Syarat Pengiriman Uang Melalui Bank

1. Bank dilihat sebagai penerima kredit, dalam pengertian pertama ini bank menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk : a. Simpanan atau tabungan biasa yang dapat diminta atau diambil kembali setiap saat. b. Deposito berjangka, yang merupakan tabungan atau simpanan yang penarikannya kembali hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang ditentukan habis. c. Simpanan dalam rekening korangiro atas nama si penyimpan giro yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau perintah tertulis kepada bank. 2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit, ini berarti bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif. Jadi fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi kredit, tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri. 3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang bank. 24 Dari uraian-uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali ke masyarakat, dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

B. Syarat Pengiriman Uang Melalui Bank

Pengiriman uang melalui jasa bank mempunyai syarat-syarat agar dapat berlangsung dengan baik. Pertama kali yang harus dilakukan dalam proses berjalannya transfer adalah pergi ke bank yang terdekat dengan membawa uang tunai ataupun juga memang sudah, nasabah dari bank yang bersangkutan maka cukup membawa buku banknya. Setelah itu maka disampaikan kepada petugas tujuan untuk mengadakan pengiriman uang. 24 Thomas Suyatno, et.al.,Op.Cit, hal. 1-2 Setelah itu petugas pengiriman uang memberikan formulir permohonan kiriman uang, dan setelah formulir diberikan maka formulir itu diisi dan ditandatangani serta dikembalikan kepada bank. Kemudian formulir permohonan diperiksa oleh pejabat bank, dan setelah disetujui oleh pejabat bank, uang disetor ke kasir bank sejumlah uang yang akan dikirim ditambah provisi, biaya pos, telepon, telex, porto, materai dan lain-lainnya. Perlengkapan syarat-syarat tersebut harus dilakukan, barulah dapat diadakan pengiriman uang. Apakah salah satu dari yang termaksud di atas tidak dilengkapi maka akan menyebabkan tidak dapatnya diadakan suatu transfer. Sedang dalam buku simpanan dan jasa-jasa bank lain, Buku Pedoman BRI dikatakan syarat-syarat dalam pelayanan transfer ini adalah : 1. Dapat dilayani dengan setoran tunai atau dengan warkat surat berharga. 2. Kode Transfer Pengisian kode transfer tetap dilaksanakan oleh Kantor Cabang BRI setelah menerima nota tentang adanya transfer dari BRI Unit. 3. Tarif Biaya Transfer Terhadap nasabah ini pengirim uang dipungut biaya pengiriman uang yang jumlahnya ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku. 4. Fee untuk BRI Untuk setiap transaksi transfer yang dilakukan di BRI Unit baik transfer keluar maupun transfer masuk, BRI Unit mendapat Fee yang jumlahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dibebankan ke Kantor Cabang Induknya setiap akhir bulan. 5. Jadwal Pengiriman Uang Pengiriman uang dapat dilaksanakan pada : a. Setiap hari Sabtu untuk BRI Unit yang jauh dari Kantor Cabang b. Setiap kunjungan Team Kurir Kas c. Hari yang sama pada saat nasabah mengirimkan uang 6. Pembatalan Transfer Masuk Transfer masuk yang dibatalkan harus dikembalikan ke Kantor Cabang BRI Unitmengirim selambat-lambatnya dalam waktu satu setengah bulan terhitung mulai tanggal pemberitahuan. 7. Bea Materai Setiap pengiriman uang dipungut bea materai sesuai ketentuan yang berlaku. 