BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang didisain mengikuti Rancangan Acak Lengkap RAL. Jumlah hewan uji perkelompok ditentukan dengan
rumus t-1 n-1 ≥ 15. Jika t adalah perlakuan dalam hal ini ada 6 kelompok
perlakuan n adalah jumlah ulangan perkelompok, maka jumlah n yang diharapkan teoritis adalah 4 Federer, 1963.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium FMIPA Biologi USU Medan, Laboratorium terpadu FK USU Medan, Laboratorium Patologi Anatomi FK
USU Medan, Laboratorium Farmasi MIPA USU Medan dan Laboratorium Biomedik FK USU. Penelitian dilakukan selama 8 minggu.
3.3. Bahan dan Alat Penelitian 3.3.1. Bahan Penelitian
Bahan biologis. Bahan biologis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
mencit jantan Mus musculus L. strain DD Webster yang sehat, umur 8-11
Universitas Sumatera Utara
minggu, belum pernah digunakan untuk percobaan lain dan mempunyai berat badan antara 25- 35 gram yang diperoleh dari FMIPA Biologi USU Medan.
Bahan Kimia Ekstrak air rimpang jahe, aquadest, Plumbum asetat Merck ,
formalin 10, Alkohol 70, 80, 90, 96 dan alkohol absolut, parafin, xylol, Hematoxylin-Eosin, kit pemeriksaan Malondialdehid Oxitek.
Reagensia : 1. 2-Thiobarbiturat acid
2. 1,1,3,3-terramethoxypropane 99 , 600 µM 3. Acetic acid glacial
4. Sodium hydroxide NaOH
3.3.2. Alat-alat Penelitian
Jarum oval Gavage, spuit 1 ml, bak bedah dan dissecting set, gelas arloji, cawan peteri, batang pengaduk, waterbath, timbangan merek OHAUSS, timbangan
merek Sartorius, vertex, mixer, sentrifuse effendrop, spektrofotometri, labu ukur, labu Erlenmeyer, Buret, mikroskop cahaya merek Olympus.
3.4. Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel independent
• Plumbum asetat
• Ekstrak air Jahe
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Variabel dependent
• Kadar MDA testis mencit
• Gambaran histopatologis: - diameter tubulus seminiferus mencit
- tebal epitel tubulus seminiferus mencit.
3.5. Definisi operasional
• Plumbum asetat : merupakan suatu logam berat dengan rumus kimia
PbC
2
H
3
O
2
·3H
2
O. •
Ekstrak air jahe : rimpang jahe segar yang di olah menjadi ekstrak air jahe dengan cara maserasi
• Kadar malondialdehid MDA : jumlah kadar MDA mikromol
dalam jaringan testis g. •
Gambaran histopatologis jaringan : pemeriksaan terhadap perubahan- perubahan abnormal pada tingkat jaringan
secara mikro anatomi.
3.6. Etika Penggunaan Hewan Penelitian
Penggunaan dan penanganan hewan penelitian dilakukan sesuai dengan aturan etika penelitian hewan penelitian yang diatur dalam Deklarasi Helsinki untuk
memperoleh “ethical clearance” dari komite etik penelitian hewan FMIPA Biologi Universitas Sumatera Utara Medan lampiran 6.
Universitas Sumatera Utara
3.7. Pelaksanaan Penelitian 3.7.1. Pemeliharaan Hewan Percobaan
Mencit ditempatkan di dalam kandang yang terbuat dari bahan plastik ukuran 30x20x10 cm yang ditutup dengan kawat kasa. Dasar kandang dilapisi dengan
sekam padi setebal 0,5-1 cm dan diganti setiap tiga hari. Cahaya ruangan dikontrol persis 12 jam terang pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 dan 12 jam gelap
pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00, sedangkan suhu dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah. Pakan pellet komersial dan minum
air PAM diberikan ad libitum setiap hari. Percobaan dimulai setelah aklimatisasi.
