1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai salah satu daerah pemekaran Kota Tidore Kepulauan mempunyai luas wilayah sebesar 14.220,020 km
2
terdiri dari luas lautan sebesar 9.816,164 km
2
69.03 dan luas daratan 4.403,856 km
2
30,96 , mencakup 5 buah pulau besar dan kecil diantaranya Pulau Tidore, Pulau Halmahera bagian
tengah, Pulau Mare, Pulau Maitara dan Pulau Filonga, Kondisi laut yang cukup luas menjadikan wilayah ini sangat potensial untuk kegiatan perikanan
Bappeda Kota Tidore Kepulauan, 2004. Jelaslah bahwa implementasi otonomi daerah membawa sejumlah implikasi terhadap aktivitas pemanfaatan
sumberdaya perikanan. Pertama, sudah seharusnya daerah mengetahui potensi perikanan serta batas-batas wilayahnya sebagai dasar untuk
meregulasi pengelolaan sumberdaya, seperti penentuan jenis dan tipe-tipe kegiatan perikanan yang sesuai dengan daerahnya. Kedua, daerah dituntut
untuk bertanggung jawab atas kelestarian sumberdaya perikanan didaerahnya itu. Ketiga semakin terbukanya peluang bagi masyarakat lokal, utamanya
nelayan untuk terlibat dalam proses pengelolaan sumberdaya. Perikanan tangkap mini purse seine soma pajeko adalah kegiatan
ekonomi yang telah lama dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan modal pribadi yang sangat terbatas. Hingga kini kegiatan tersebut merupakan salah
satu prime mover sektor perikanan karena memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan perikanan budidaya dan pengolahan, yaitu 8285,8 ton atau
90,2 dari produksi total perikanan tahun 2005 DKP Kota Tidore Kepulauan, 2006.
Usaha perikanan rakyat umumnya menggunakan teknologi yang masih sederhana dengan jangkauan operasi penangkapan yang masih terbatas di
perairan pantai dan produktivitas nelayan yang relatif rendah. Menurut Barus et al. 1991, produktivitas nelayan yang rendah tersebut pada umumnya
diakibatkan oleh keterbatasan ketrampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan dan kondisi kapal penangkap yang masih sederhana. Hal
tersebut menyebabkan efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Tingkat pemanfaatan yang belum
optimal ini diduga disebabkan masih rendahnya produktivitas usaha penangkapan seperti: keterbatasan modal, alat tangkap yang relatif sederhana,
armada penangkapan yang digunakan relatif kecil dan ketrampilan nelayan yang masih rendah. Kondisi ini tentu menjadi kendala bagi nelayan untuk memperoleh
tingkat kesejahteraannya. Selain kondisi usaha perikanan tangkap mini purse seine soma pajeko
yang masih sederhana tersebut, ketersediaan sumberdaya yang belum diketahui, keterbatasan fasilitas penunjang perikanan mini purse seine seperti
cold storage, belum beroperasinya pangkalan pendaratan ikan PPI. Kompleksnya permasalahan yang ada memerlukan pengkajian secara
menyeluruh dan terintegrasi, dengan alternatif kebijakan yang mempertimbangkan aspek-aspek seperti biologi, teknologi, sosial dan ekonomi.
Penelitian terdahulu pernah mengkaji tentang perikanan mini purse seine soma pajeko di wilayah Maluku Utara maupun di Kota Tidore diantaranya
mengenai pengembangan mini purse seine berbasis sumberdaya Irham, 2005 dan analisis pengembangan mini purse seine Namzah, 2006, dari kedua
penelitian di fokuskan pada kajian analisis faktor produksi dan analisis kelayakan usaha, namun kajian yang terkait dengan karakteristik baik unit penangkapan
maupun sumberdaya perikanan serta upaya penangkapan dari mini purse seine itu sendiri belum pernah dilakukan. Dengan mengetahui karakteristik dan upaya
penangkapan musim penangkapan, modus operasi, daerah penangkapan diharapkan dapat meningkatkan produktifitas purse seine soma pajeko.
Berdasarkan uraian diatas dan belum optimalnya usaha perikanan tangkap mini purse seine soma pajeko, maka dipandang perlu untuk melakukan
penelitian menyangkut dengan “karakteristik upaya penangkapan mini purse seine soma pajeko,” yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan serta
keberlanjutan usaha kegiatan penangkapan akan terjamin sehingga sektor ini menjadi pilar pertumbuhan ekonomi daerah.
1.2 Perumusan Masalah