Pengamatan Gambaran Mikroskopis Tubulus Seminiferus Testis Mencit

4 Selanjutnya masing-masing tabung diinkubasi di dalam waterbath dengan suhu 95 C selama 60 menit. 5 Setelah diinkubasi, masing-masing tabung dikeluarkan dari waterbath dan setelah dingin masing-masing tabung disentrifugasi dengan kecepatan 7000 rpm selama 10 menit. 6 Supernatan diambil untuk selanjutnya dianalisa dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 534 nm.

3.7.8.2. Pengamatan Gambaran Mikroskopis Tubulus Seminiferus Testis Mencit

Pengamatan gambaran mikroskopis diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus testis mencit, dibuat sediaan histologis menurut Suntoro, S.H, 1983 dengan metode parafin, menggunakan pewarnaan HE Hematoksilin Eosin. Sesuai dengan cara yang lazim dikerjakan dalam pembuatan sediaan histologis yaitu: fiksasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi parafin, penanaman, pengirisan, penempelan, deparafinasi, pewarnaan, penutupan dan pemberian label. Fikasasi Jaringan testis diambil, kemudian difiksasi dalam larutan formalin selama 2-10 jam. Pencucian Setelah proses fiksasi dilakukan pencucian dengan alkohol 70. Universitas Sumatera Utara Dehidrasi Dilakukan secara bertahap, dengan alkohol 70 selama 10 menit, alkohol 80, 90, 96, masing-masing selama 60 menit, kemudian dengan alkohol absolut 30 menit. Penjernihan Dilakukan segera setelah proses dehidrasi dengan menggunakan toluol murni. Infiltrasi Proses infiltasi parafin dilakukan di dalam oven dengan suhu 56ºC. Organ testis dimasukkan kedalam campuran toluol-parafin dengan perbandingan 1:1 selama 30 menit. Kemudian berturut dimasukkan kedalam: Parafin Murni I selama 1 jam Parafin Murni II selama 1 jam Parafin murni III selama 1 jam Penanaman Sediaan dari parafin murni III dimasukkan kedalam kotak kertas kecil sebagai cetakan yang telah berisi parafin cair, dan dibiarkan sampai parafin mengeras. Pengirisan Blok parafin testis yang telah mengeras ditempelkan pada holder dengan menggunakan spatula, letakkan holder beserta blok parafin pada tempatnya di mikrotom. Pengirisan dilakukan dengan ketebalan ± 6µ m. Universitas Sumatera Utara Penempelan Pada gelas benda diolesi dengan albumin dan ditetesi dengan akuades. Kemudian beberapa pipa parafin diletakkan di permukaan akuades pada gelas benda dan dibiarkan beberapa saat, kemudian gelas benda dipindahkan ke meja pemanas hingga kering. Pewarnaan Pewarnaan dengan hematoxylin-Eosin H-E melalui tahapan: • Deparafinisasi preparat dengan xylol sampai bebas parafin • Hidrasi dengan alkohol 96, 90, 80, 70, 50, 30, akuades • Inkubasi dalam larutan haematoxylin Erlich selama 30 menit • Cuci dengan air mengalir ± 10 menit • Dicelupkan kedalam akuades • Dimasukkan alkohol 30, 50, 70 • Kemudian dimasukkan kedalam larutan Eosin 0,5 selama 3 menit • Dehidrasi dengan alkohol mulai dari 70, 80, 90 dan alkohol absolut • Dikeringkan dengan kertas penghisap • Inkubasi dengan xylol selama 1 malam • Preparat ditutup dengan gelas penutup setelah ditetesi dengan kanada balsem terlebih dahulu, lalu diberi label. Pewarnaan dengan hematoksilin-eosin HE yang akan menyebabkan inti berwarna hitam kebiru-biruan dan sitoplasma berwarna merah. Selanjutnya dilakukan Universitas Sumatera Utara pemeriksaan histopatologis dengan menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan gambaran kerusakan tubulus seminiferus meliputi tebal epitel tubulus seminiferus dan diameter dari tubulus seminiferus. Hanya tubulus seminiferus yang penampang melintangnya tampak bulat yang dipilih untuk diamati. Dengan pembesaran 10x pengukuran tebal dan diameter tubulus seminiferus dilakukan dengan mengukur jarak terdekat antara 2 titik yang bersebrangan pada garis tengahnya. Kedua titik tersebut berada pada batas antara membrana basalis dengan sel spermatogenik. Pengukuran tebal epitel tubulus seminiferus juga dimulai dari titik tersebut sampai kepermukaan lumen. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan mikrometer µm.

3.8. Analisa Data dan Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Pemberian Larutan Jahe Merah (Zingiber Officinalle Var Rubra) Dengan Metode Pengolahan Yang Berbeda Terhadap Bobot Karkas Ayam Broiler Yang Terinfeksi Eimeria Tenella

4 75 54

Pemberian Larutan Jahe Merah (Zingiber officinale var rubra) dengan Metode Pengolahan Berbeda terhadap Performans Ayam Broiler Yang Terinfeksi Eimeria tenella

3 84 57

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale var. amarum) dengan GC-MS dan Uji Antioksidan Menggunakan Metode DPPH

32 249 106

Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal

1 39 73

Pengaruh Pemberian Madu terhadap Gambaran Histologi Testis Mencit (Mus musculus) yang Diberi Plumbum Asetat

2 49 90

Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.)Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Ginjal Dan Gambaran Histopatologis Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Yang Diberi Plumbum Asetat

3 62 105

Uji Efek Antiinflamasi Dari Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Dan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dalam Sediaan Topikal Pada Mencit Jantan

17 119 74

Uji Antifertilitas Ekstrak n-heksana Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

0 15 116