PBB, royalti atau license fee, land rent, dibidang kehutanan dan pertambangan umum serta pertambangan migas yang diberikan sebagian hasilnya kepada daerah
dengan persentase tertentu; 2 By Origin, yakni bahwa distribusi penerimaan ke daerah di dasarkan pada atau menurut asal sumber penerimaan; 3 By Formula,
yakni distribusi penerimaan ke daerah yang didasarkan kepada suatu formula tertentu atau mempertimbangkan faktor-faktor tertentu; by grant to reimburse:
artinya transfer keuangan kepada daerah untuk membiayai satu jenis pengeluaran tertentu; dan 4 By Hoc Grants, yakni transfer keuangan yang didesain oleh
pemerintah pusat yang didasarkan pada antara lain alokasi prioritas nasional atau alokasi tambahan yang ditujukan untuk tujuan tertentu untuk satu tahun anggaran
tertentu. Berdasarkan berbagai pendekatan di atas, maka pendekatan dalam
merumuskan dana perimbangan untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi adalah: by percentage of share sebagai pendekatan dalam menghitung bagi hasil
pajak dan non pajak share taxes dan non taxes, by formula sebagai pendekatan dalam menghitung dana alokasi umum block grant dan by hoc atau special grant
sebagai pendekatan dalam menghitung dana alokasi khusus special grant yang sebagian besar didasarkan atas kebutuhan khusus atau yang sifatnya sangat
mendesak.
1. Dana Bagi Hasil
Untuk mengurangi ketimpangan vertikal vertical imbalance antara pusat dan daerah dilakukan sistem bagi hasil. Pola bagi hasil ini dilakukan dengan
persentase tertentu yang didasarkan atas daerah penghasil by origin. Bagi hasil tersebut meliputi bagi hasil pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan, dan bagi hasil sumber daya alam yang terdiri dari sektor kehutanan, pertambangan umum, minyak bumi dan gas alam, dan perikanan.
Tabel 6. Proporsi Pembagian Dana Perimbangan Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya Undang-Undang No. 25 Tahun 1999
Lama Baru No. Jenis
Penerimaan Pusat
Prop Kab
Kota Pusat
Prop Semua
Kab Kota
Kab Kota
Penghasil Kab
Kota Lain
I Bagian daerah
1. Pajak bumi bangunan PBB
2. Bea perolehan atas tanah bangunan BPHTB
3. Pajak penghasilan PPh perorangan
4. SDA kehutanan: - Iuran hasil hutan IHH
- Provisi sumber daya hutan PSDH
5. SDA pertambangan
umum: - royalti 3.3 dari 13.5
batu bara + emas - landrent iuran tetap
6. SDA migas: - royalti migas
a. Minyak bumi b.
gas alam
7. Agraria 8. Royalti perikanan
- pungutan pengusaha perikanan PPP
pungutan hasil perikanan PHP
10 20
80 55
30
20 20
100 100
40
- 16.2
16 20
30 70
16 16
- -
40
- 64.8
64 -
15 -
64 64
- -
20
- 10
20 80
20 20
20 20
85 70
100
20 16.2
16 20
16 16
16 16
3 6
-
- 64.8
64 -
- -
- -
- -
-
80 -
- -
64 32
32 64
6 12
-
- -
- -
- 32
32 -
6 12
-
- II DAU
SDO dan Inpres 75
2.5 22.5
- -
III DAK Dialokasikan tergantung pada kebutuhan
Sumber: Tambunan 2001
Bagi hasil dialokasikan kepada daerah dengan persentase tertentu yang diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No.
104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001. Selanjutnya berdasarkan Undang-
Undang PPh yang baru UU No. 17 Tahun 2000, mulai Tahun Anggaran 2001 daerah memperoleh bagi hasil dari Pajak Penghasilan PPh orang pribadi
personal income tax, yaitu Pajak Penghasilan PPh Karyawan Pasal 21 serta Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pasal 2529. Ditetapkannya pajak penghasilan
Perorangan sebagai objek bagi hasil dimaksudkan sebagai kompensasi dan penyelaras bagi daerah-daerah yang tidak memiliki sumber daya alam tetapi
memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan negara. Dari Tabel 6 terlihat bahwa dana bagi hasil setelah desentralisasi fiskal
telah mempertimbangkan daerah penghasil, seperti pos iuran hasil hutan IHH, provisi sumber daya hutan PSDH, royalti dan land rent sumber daya alam
pertambangan umum, dan royalti sumber daya alam migas. Selain mempertimbangkan daerah penghasil, undang-undang yang baru ini memberikan
persentase bagi hasil yang lebih besar dari pada undang-undang sebelumnya untuk beberapa pos.
2. Dana Alokasi Umum