribusi pada hakekatnya bersifat pajak, karena pungutannya tidak dikaitkan secara langsung dengan pelayanan pemda kepada pembayar retribusi, 5 adanya jenis retribusi perijinan yang tidak efektif dalam usaha untuk melindungi kepentingan umum dan kelestarian lingkungan, dan 6 adanya retribusi yang mempunyai dasar pengenaan dan objek yang sama. Adanya kelemahan Undang-Undang No.12 Tahun 1957 menyebabkan perlunya diperbaharui dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah melalui Undang-Undang No. 34 Tahun 2000. Tabel 5. Objek atau Jenis Retribusi Daerah Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 No Objek atau Jenis Retribusi Daerah Prinsip atau kriteria pengenaan tarif 1. Retribusi Jasa Umum • Kebijakan daerah yang bersangkutan • Besarnya biaya penyediaan jasa yang bersangkutan • Kemampuan masyarakat • Aspek keadilan 2. Retribusi Jasa Usaha Tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak 3. Retribusi Perijinan tertentu Tujuan untuk menutup sebagianseluruh biaya penyelenggaraan ijin yang bersangkutan Sumber: Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Berdasarkan undang-undang terbaru tersebut, ada tiga jenis retribusi daerah, yaitu: 1 retribusi jasa umum, adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan, 2 retribusi jasa usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta, dan 3 retribusi perijinan tertentu, adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenis retribusi jasa umum terdiri dari: 1 retribusi pelayanan kesehatan, 2 retribusi pelayanan persampahankebersihan, 3 retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte catatan sipil, 4 retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, 5 retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, 6 retribusi pelayanan pasar, 7 retribusi pengujian kendaraan bermotor, 8 retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, 9 retribusi penggantian biaya cetak peta, dan 10 retribusi pengujian kapal perikanan. Jenis- jenis retribusi jasa usaha terdiri dari: 1 retribusi pemakaian kekayaan daerah, 2 retribusi pasar grosir danatau pertokoan, 3 retribusi tempat pelelangan, 4 retribusi terminal, 5 retribusi tempat khusus parkir, 6 retribusi tempat penginapanpesanggrahanvilla, 7 retribusi penyedotan kakus, 8 retribusi rumah potong hewan, 9 retribusi pelayanan pelabuhan kapal, 10 retribusi tempat rekreasi dan olah raga, 11 retribusi penyeberangan di atas air, 12 retribusi pengolahan limbah cair, dan 13 retribusi penjualan produksi usaha daerah. Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu terdiri dari: 1 retribusi izin mendirikan bangunan, 2 retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, 3 retribusi izin gangguan, dan 4 retribusi izin trayek. Menurut Saragih 2003, penggolongan retribusi berdasarkan Undang- Undang No. 34 Tahun 2000 tersebut memiliki konsekuensi bahwa jumlah dari jenis pelayanan yang diberikan pemerintah daerah yang dapat dipungut retribusi menjadi terbatas dan rasional sehingga pada tahap awal pelaksanaan undang- undang ini berdampak pada penurunan penerimaan retribusi daerah. Menurut Damuri et al 2003, undang-undang tersebut juga memberikan peluang pemerintah daerah untuk menetapkan retribusi yang mendistorsi pasar dan berbahaya bagi perdagangan domestik dan mengganggu investasi dan iklim bisnis di daerah. Tetapi dampak negatif ini bisa dikurangi apabila pemerintah pusat melakukan kebijakan pembatasanseleksi terhadap retribusi daerah yang dapat mengganggu perekonomian tersebut.

3. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah