Manfaat Praktis Manfaat Teoritis

13 keilmuan pesantren yang responsif gender. Upaya sensitivitas ini dilakukan melalui training, pengajian santri, penerbitan buku yang berisi ide-ide islam responsif gender, serta pelayanan dan pendampingan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT yang difasilitasi oleh Women’s Crisis Center Balqis. Persamaanya dengan penelitian ini sama-sama menggunakan tema gender dan lingkup penelitiannya juga dalam konteks pesantren, metodologi penelitian yang sama-sama menggunakan metodologi kualitatif. Namun yang membedakan adalah yang satu lebih kepada sensitifitas gendernya namun penulis di sini lebih menekankan kepada faktor ketidak setaraan atau ketimpangan relasi gender. Yang objek penelitiannya lebih kepada mahasantri dalam organisasi sedangkan hasil penelitian ini lebih ke ruang lingkup para santri yang masih berada dalam pesantren. Dari berbagai hasil penelitian yang berkaitan dengan relasi ketimpangan gender dalam organisasi, baik yang berdasarkan penelitian atau beberapa hasil refleksi lainnya, peneliti melihat bahwa penelitian yang secara khusus berkaitan dengan Menelaah ketimpangan Relasi Gender Dalam Organisasi, masih belum secara khusus melihat langsung pada proses ketimpangan gender sebagaimana fokus penelitian ini. Selain hal itu, jika di lihat pada objeknya belum pula di temukan penelitian yang meneliti pada organisasi Mahasantri, khususnya Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar FKMSB terlebih penelitian secara khusus menggunakan studi kasus Organisasi FKMSB wilayah Jabodetabek masih belum ada. 14 Dengan demikian hasil penelitian ini mempunyai posisi yang berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Tentu saja hasil dari penelitian ini diharapakan selain menambah khasanah ilmu pengetahuan dan melengkapi referensi yang sudah ada, juga menjadi bahan kajian lebih baik serta menjadi bahan perbandingan yang lebih objektif dan terpercaya dalam kacamata akademik.

E. Kerangka Teori 1.

Gender Analysis Pathway GAP Dalam penelitian ini peneliti mencoba memusatkan perhatian pada ketidakadilan struktural dan sistem kultural yang disebabkan oleh konstruksi gender di kalangan mahasantri khusunya di FKMSB Jabodetabek. Untuk mengetahui hal itu, maka peneliti mencoba menggunakan pisau analisis, Gender Analysis Pathway GAP Alat untuk mengetahui kesenjangan gender dengan melihat empat aspek: Akses, peran, kontrol dan manfaat yang diperoleh laki-laki dan perempuan dalam program-program pembangunan. Dan untuk melihat ruang sosial dan kultural seperti apa ketimpangan itu terkonstruksi selama ini dan apa saja penyebab dan faktor- faktornya. Dalam hal ini menurut Moser 1993: disebabkan oleh empat faktor : akses, partisipasi, Kontrol dan pemanfaatan. Hal ini juga sejalan dengan Gender Analisys Pathway GAP bagaimana melihat potensi kesenjangan antara perempuan dan laki-laki sebagai obyek maupun sebagai