40
mengatur mengenai kepengurusan wilayah. Kongres ini berhasil memilih Ahmad Zairi Syakur Malang sebagai ketua umum FKMSB periode 2011-
2013. Sedangkan wakil ketua dipegang oleh Saiful Harir Sumenep, sekretaris umum Edy Sugianto, tetapi kemudian di ganti oleh Agus Zainuddin
Pamekasan karena alasan Edy Sugianto menikah, sementara Bendahara umum saudara Zainal Azhar Jakarta. Dan baru kemudian kongres terkahir
yaitu kongres di asrama haji sukolilo surabaya yang kemudian melahirkan sosok Syaiful Bahri FKMSB Jabodetabek sebagai ketua umum pada periode
20142015. Jika dilihat dan ditelaah dalam sejarah FKMSB sebagaimana di atas,
tampak tidak muncul nama-nama perempuan untuk memegang dan ikut mengatur jalannya organisasi ini. Sejarah organisasi FKMSB sebagaimana
penulis jelaskan diatas tampak bahwa dalam kepengurusan harianpun nama- nama perempuan belum muncul dan dicantumkan karena mereka memang
tampak belum banyak di perhitungkan padahal jumlah merekla sangat banyak. Baru kemudian pada kongres 2014 di asrama haji Surabaya para perempuan ini
semakin vokal. Sehingga kemudian pada hasil rapat kerja di Surabaya muncul nama Rohmatun FKMSB Malang sebagai bendahara umum walaupun
jabatanya tidak sampai selesai karena alasan menikah. Kemunculan nama Rohmatun dalam Kongres Surabaya karena upaya
yang sangat kuat dilakukan oleh kalangan perempuan FKMSB yang dimotori oleh Halimah Bukhori FKMSB Jabodetabek untuk mendapatkan posisi.
Mereka berjuang untuk kemudian perempuan diperlakukan khusus dengan membentuk badan otonom yang yang diberi nama HIMAH Himpunan
41
Muslimah FKMSB. Tidak berhenti sampai disitu ternyata tuntutan mereka berlanjut dengan upaya merombak ADART dan menempatkan HIMAH
sebagai badan otonom yang harus diakui secara legalitas di ADART itu sendiri. Dalam upaya berjuang akan hal ini mereka bahkan sempat melakukan
aksi walk outatau keluar dari area kongres karena usulan mereka dianggap dihalang-halangi. Mereka kaum perempuan ini tidak mau hanya berdasarkan
persetujuan kongres dan surat keputusan dari ketua umum semata, namun juga dilegalkan di ADART itu sendiri.
C. FKMSB Wilayah Jabodetabek
Perkembangan FKMSB memang sangat pesat seiring dengan semakin banyaknya alumni Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar. Pondok
pesantren tua di Pamekasan Madura ini rata-rata mengeluarkan lulusan seribu lima ratus 1500 santri putra dan putri setiap tahunnya. Namun demikian
mereka yang sudah lulus dari pondok pesantren ini tidak bisa serta merta melanjutkan kuliah atau studi mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah
lulus mereka diharuskan menjadi apa yang mereka sebut dengan guru tugas atau guru pengabdian. Mereka harus menjadi guru-guru atau ustadz-ustadz
yang dikirim oleh pondok pesantren ke setiap daerah di Indonesia, dengan durasi pengabdian selama satu tahun. Mereka banyak tersebar di selain pulau
madura dan jawa, mereka dikirim juga ke pedalaman Kalimantan, Papua dan Riau serta daerah-daerah lainnya di Indonesai untuk mengabdi mencerdaskan
anak bangsa. Pengiriman santri yang demikian oleh pondok pesantren sudah berlansung sekitar 80 delapan puluh tahun yang silam.
42
Setelah mereka menyelesaikan tugas mengabdi dan kembali ke pondok pesantren, baru kemudian mereka merancang untuk melanjutkan studi mereka
ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke perguruan tinggi. Dalam momen mereka kembali ke pondok pesantren ini, mereka sudah mulai membangun komunikasi
dengan kakak angkatan mereka yang telah terlebih dahulu berada dan melanjutkan kuliah diberbagai kota di Indonesia. Termasuk dalam hal ini di
daerah Jabodetabek Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi. Mahasiswa santri Banyuanyar di daerah ini termasuk yang terbesar karena menyebar di berbagai
kampus di empat kota sekaligus. Termasuk dalam konteks ini mahasiswa santri bagian putri yang memang lebih banyak melanjutkan kuliah ke Jabodetabek
ketimbang ke kota-kota lainnya di Indonesia. Tentu saja FKMSB dengan tujuan reaktualisasi kaum santri dan
meningkatkan nilai ukhwah di kalangan santri Banyuanyar, diamini oleh beberapa mahasiswa yang sudah terlebih dahulu kuliah di daerah Jabodetabek.
