II. KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Teoritis Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem
perekonomian tertutup. Pendekatan teori tersebut diawali dengan dampak perubahan pengeluaran pemerintah terhadap perpotongan Keynesian yang
berlanjut pada terbentuknya keseimbangan di pasar barangjasa dan keseimbangan di pasar uang. Keseimbangan di kedua pasar tersebut akan berinteraksi dengan
keseimbangan di pasar tenaga kerja, sehingga terbentuk kurva permintaan dan penawaran agregat yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi daerah.
2.1.1. Permintaan Agregat
Kurva permintaan agregat menggambarkan hubungan antara tingkat harga dan tingkat pendapatan. Kurva permintaan agregat terbentuk bila terjadi
keseimbangan di pasar barang dan jasa dan keseimbagan di pasar uang. Kebijakan pemerintah mempengaruhi perekonomian akan terjadi di pasar barang dan jasa,
sehingga pada penjelasan selanjutnya akan lebih membicarakan keseimbangan di pasar ini.
Keseimbangan di pasar barang dan jasa dimulai dengan model dasar yang disebut perpotongan Keynesian Keynesian cross. Model ini adalah interpretasi
paling mudah dari teori pendapatan Keynes Mankiw, 2002. Perpotongan Keynesian akan menjelaskan bagaimana konsumsi, investasi, dan pengeluaran
pemerintah mempengaruhi pendapatan. Ekuilibrium dari perpotongan Keynesian terjadi ketika pengeluaran aktual AE sama dengan pengeluaran yang
direncanakan PE. Ekuilibrium dari perpotongan Keynesian merupakan
pendapatan nasional atau produk domestik bruto PDB, pada tingkat daerah disebut dengan PDRB Teori pendapatan nasional Keynesian dalam Mankiw
2002 dituliskan kembali sebagai berikut: Y = C + I + G ........................................................................................2.1
Gambar 1 menunjukan apabila terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah G sebesar G
Δ , maka AE akan bergeser dari AE
1
ke AE
2
sehingga output akan meningkat dari Y
1
ke Y
2
. Pengganda pengeluaran pemerintah dalam Mankiw 2002 dituliskan kembali sebagai berikut:
d bt
b G
Y +
+ −
= Δ
Δ 1
1 ...............................................................................2.2
Sumber: Mankiw 2002
Gambar 1. Kurva Perpotongan Keynesian
Gambar 1 adalah kurva perpotongan keynesian yang merupakan kerangka dasar terbentuknya keseimbangan di pasar barang dan jasa. Apabila keseimbangan
di pasar barang dan jasa berinteraksi dengan keseimbangan di pasar uang, maka akan terbentuk kurva permintaan agregat AD.
2.1.2. Penawaran Agregat
Menurut Dornbusch dan Fischer 1997, kurva penawaran agregat AS menggambarkan kombinasi output dan tingkat harga sedemikian rupa sehingga
perusahaan berusaha, pada tingkat harga tertentu, menawarkan jumlah output yang tertentu atau dengan kata lain kurva penawaran agregat mencerminkan
berbagai kondisi pada pasar faktor produksi terutama pasar tenaga kerja. Teori penawaran agregat dapat dijelaskan dengan teori klasik dan teori Keynesian.
Pada kasus klasik, kurva penawaran agregat berbetuk vertikal, menunjukan bahwa berapapun tingkat harga yang berlaku, jumlah barang yang
bersedia ditawarkan tidak berubah. Kurva penawaran agregat klasik didasarkan atas asumsi bahwa pasar tenaga kerja selalu berada pada kondisi ekuilibrium
dengan penggunaan tenaga kerja penuh dari angkatan kerja. Jika seluruh angkatan kerja yang ada telah digunakan, maka output tidak dapat naik di atas tingkat yang
sekarang meskipun tingkat harga naik. Tidak ada lagi tenaga kerja yang bersedia untuk memproduksi output tambahan. Dengan demikian bentuk kurva penawaran
agregat akan menjadi vertikal pada tingkat output yang sesuai dengan penggunaan tenaga penuh dari angkatan kerja. Asumsi yang mendasari bentuk
skedul yang vertikal ini adalah bahwa pasar tenaga kerja selalu berada pada kondisi ekuilibrium karena tingkat upah akan menyesuaikan diri secara cepat guna
mempertahankan kondisi ekuilibrium.
Pada kasus keynesian, kurva penawaran agregat tidak vertikal karena tenaga kerja lambat menyesuaikan upahnya untuk mempertahankan kondisi
ekuilibrium. Pada kasus yang ekstrim, kurva penawaran agregat horisontal, hal ini menunjukan bahwa perusahaan akan bersedia menawarkan pada tingkat harga
yang ada, berapapun jumlah barang yang diminta. Gagasan yang mendasari kurva penawaran agregat Keynesian ini adalah karena terdapat pengangguran,
perusahaan dapat memperoleh tenaga kerja sebanyak yang mereka perlukan dengan upah yang berlaku sekarang. Karena itu, peningkatan biaya produksi rata-
rata mereka tidak berubah meskipun tingkat outputnya berubah.
2.1.3. Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Keseimbangan Pemintaan