3.7.2. Sampling Ekstrak Jahe Zingiber officinale
Rimpang jahe yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari daerah sidikalang desa sumbul pegaga.
3.7.3. Pembuatan Ekstrak Jahe
- Rimpang jahe dibersihkan, kemudian diiris tipis dengan ketebalan ± 1- 2 mm, dikering anginkan, di timbang lalu dihaluskan dengan blender sampai
menjadi serbuk. - Serbuk jahe dimaserasi dengan aquadest selama ± 48 jam, sampai didapat cairan
bening. Hasil maserasi dipekatkan dengan waterbath sampai diperoleh ekstrak yang
Universitas Sumatera Utara
pekat, kemudian ekstrak pekat ini di fresh dryer hingga menjadi ekstrak kering Hartanto, 2008. Lampiran A.
3.7.4. Uji Kandungan Kimia ekstrak Jahe
Uji yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan metode fitokimia Adalah sebagai berikut:
- Uji zat fenolik dilakukan dengan cara menambahkan ekstrak jahe dengan FeCl
3
, hasil uji positif mengandung zat fenolik jika terbentuk larutan hitam pada sampel.
- Uji zat flavonoid dilakukan dengan menggunakan Mg-HCl encer yang ditambahkan dengan ekstrak jahe, hasil uji positif mengandung zat flavonoid jika terbentuk
larutan berwarna merah jambu pada sampel. - Uji zat alkoloid dilakukan dengan menggunakan pereaksi Wagner, pereaksi Meyer,
dan pereaksi Dragendorff. Ekstrak jahe ditambahkan dengan masing-masing pereaksi, hasil uji positif mengandung zat alkoloid jika terbentuk endapan berwarna
putih pada sampel. - Uji zat steroid dilakukan dengan menggunakan H
2
SO
4
dan pereaksi LB Lieberman- Burchad. Ekstrak jahe ditambahkan dengan masing-masing zat. Uji dengan cara
menambahkan ekstrak jahe dengan H
2
SO
4
, hasil uji positif jika terbentuk larutan berwarna merah pada sampel. Dan uji dengan cara menambah ekstrak jahe dengan
pereaksi LB Lieberman-Burchard, hasil uji positif jika terbentuk larutan berwarna hijau kebiruan pada sampel.
Universitas Sumatera Utara
- Uji zat saponin dilakukan dengan cara menambahkan ekstrak jahe dengan akuades, lalu dikocok sampai terbentuk buih, hasil uji positif jika buih yang dihasilkan setelah
didiamkan selama 15 menit tetap ada dan tinggi buih yang dihasilkan ± 2cm Harborne, 1987.
3.7.5. Perhitungan Dosis Ekstrak Jahe dan Plumbum asetat
Dosis plumbum asetat yang digunakan sebesar 100 mgKgBB sesuai dengan penelitian Daniel 2008. Penentuan dosis ekstrak jahe pada mencit berdasarkan
dosis ekstrak jahe yang aman bagi sistem reproduksi tikus jantan yaitu sebesar 500mgKgBB dan 1000mgKgBB dengan berat badan tikus yang digunakan
± 200 gram Morakinyo et al, 2008. Pemberian dosis ekstrak jahe untuk mencit dengan menggunakan tabel konversi dosis Harmita, 2008Lampiran 5 Angka
konversi dari tikus dengan berat badan 200 g ke mencit dengan berat
badan 20 g yaitu sebesar 0,14g .
Dengan demikian perhitungan dosis ekstrak jahe adalah: - 500mgKgBB = 0,5 mggBB ¢ 0,5 x 200 = 100 mg200gBB tikus
100 x 0,14 = 14mg20 gBB mencit = 0,7mggBB mencit
- 1000mgKgBB = 1 mggBB ¢ 1 x 200 = 200 mg200gBB tikus 200 x 0,14 = 28 mg20 gBB mencit
= 1,4 mggBB mencit.