Tujuan mulia yang menginspirasi mereka untuk kemudian berencana membuat cabang FKMSB di Jobodetabek sebagaimana daerah lainnya di Indoensai
seperti Malang, Surabaya dan Yogyakarta. Dengan segenap pertimbangan pada visi dan misi organisasi berupa: Menggali potensi dan mengembangkan
pemikiran sebagai upaya penguatan wacana. Menampung, mengarahkan dan menyalurkan kepedulian santri terhadap masalah sosial. Membentuk pola
pembinaan dan pemberdayaan santri yang terpadu untuk mendukung tujuan organisasi. Menginternalisasikan nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Hal ini ingin sekali diterapkan di Jabodetabek dengan kekuatan silaturahmi dengan mempertimbangkan potensi santri yang sudah kuliah di daerah ini.
43
Karena itu para mahasantri ini berinisiatif untuk segera mendirikan organisasi secepatnya.
Jika ditelusuri berdirinya FKMSB Jabodetabek ini dimulai sejak tahun 2008 kala itu di motori oleh Holisul Ibad dan Ahmad Jufri yang pada waktu itu
kuliah di An-nuami Kebayoran lama Jakarta. Karena sesuai dengan ADART FKMSB bahwa suatu wilayah bisa membentuk cabang ketika sudah ada
anggota menimal tujuh orang, mereka segera memprosesnya. Karena,kala itu di Jakarta sudah lebih dari ketentuan tersebut namun disisi yang lain mereka
belum terbentuk cabang secara resmi. Oleh karena itu mereka berkonsultasi dengan ketua umum FKMSB Muhsin Salim yang berkantor di kota Pamekasan
sekaligus menyerahkan surat rencana mendirikan cabang FKMSB Jabodetabek. Akhirnya usulan tersebut dibawa kerapat pengurus pusat dengan disetujui
badan legislatif FKMSB maka disetujui terbentuknya pengurus cabang tersebut dan dibentuk pengurus sementara yang diketuai oleh Khulisul Ibad sendiri.
Sebagaimana aturan ADART organisasi, cabang baru boleh dibentuk atas persetujuan ketua umun dan badan legislatif namun hanya sah dan secara resmi
dikenakan kewajiban organisasi hanya setelah disahkan di Kongres. Oleh karena itu, FKMSB Jabodetabek disahkan pada Kongres tahun 2009.
Dengan terbentuknya organisasi FKMSB secara resmi di Jabodetabek maka mereka membuat rencana kerja yang salah satunya adalah sosialisasi
mengenai kampus-kampus di Jabodetabek ke pondok pesantren Banyuanyar baik putra maupun putri untuk kemudian mereka bisa melanjutkan kuliah ke
daerah Jabodetabek. Hasilnya hingga saat ini sangat fantastis dengan jumlah kader baru lebih dari seratus mahasiswa santri yang kuliah ke daerah ini.
44
Termasuk yang paling banyak dalam konteks ini adalah mahasiswa santri bagain putri.
Mahasiswa santri bagian putri ini semakin membeludak ke Jakarta tatkala salah satu putri kyai sendiri yaitu Neng, kuliah di Al-Hikmah Jakarta Selatan.
Sehingga hadirnya seorang Neng ini di Jakarta maka santri-santri putri terdorong juga untuk kuliah ke Jakarta. Hal ini bisa dipahami karena Neng
dipandang sebagai contoh dan cukup berpengaruh di kalangan santri putri dan tingkat kepatuhan yang sangat tinggi. Sehingga dengan demikian, tidak heran
jika sampai saat ini santri putri yang kuliah paling banyak berada didaerah Jabodetabek. Ketika penelitian ini dilakukan, mereka para mahasiswa santri
yang berasal dari Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan Madura ini tersebar di beberapa kampus di Jabodetabek, Berikut data anggota FKMSB
Jabodetabek dalam tiga tahun terahir.
