Ketimpangan Gender Kerangka Teori 1.

22 suka menolong sehingga pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. Pada dasarnya, pemaknaan mahasiswa dinilai sebagai tatanan orang yang berintelektual. Sedangkan santri biasanya kerap dikenal sebagai manusia yang suci dan jauh dari dosa. Dengan menggabungkan keduanya maka akan muncul manusia sempurna yang berintelektual tinggi dan bertatakrama santun Achmad Marzuki, 2012. Namun, sejauh ini penulis masih belum menemukan definisi yang secara eksplisit mendefinisikan dari dua kata mahasiswa dan santri. Namun dari beberapa artikel yang penulis tangkap makna secara sederhananya adalah, individu yang lulus dan basis pendidikannya dari pondok pesantren kemudian melanjutkan kuliah di suatu perguruan tinggi, atau individu yang kuliah di suatu perguruan tinggi sekaligus secara bersamaan menempuh pendidikan di suatu pesantren. Namun dalam konteks mahasantri yang akan menjadi objek penelitian ini, adalah siswa atau santri yang pernah mengecap pendidikan di pesantren darul ulum Banyuanyar yang kemudian melanjutkan studinya ke berbagai perguruan tinggi di Jabodetabek.

D. Organisasi

Terdapat beberapa definisi organisasi dari beberapa tokoh, J. William Schulze 1886:31 Menurutnya, organisasi adalah suatu penggabungan dari orang orang, benda-benda, alat-alat perlengkapan, 23 ruang lingkup kerja dan segala hal yang berhubungan dengannya dan disatukan dalam sebuah hubungan yang teratur dan sangat efektif untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan. Sedangkan menurut Chester I. Barnard 1886 organisasi dikemukakan dalam bukunya yang berjudul The Function of The Executive, yang berarti suatu sistem mengenai usaha usaha kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Tujuan umum organisasi menurut Barnard 1886: 34 adalah sebagai sebuah tujuan moral. Untuk menanamkan tujuan moral tersebut terhadap anggota organisasi, eksekutif harus memahaminya sebagai sebuah tugas yang mulia dan bermakna. Boulding menjelaskan pendapat Barnard dengan mengusulkan dalil bahwa bentuk hirarkis organisasi dapat secara luas diinterpretasikan sebagai suatu alat untuk menyelesaikan konflik pada setiap tingkatan hirarki, yang mengkhususkan diri dalam menyelesaikan konflik dari tingkatan yang lebih rendah. Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah di mana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terkendali, dengan memanfaatkan sumber daya dana, material, lingkungan, metode, sarana, prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan bersama. Istilah organisasi dalam konteks penelitian ini digunakan untuk melihat dan menganalisis organisasi mahasantri yaitu forum mahasiswa santri banyuanyar FKMSB di Jabodetabek terutama dalam konteks kerjasama yang mereka lakukan kaitannya dengan relasi laki-laki dan perempuan. 24 Diakui atau tidak dalam sebuah organisasi ada sistem dan budaya yang bekerja, dalam ruang demikian organisasi ini akan mejadi objek penelitian.

G. Metodologi Penelitian 1.

Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi gender. Sebagaimana dipahami bahwa sudah sejak lama, kira-kira pada tahun 1970-an pertanyaan mendasar yang muncul di kalangan aktivis perempuan terutama dalam kerangka membangun teoritisnya, ditujukan pada suatu pertanyaan mendasar, bagaimana dapat menerangkan relasi laki- laki dan perempuan terutama dapat memperjelas ketertindasan perempuan? Pertanyaan ini menjadi titik tolak di mana kerangka teori keilmuan untuk menerangkan fenomena tersebut dibangun. Dari pertanyaan tersebut muncullah teori sosial feminis dimana teori-teori sosial pada awalnya menjadi motor penggerak utama Aziz Faiz, 2015; 1. Dengan demikian, sosiologi gender telah menjadi penggerak utama untuk menjelaskan relasi dan konstruksi laki-laki dan perempuan. Karena itulah kemudian dalam konteks penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi gender dimana memang sudah sejak lama berkembang terutama di kalangan aktivis perempuan. Dan untuk mengenalisis adanya ketimpangan relasi gender dan faktor yang menyebabkan adanya ketimpangan pada mahasantri dalam FKMSB Jabodetabek ini, penulis menggunakan Gender Analysis Pathway GAP sebagai pisau analisis. 25 Adapun metode dari penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif dipilih bertujuan untuk melakukan penelitian secara mendalam mengenai permasalahan adanya ketimpangan relasi gender dalam organisasi mahasantri FKMSB Jabodetabek. Oleh karena itu, untuk mengetahui secara detail mengapa hal itu bisa terjadi serta faktor-faktor adanya ketimpangan tersebut, diperlukan wawancara mendalam kepada informan. Menurut Creswell 1998 penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dan pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang dialami Juliansyah, 2011:34. Sedangkan menurut Kirk dan Miller 1986 penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya Lexy, 2004:3. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan format deskriptif, bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut Bungin, 2003:36. 26

2. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap semua anggota mahasantri yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar FKMSB di Jabodetabek, serta masih aktif kuliah di beberapa kampus di wilayah Jabodetabek dan berasal dari semester IV ke atas, hal ini mengingat semester IV ke atas sudah banyak yang aktif di berbagai organisasi yang lain, dan tentunya sedikit banyak sudah mengetahui konsep gender. Dalam mengelompokkan dua kategori modernis dan fundamentalis yang berbeda ini, penulis melihat atas dasar pola pendidikan yang dipakai, dan pola relasi mahasiswa dalam keseharian. Walaupun disisi lain tidak membenarkan secara umum identitas dari kampus tersebut, serta tidak membenarkan secara kolektif mahasiswanya mempunyai ideologi modernis maupun fundamentalis, dalam hal ini penulis bertujuan untuk lebih memudahkan menjadi kelompok yang lebih mudah dipetakan. Kategori kampus yang masuk dalam kelompok modernis adalah UIN Ciputat, UMJ Cirendeu, Unindra Condet dan STT Ganesha Legoso, hal ini atas dasar pola pendidikan yang digunakan memadukan pendidikan umum dan agama secara proporsional, dan pola relasi mahasiswa laki-laki dan perempuan hampir memeberikan ruang yang sama dan sudah terbiasa berkumpul bersama dalam satu kelas maupun dalam beberapa aktivitas perkuliahan. Sedangkan disisi lain kelompok fundamentalis terdiri dari kampus Lipia, Al-Hikmah, An-Nuaimi dan STIE Hidayatullah, hal ini berdasarkan sistem dan pola pendidikannya masih sangat kental dengan