Universitas Sumatera Utara
Maka dosis ekstrak jahe yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,7mggBB dan 1,4mggBB. Pemberian Ekstrak jahe dan Plumbum asetat diberikan masing-masing
sebanyak 0,5 ml, hal ini berdasarkan bahwa volume maksimum larutan yang diberikan pada mencit dengan berat 20-30g per oral adalah sebanyak 1 ml Harmita,
2008.
3.7.6. Perlakuan Hewan Percobaan
Jumlah keseluruhan hewan coba yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 ekor. Penelitian ini terdiri atas 6 kelompok perlakuan, yaitu:
a Kelompok I P0 = terdiri dari 4 ekor mencit jantan dewasa yang diberi aquadest sebanyak 0,5 ml secara oral selama 42 hari.
b Kelompok II P1 = terdiri dari 4 ekor mencit jantan dewasa yang diberi ekstrak jahe 0,7 mggBB diberikan secara oral per hari selama 42 hari.
c Kelompok III P2 = terdiri dari 4 ekor mencit jantan dewasa yang diberi ekstrak jahe 1,4mggBB diberikan secara oral per hari selama
42 hari. d Kelompok IV P3 = terdiri dari 4 ekor mencit jantan dewasa yang
diberi plumbum asetat 0,1 mggBB diberikan secara oral per hari selama 42 hari.
e Kelompok V P4 = terdiri dari 4 ekor mencit jantan dewasa yang diberi ekstrak jahe 0,7 mggBB diberikan secara oral, satu jam kemudian
Universitas Sumatera Utara
diberi plumbum asetat 0,1 mggBB diberikan secara oral per hari selama 42 hari.
f Kelompok VI P5 = terdiri dari 4 ekor mencit jantan dewasa yang diberi ekstrak jahe 1,4mggBB diberikan secara oral, satu jam kemudian diberi
plumbum asetat 0,1 mggBB diberi secara oral per hari selama 42 hari.
Tabel 2. Perlakuan Hewan Coba Kelompok Aquadest
Ekstrak Jahe Pb Asetat
Perlakuan Lamanya
pemberian P0
0,5 mloral 42 hari
P1 0,7 mggBBoral
42 hari P2
1,4 mggBBoral 42 hari
P3 0,1mggBBoral
42 hari P4
0,7 mggBBoral 0,1mggBBoral
42 hari P5
1,4 mggBBoral 0,1mggBBoral
42 hari
3.7.7. Prosedur Pelaksanaan Uji Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
Sebelum percobaan, mencit jantan ditimbang dan ditempatkan dalam kandang tersendiri di dalam ruangan laboratorium aklimatisasi. Mencit dibagi secara acak ke
dalam 6 kelompok perlakuan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.
Universitas Sumatera Utara
Hari 0 7 49
Perlakuan pada hewan percobaan selama 42 hari n = 4 n = 4 n = 4 n = 4 n = 4 n = 4
Ekstrak jahe Aquadest Pb asetat 1,4mggBBoral
0,5 mlhari Ekstrak jahe 0,1mggBBoral per oral 0,7mggBBoral
Ekstrakjahe 1 jam Ekstrak jahe 0,7mggBBoral
1,4mggBBoral 1 jam Pb asetat
0,1mggBBoral Pb asetat
0,1mggBBoral Gambar 5. Prosedur pelaksanaan uji pengaruh ekstrak jahe
Aklimatisasi Perlakuan
pada hewan percobaan Dekapitasi
Pembedahan
P0 P5
P2 P3
P4 P1
Pada hari ke 43 mencit didekapitasi dan dilakukan pemeriksaan: §
MDA testis • Histologi jaringan testis : - Diameter tubulus seminiferus
- Tebal epitel tubulus seminiferus
Universitas Sumatera Utara
3.7.8. Prosedur Pemeriksaan dan Pengamatan
Setelah 42 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan dengan cara dislokasi leher dan selanjutnya dilakukan pembedahan dengan cara mencit
diletakkan pada bak bedah dengan keempat anggota gerak terfiksasi. Scrotum dibuka dengan gunting hingga tampak testis. Testis dianggkat dengan memotong duktus