Tabel II. C.1. Anggota FKMSB Jabodetabek Dalam Tiga Tahun Terahir
Sumber Data: SekretarisUmum FKMSB 20142015
Dari data tersebut terlihat peningkatan yang sangat tinggi oleh anggota laki-laki setiap tahunnya, Dan anggota perempuan juga mengalami peningkatan walaupun
NO Kampus
20122013 20132014
20142015
Laki-laki Perempuan
Laki-laki Perempuan
Laki-laki Perempuan
1 LIPIA
9 9
9
2 AL-HIKMAH
4 5
4 7
4 7
3 HIDAYATULLAH
18 25
25
4 AN-NUAIMI
3 3
3
5 STPD Bekasi
2 1
2 2
3
6 IbnuKholdunDepok
3 1
2 1
2
7 STT GANESHA
5 5
1 8
1
8 UIN JAKARTA
25 7
25 7
27 7
9 UNINDRA
5 5
8
10 UMJ
2 1
5 1
5 2
JUMLAH 65
24 74
29 83
31 89
103 115
45
tidak sedominan anggota laki-laki. Namun dinamika yang terjadi tampak mahasantri laki-laki yang tidak sama sekali kuliah di Lipia, serta mahasantri
perempuan yang tak seorangpun kuliah di Hidayatullah dan An-niami, serta dominasi mahasantri yang kuliah di UIN Syarif hidayatullah walaupun memang
leih banyak laki-laki. Hal ini atas beberapa faktor, antara lain disebabkan kurangnya minat dari mahasantrinya sendiri untuk memilih perguruan tinggi
tersebut, kemudian beberapa perguruan tinggi yang hanya dikhususkan untuk mahasantri laki-laki saja. Namun sebagai bahan tambahan ternyata mahasantri
FKMSB mengalami banyak kesulitan untuk bisa diterima di perguruan tinggi sesuai keinginannya sendiri, terlebih dalam memilih perguruan tinggi yang
berstandar internasional.
D. Latar Belakang Pendidikan Informan
Perguruan tinggi yang juga menjadi tempat menuntut ilmu para mahasantri FKMSB di Jabodetabek adalah beberapa kampus yang notabenenya kampus
bercorak islami, hal ini sangat sejalan karena mahasantri FKMSB sebagai santri yang seharusnya selalu mengedepankan nilai-nilai kesantrian dan selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Namun disisi lain tidak sedikit pula mahasantri FKMSB yang juga mempunyai keinginan dan memilih kuliah di
beberapa kampus negeri atau umum. Terdapat beberapa kampus Islam, Negeri dan swasta yang sudah banyak
diminati oleh mahasantri FKMSB untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi di Jabodetabek. beberapa kampus tersebut adalah UIN syarif Hidayatullah Jakarta,
Universitas Muhammadiyah Jakarta UMJ, Al-Hikmah Mampang, Stie
46
Hidayatullah Depok, LIPIA Pasar minggu, An-Nuaimi Kebayoran lama, dan UNINDRA Condet.
Dari beberapa kampus tersebut lebih banyak mahasantri memilih kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai tujuan awal melanjutkan jenjang
studinya, walaupun tidak semua mahasantri diterima menjadi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Namun mereka dapat memilih beberapa kampus yang
lokasinya tidak jauh dari UIN atau area Ciputat. Sampai tahun 2015 ini tercatat hampis sebagian besar anggota FKMSB laki-laki dan perempuan bertempat
tinggal di daerah Ciputat Tangerang selatan. Dimana berdiri beberapa kampus seperti UIN, UMJ, Stie Ahmad Dahlan, dan STT Ganesha.
Disisi lain ada beberapa Mahasantri yang memilih Stie Hidayatullah Depok sebagai tujuan awal, mengingat kampus tersebut menyediakan beasiswa
penuh dan disediakan tempat tinggal yang kemudian menjadi sesuatu yang sangat menarik mahasantri untuk memilih kampus tersebut. Apalagi di kampus tersebut
hanya dikhususkan untuk laki-laki saja, artinya anggota perempuan FKMSB tak satupun yang berasal dari Stie Hidayatullah Depok.
Dan yang terakhir adalah kampus Al-Hikmah dan Lipia. Beberapa kampus yang berada di daerah mampang prapatan ini lebih banyak ditempati anggota
perempuan. Walaupun ada anggota laki-laki yang memilih kampus tersebut, namun masih lebih banyak anggota perempuan yang bertempat di daerah tersebut.
Dari beberapa kampus dan latar belakang pendidikan yang berbeda ini, secara umum akan melahirkan karakter dan mindset yang berbeda juga terhadap
para mahasiswanya. Namun besar harapan, Sebagai organisasi mahasantri yang