Pajak Daerah Pendapatan Asli Daerah

penyempurnaan dan penyesuaian agar tidak mengganggu perekonomian. Tetapi, tetap saja terjadi pembengkakan jumlah pungutan pajak dan retribusi seperti yang dikemukakan oleh Fitrani, Hofman, and Kaiser 2005 yang mengemukakan bahwa otonomi daerah telah menciptakan banyak pemekaran daerah baru. Setiap daerah pemekaran ternyata juga menciptakan jenis pajak dan retribusi baru yang menambah jumlah daftar pajak dan retribusi baru di Indonesia.

1. Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Lahirnya Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah merupakan landasan hukum bagi pemerintah daerah dalam mengeluarkan peraturan daerah untuk memungut pajak dan retribusi di daerahnya masing-masing. Namun demikian peraturan daerah yang akan dikeluarkan pemerintah daerah tentu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, termasuk terhadap Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 yang telah diamandemen melalui Undang-Undang No. 34 Tahun 2000. Berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, ada empat jenis pajak provinsi dan tujuh jenis pajak kabupatenkota. Pajak provinsi terdiri atas: 1 pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, 2 bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, 3 pajak bahan bakar kendaraan bermotor, dan 4 pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Rincian jenis pajak provinsi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis Pajak Provinsi menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi, dan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah No Jenis Pajak Tarif Tertinggi Tarif Final 1. Pajak Kendaraan Bermotor : - Kendaraan bermotor bukan umum - Kendaraan bermotor umum - Kendaratan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar 5 1.5 1.0 0.5 2. Pajak Kendaraan di atas air 5 1.5 3. Bea balik nama kendaraan bermotor: Penyerahan pertama: a. kendaraan bermotor non umum b.kendaraan bermotor umum c. kendaraan alat-alat berat besar Penyerahan kedua dan seterusnyat: a.kendaraan bermotor non umum b.kendaraan bermotor umum c.kendaraan alat-alat berat besar Penyerahan karena warisan: a. kendaraan bermotor non umum b. kendaraan bermotor umum c. kendaraan alat-alat berat dan besar 10 10 10 3 1 1 0.3 0.1 0.1 0.03 4. Bea balik nama kendaraan di atas air: - penyerahan pertama - penyerahan kedua - penyerahan karena warisan 10 5 1 0.1 5. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5 6. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah 20 7. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air pemukaan 10 Sumber: Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 Adapun jenis pajak kabupatenkota adalah sebagai berikut: 1 pajak hotel, 2 pajak restoran, 3 pajak hiburan, 4 pajak reklame, 5 pajak penerangan jalan, 6 pajak pengambilan bahan galian golongan C ,dan 7 pajak parkir. Rincian jenis pajak kabupatenkota dapat dilihat pada Tabel 4. Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 telah menetapkan tarif pajak maksimal yang bisa dipungut oleh provinsi dan kabupatenkota. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, pemerintah menetapkan tarif final untuk jenis-jenis pajak provinsi. Tabel 4. Jenis Pajak Kabupatenkota menurut Undang-UndangTahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi, dan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah No Jenis Pajak Tarif Tertinggi 1. Pajak Hotel 10 2. Pajak Restoran 10 3. Pajak Hiburan 35 4. Pajak Reklame 25 5. Pajak Penerangan Jalan 10 6. Pajak Penggalian Bahan Galian Golongan C 20 7. Pajak Parkir 20 Sumber: Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 Selain jenis pajak daerah seperti yang disebutkan di atas, daerah melalui peraturan daerah juga dapat menetapkan jenis pajak kabupatenkota asalkan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan pajak baru adalah sebagai berikut: 1 bersifat pajak dan bukan retribusi, 2 objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupatenkota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah kabupatenkota yang bersangkutan, 3 objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum, 4 objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi danatau objek pajak Pusat, 5 potensinya memadai, 6 tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, 7 memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat, dan 8 menjaga kelestarian lingkungan. Jika suatu jenis pajak tidak mampu memenuhi kriteria di atas maka pemerintah daerah tidak dapat memungut pajak kepada masyarakat. Oleh sebab itu jenis pajak daerah sama pada semua daerah, kecuali retribusi yang bisa tergantung pada banyaknya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Menurut Lewis 2006, setelah desentralisasi fiskal, pemerintah daerah mengelola pajak secara tidak efisien. Biaya rata-rata dari administrasi pajak sebagai persentase dari penerimaan pajak tersebut diestimasi lebih dari 50 persen.

2. Retribusi Daerah