25 25 Simpanan dan Jasa Bank Lain, Buku Pedoman BRI, Jakarta, 1992, hal. 148 Dalam Pasal 1319 KUHPerdata menentukan bahwa semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu. Dari ketentuan pasal tersebut, jelaslah apabila tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur tentang perjanjian yang mempunyai nama khusus, maka terhadap perjanjian tersebut berlaku ketentuan mengenai perjanjian pada umumnya yang diatur dalam ketentuan umum. Oleh karena pengiriman uang yang merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang terdapat dalam KUHPerdata, perjanjian pengiriman uang ini juga berlaku ketentuan mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian pada umumnya, karena tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur syarat-syarat sahnya perjanjian pengiriman uang. Adapun sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata diperlukan 4 empat syarat-syarat, yaitu : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Keempat syarat tersebut merupakan syarat pokok yang menentukan sah tidaknya suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Menurut R. Subekti menerangkan bahwa : “Syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif karena mengenai orangnya atau pihak-pihak dalam perjanjian, syarat ketiga dan keempat merupakan syarat objektif karena menyangkut dengan perjanjian atau objek perjanjian”. 26 Sepakat mereka yang mengikatkan diri dalam perjanjian pengiriman uang dimaksudkan adalah kesepakatan antara pengirim dengan bank dimana pengirim akan menikmati uang sampai tujuan. Bank menerima provisi dari pengiriman, kesepakatan antara para pihak merupakan syarat penting sebagai sumber perjanjian. R. Subekti memberikan pengertian tentang kesepakatan yaitu sebagai berikut : “Kesepakatan berarti persesuaian kehendak, kehendak itu harus dinyatakan, kehendak dan keinginan yang disampaikan dalam hati tidak mungkin diketahui pihak lain, dan karenanya tidak mungkin melahirkan suatu perjanjian”. 27 Oleh karena itu Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yaitu tentang kebebasan berkontrak dapat dijadikan patokan, perjanjian pengiriman uang sah sebagai undang- undang dan asas kebebasan berkontrak. Pengiriman uang sifatnya bebas tanpa paksa, menurut Pasal 1321 KUHPerdata yaitu tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian bila pengiriman ini bersifat paksaan, tipuan, khilaf maka pengiriman ini akan batal. Bila karena tipu muslihat, paksaan, khilaf, dan merugikan pihak lain, menurut Pasal 1328 KUHPerdata akan membatalkan pengiriman ini. 26 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1977, hal. 17 27 R. Subekti, Pembinaan Hukum Nasional, Alumni, Bandung, 1981, hal. 58 Pengiriman uang harus bebas dari hal-hal yang tersebut di atas, menurut Abdulkadir M : “Bahwa akibat hukum tidak ada persetujuan kehendak karena paksaan, khilaf dan penipuan, perjanjian itu dapat dimintakan pembatalan kepada hakim”. 28 Syarat kedua adalah kecakapan. Ukuran kecakapan adalah berumur 21 tahun ataupun bila memang belum berumur 21 tahun tetapi sudah kawin. Adapun mengenai hal tidak cakap ini diatur dalam Pasal 1330, yaitu tidak cakap untuk membuat persetujuan adalah : 1. Orang yang belum dewasa 2. Orang yang berada di bawah pengampuan 3. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu. Yang dimaksud Kecakapan adalah kecakapan membuat perjanjian pengirima uang yang menimbulkan periktan seperti Pasal 1329 KUHPerdata, cakap untuk membuat perikatan-perikatan, Jika oleh Undang-Undang tidak dinyatakan tak cakap. Seperti diketahui bahwa perjanjian itu adalah merupakan perbuatan hukum yang melahirkan hubungan hukum yang terletak di dalam lapangan hukum harta kekayaan diantara dua orang atau lebih yang menyebabkan pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain mempunyai kewajiban untuk melakukan atau memberi sesuatu. Atau dengan kata lain pihak yang mempunyai hak disebut kreditor, pihak yang mempunyai kewajiban disebut debitor. 