epididimis. Setelah dikeluarkan maka testis dibersihkan dari jaringan ikat dan lemak. Kemudian dilakukan pengamatan sebagai berikut :
3.7.8.1. Pengamatan kadar MDA Testis mencit
Pemeriksaan kadar MDA testis mencit dilakukan pada hari ke-42 setelah perlakuan pada semua kelompok. Testis dihomogenkan dalam 5 ml larutan buffer
phosphate pH 7,2. Metode pemeriksaan MDA menurut Rao et al., dan Hsieh et al, 2006 yang telah dimodifikasi sebagai berikut :
• Reagensia :
1 2-Thiobarbiturat acid Merck.Cat. No. 1.08180.0025 2 1,1,3,3-terramethoxypropane 99 , 600 µM
3 Acetic acid glacial 4 Sodium hydroxide NaOH
5 Aquadest
Universitas Sumatera Utara
a Persiapan Reagensia •
TBABuffer Reagent TBABuffer Reagent terdiri dari : 0,67 g 2-thiobarbituric acid dilarutkan dalam
100 mL aquadest, selanjutnya 0,5 g sodium hydroxide dan 100 asam asetat glacial. •
Standard MDA Sebanyak 250 µL 1,1,3,3-tetramethoxypropane Malondialdehid bis 500 µM
dilarutkan dalam 750 µL aquadest untuk memperoleh larutan stok MDA 125 µM. Selanjutnya dari larutan stok MDA 125 µM dilarutkan dalam aquadest dan dibuat
8 seri standar yang dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 3. Persiapan standar MDA untuk spektrofotometri
Nomor standar
Konsentrasi MDA µM
Volume MDA Standar µL
Volume pelarut µL 8
7 6
5 4
3 2
1 50
25 10
5 2,5
1,25 0,625
400 200
80 40
20 10
5 600
800 920
960 980
990 995
1000
a Prosedur uji 1 Sebanyak 500 µ L sample atau standar MDA dimasukkan dalam
tabung ependorf yang masing-masing telah diberi label. 2 Ditambahkan 0,5 ml aquadest pada masing-masing tabung.
3 Kemudian ditambahkan 0,5 ml TBABuffer Reagent.
Universitas Sumatera Utara
4 Selanjutnya masing-masing tabung diinkubasi di dalam waterbath dengan suhu 95
C selama 60 menit. 5 Setelah diinkubasi, masing-masing tabung dikeluarkan dari waterbath
dan setelah dingin masing-masing tabung disentrifugasi dengan kecepatan 7000 rpm selama 10 menit.
6 Supernatan diambil
untuk selanjutnya
dianalisa dengan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 534 nm.
3.7.8.2. Pengamatan Gambaran Mikroskopis Tubulus Seminiferus Testis Mencit
Pengamatan gambaran mikroskopis diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus testis mencit, dibuat sediaan histologis menurut Suntoro, S.H, 1983
dengan metode parafin, menggunakan pewarnaan HE Hematoksilin Eosin. Sesuai dengan cara yang lazim dikerjakan dalam pembuatan sediaan histologis yaitu: fiksasi,
pencucian, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi parafin, penanaman, pengirisan, penempelan, deparafinasi, pewarnaan, penutupan dan pemberian label.
Fikasasi
Jaringan testis diambil, kemudian difiksasi dalam larutan formalin selama 2-10 jam.
Pencucian
Setelah proses fiksasi dilakukan pencucian dengan alkohol 70.
Universitas Sumatera Utara
Dehidrasi
Dilakukan secara bertahap, dengan alkohol 70 selama 10 menit, alkohol 80, 90, 96, masing-masing selama 60 menit, kemudian dengan alkohol absolut
30 menit.
Penjernihan
Dilakukan segera setelah proses dehidrasi dengan menggunakan toluol murni.
