4.2. Pembahasan 4.2.1. Hasil Uji Skrining Senyawa Fitokimia Ekstrak Air Jahe
Dari hasil uji skrining senyawa fitokimia ekstrak jahe terdapat senyawa fenolik. Penelitian Nugroho et al2006 menunjukkan hasil bahwa gugus fenolik yang didapat
dari isolasi Zingiber officinale mempunyai peran penting sebagai penangkap radikal hidroksi. Dari hasil penelitian Kusumaningati RW 2009 menyatakan bahwa
senyawa fenolik jahe merupakan antioksidan alami, dimana kemampuannya tidak terlepas dari kadar komponen senyawa fenolik yang terkandung didalamnya.
4.2.2. Kadar Malondialdehid MDA Testis mencit
Dari hasil pemeriksaan kadar MDA testis yang tertinggi didapatkan pada P1, tetapi berbeda tidak nyata dengan kadar MDA pada perlakuan lainnya yaitu, P0, P2,
P3, P4 dan P5. Tingginya kadar MDA pada P1, hal ini mungkin dapat disebabkan oleh adanya sifat oksidan yang timbul dari kandungan ekstrak jahe 0,7 mggBB.
Besar kemungkinan ekstrak jahe 0,7 mggBB mengandung senyawa fenol yang cukup besar bagi testis mencit sehingga timbul sifat oksidannya. Hal ini dinyatakan
oleh Gordon 1990, bahwa pada konsentrasi antioksidan yang cukup besar dapat menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan oksidasi dari sel. Kemudian
dikatakannya bahwa, pada konsentrasi yang tinggi dapat terjadi penghilangan aktivitas antioksidan dari kelompok fenol dan berobah menjadi pro-oksidan. Pada
konsentrasi tinggi, shogaol berganti sebagai prooksidan sehingga tidak lagi dapat
Universitas Sumatera Utara
menetralkan radikal PQ
+
dan anion superoksida yang berasal dari parakuat, sehingga berpeluang mengoksidasi lipid atau protein membran sel yang berakibat pada
gangguan transduksi penandaan membran dan sistem enzim proteolitik membran sel NK Natural killer Gordon M.H,1980.
Kadar MDA testis yang paling rendah didapatkan pada perlakuan P4, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu P0, P1, P2, P3, dan P5. Hal ini
mungkin terjadi karena pada P4 atau pemberian ekstrak jahe, 0,7 mggBB pada mencit yang diberi Pb asetat 0,1 mggbb terjadi efek positif yakni proses penurunan
oksidan yang ditimbulkan oleh Pb. Kandungan fenol dari jahe berkemungkinan cukup optimal dalam menekan oksidan radikal bebas yang berada pada testis
mencit. Senyawa fenol jahe mampu memutuskan reaksi berantai dengan cara
bereaksi dengan radikal lipid, dan mengubahnya menjadi produk yang stabil Wresdiyati et al., 2003. Seperti juga yang dinyatakan Kikuzaki dan Nakatani 1993
bahwa, ekstrak jahe mengandung beberapa zat yang berfungsi sebagai antioksidan yang cukup baik seperti 6-gingerol dan 6 shogaol.
Pemberian ekstrak jahe dosis lebih tinggi tidak menjamin adanya penekanan oksidan dalam testis setelah diberi Pb. Dapat dilihat pada Gambar 6 yang
memperlihatkan bahwa perlakuan P5 ekstrak jahe 1,4mggBB + Pb asetat 0,1mggBB, tidak cukup baik dalam menekan kandungan MDA dalam testis jika
dibandingkan dengan perlakuan P4 ekstrak jahe, 0,7 mggBB + Pb asetat 0,1 mggBB, meskipun pengaruhnya berbeda tidak nyata. Kondisi optimum merupakan
Universitas Sumatera Utara
kondisi yang sangat baik dalam menekan kadar oksidan dalam testis yang berasal dari pemberian Pb.
4.2.3. Gambaran Histopatologis Tubulus Seminiferus Testis Mencit a. Diameter Tubulus Seminiferus Testis Mencit
Diameter tubulus seminiferus tertinggi didapatkan pada P1, Hal ini mungkin dapat terjadi oleh karena aktivitas pro-oksidan dari jahe sehingga terjadi kematian
pada sel-sel interstesial sel leydig atau sel parenkim sehingga membentuk ruang kosong yang akhirnya memberi peluang bagi tubulus seminiferus menjadi melebar
lebih besar. Sehingga ukuran diameter tubulus seminiferus menjadi lebih besar. Sifat pro-oksidan dari ekstrak jahe ini dapat dibuktikan dan dilihat pada Gambar 7
yang menunjukkan kadar MDA testis pada P1 lebih tinggi dari perlakuan lainnya seperti P0, P2, P3, P4, dan P5. Menurut Gautam et al., 2006, pemaparan secara
langsung radikal bebas oksidan telah diketahui dapat menginduksi terjadinya
apoptosis beberapa populasi sel termasuk sel leydig.
Diameter tubulus seminiferus terendah didapatkan pada P5, kemungkinan karena aktivitas radikal bebas yang ditimbulkan oleh adanya Pb di dalam testis. Hal
ini menyebabkan kematian pada spermatozoa di dalam tubulus seminiferus sehingga terbentuk pelebaran lumen di bagaian tengah tubulus seminiferus. Secara langsung
menyebabkan pengurangan diameter tubulus seminiferus sehingga memperkecil diameter tubulus tersebut. Tingginya aktifitas radikal bebas pada testis pada P5 ini
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat pada Gambar 7 di atas. Sesuai dengan penelitian Hariono 2005, menunjukkan bahwa tikus yang diberi Pb memperlihatkan perubahan struktur tubulus
seminiferi dengan pengecilan diameternya, pelepasan hiposeluler lapisan germinal dari membrana basalis, penurunan produksi spermatosit dan cidera pada spermatosit.
Meskipun adanya penambahan ekstrak jahe pada P5, tetapi tetap tidak memberi efek antioksidan terhadap radikal yang ditimbulkan Pb. Hal ini mungkin
kadar ekstrak yang diberikan belum optimal sebagai antioksidan di testis.
b. Tebal Epitel Tubulus Seminiferus Testis Mencit.