28 Abdulkadir M., Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1982, Selanjutnya disingkat Abdul Kadir Muhammad I, hal. 92 Jadi jelaslah bahwa yang menjadi subjek perjanjian adalah kreditor dan debitor. Perjanjian itu tidak hanya harus antara seorang debitor dengan seorang kreditor saja, tetapi beberapa orang kreditor berhadapan dengan seorang debitor atau sebaliknya. Juga jika pada mulanya kreditor terdiri dari beberapa orang kemudian yang tinggal hanya seorang kreditor saja berhadapan dengan seorang debitor juga tidak menghalangi perjanjian itu. 29 Seorang debitor harus selamanya diketahui atau dikenal, karena ini penting untuk menuntut pemenuhan prestasi seorang debitor tidak diketahui atau dikenal tentunya tidak dapat dilakukan penagihan terhadap orang tersebut. Prestasi yang dimasud adalah sesuai dengan Pasal 1234 KUHPerdata : 1. Memberi sesuatu 2. Berbuat sesuatu 3. Tidak berbuat sesuatu Maksud dari memberi sesuatu itu adalah merupakan kewajiban untuk memberikan barang, misalnya dalam hal jual beli. Tetapi dalam hal untuk memberi sesuatu ini bukanlah diharuskan hanya benda berbentuk barang saja melainkan juga jenis dan jumlah benda tertentu yang di dalamnya termasuk hal memberi dan menikmati atas sesuatu barang. Berbuat sesuatu merupakan suatu perjanjian yang setiap prestasinya untuk melakukan sesuatu. Yang dimaksud dari tidak berbuat sesuatu adalah jika seorang debitor berjanji untuk tidak melakukan perbuatan tertentu. Misalnya perjanjian untuk tidak mendirikan tembok yang menghalangi pemandangan rumah tangga, jika debitor tidak bersedia memenuhi kewajibannya, kreditor atas izin Hakim 29 Djanius Djamin dan Syamsul Arifin, Op.Cit, hal. 153. dapat menyuruh orang lain untuk meruntuhkan tembok tersebut atas ongkos- ongkosnya dari debitor itu sendiri. Sebagaimana diketahui hukum perjanjian dari KUHPerdata menganut asas konsensual, artinya bahwa hukum perjanjian dari KUHPerdata itu menganut suatu asas bahwa untuk melahirkan perjanjian cukup dengan kata sepakat saja dan perjanjian itu sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus. Pada detik itu perjanjian sudah jadi atau mengikat. Artinya jika salah satu pihak tidak dapat melakukan kewajibannya sebagaimana disebutkan dalam perjanjian itu, maka pihak lainnya dapat mengadakan penuntutan ke Pengadilan Negeri dengan alasan hak cidera janji wanprestasi. Dengan demikian membicarakan tentang saat lahirnya perjanjian, tidak terlepas dari asas konsensualisme. Konsensual konsensualisme artinya kesepakatan, persesuaian kehendak. Dengan kesepakatan dimaksudkan bahwa diantara pihak-pihak yang bersangkutan tercapai suatu persesuaian kehendak. Artinya apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak lainnya. Kedua kehendak itu bertemu dalam sepakat tertentu. Tercapainya sepakat ini dinyatakan oleh kedua belah pihak dengan mengucapkan perkataan-perkataan setuju dan lain sebagainya atau dengan bersama-sama menaruh tanda tangan di bawah pernyataan-pernyataan tertulis sebagai tanda bukti bahwa mereka kedua belah pihak menyetujui segala apa yang tertera di atas tulisan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu itu adalah juga dikehendaki oleh pihak yang lain atau dengan kata lain bahwa kehendak mereka adalah “sama” sebenarnya tidak tepat. Yang benar adalah bahwa yang mereka kehendaki adalah “sama dalam kebalikannya”. Misalnya dalam suatu perjanjian jual beli yang satu ingin melepaskan hak miliknya atas suatu barang dengan diberi sejumlah uang tertentu sebagai gantinya, orang lain ingin memperoleh hak milik atas barang tersebut dan bersedia memberikan sejumlah uang yang disebutkan itu sebagai gantinya kepada pemilik barang. Undang-undang juga menetapkan bahwa sahnya suatu perjanjian diharuskan atau ditetapkan dengan suatu formalitas tertentu yang dinamakan perjanjian formil. Hal ini merupakan suatu pengecualian. Perjanjian formil misalnya perjanjian perdamaian dading yang menurut Pasal 1851 ayat 2 KUHPerdata perjanjian itu tidaklah sah melainkan jika dibuat secara tertulis atau penghibahan suatu barang harus dibuat dengan akta Notaris. Dengan demikian perjanjian pengiriman uang adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh para pihak yang telah sepakat untuk mengirimkan uang. Pihak yang satu mempunyai hak untuk memperoleh pembayaran atas jasa untuk mengirimkan uang dan berkewajiban untuk melakukan jasa pengiriman uang, Pihak pengirim uang mempunyai kewajiban untuk membayar biaya pengiriman uang dan berhak atas layanan jasa pengiriman uang ke alamat yang dituju.

C. Pengiriman Uang dengan Sistem Online