Infiltrasi
Proses infiltasi parafin dilakukan di dalam oven dengan suhu 56ºC. Organ testis dimasukkan kedalam campuran toluol-parafin dengan perbandingan 1:1 selama
30 menit. Kemudian berturut dimasukkan kedalam:
Parafin Murni I selama 1 jam Parafin Murni II selama 1 jam
Parafin murni III selama 1 jam
Penanaman
Sediaan dari parafin murni III dimasukkan kedalam kotak kertas kecil sebagai cetakan yang telah berisi parafin cair, dan dibiarkan sampai parafin mengeras.
Pengirisan
Blok parafin testis yang telah mengeras ditempelkan pada holder dengan menggunakan spatula, letakkan holder beserta blok parafin pada tempatnya di
mikrotom. Pengirisan dilakukan dengan ketebalan ± 6µ m.
Universitas Sumatera Utara
Penempelan
Pada gelas benda diolesi dengan albumin dan ditetesi dengan akuades. Kemudian beberapa pipa parafin diletakkan di permukaan akuades pada gelas benda
dan dibiarkan beberapa saat, kemudian gelas benda dipindahkan ke meja pemanas hingga kering.
Pewarnaan
Pewarnaan dengan hematoxylin-Eosin H-E melalui tahapan: •
Deparafinisasi preparat dengan xylol sampai bebas parafin •
Hidrasi dengan alkohol 96, 90, 80, 70, 50, 30, akuades •
Inkubasi dalam larutan haematoxylin Erlich selama 30 menit •
Cuci dengan air mengalir ± 10 menit •
Dicelupkan kedalam akuades •
Dimasukkan alkohol 30, 50, 70 •
Kemudian dimasukkan kedalam larutan Eosin 0,5 selama 3 menit •
Dehidrasi dengan alkohol mulai dari 70, 80, 90 dan alkohol absolut •
Dikeringkan dengan kertas penghisap •
Inkubasi dengan xylol selama 1 malam •
Preparat ditutup dengan gelas penutup setelah ditetesi dengan kanada balsem terlebih dahulu, lalu diberi label.
Pewarnaan dengan hematoksilin-eosin HE yang akan menyebabkan inti berwarna hitam kebiru-biruan dan sitoplasma berwarna merah. Selanjutnya dilakukan
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan histopatologis dengan menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan gambaran kerusakan tubulus seminiferus
meliputi tebal epitel tubulus seminiferus dan diameter dari tubulus seminiferus. Hanya tubulus seminiferus yang penampang
melintangnya tampak bulat yang dipilih untuk diamati. Dengan pembesaran 10x pengukuran tebal dan diameter tubulus seminiferus dilakukan dengan mengukur jarak
terdekat antara 2 titik yang bersebrangan pada garis tengahnya. Kedua titik tersebut berada pada batas antara membrana basalis dengan sel spermatogenik. Pengukuran
tebal epitel tubulus seminiferus juga dimulai dari titik tersebut sampai kepermukaan lumen. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan mikrometer µm.
3.8. Analisa Data dan Pengujian Hipotesis
Data dipresentasikan dalam bentuk rata-rata ± simpangan baku rata-rata ± SD. Dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Jika data berdistribusi normal
dan homogen maka dilakukan uji ANOVA. Bila terdapat perbedaan dilakukan dengan uji Post Hoc untuk melihat perbedaan antar kelompok kontrol dan masing-
masing perlakuan. Jika distribusi data tidak normal dan atau tidak homogen, maka dilakukan
transformasi data. Kemudian diuji lagi normalitas dan homogenitas data. Apabila data masih tidak normal distribusinya atau tidak homogen maka diuji dengan uji Kruskal-
Wallis. Untuk melihat perbedaan antar kelompok kontrol dan kelompok perlakuan mengunakan uji Mann Whitney. Semua analisis data dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan SPSS 13,0. Dalam penelitian ini, hanya perbedaan rata-rata pada α ≤ 0,05 yang dianggap bermakna signifikan.
3.9. Jadwal Penelitian