dikategorikan menolak untuk melaksanakan kewajiban, sebagai sanksinya pihak pertama berhak atas uang jaminan yang diberikan oleh salah satu pihak.
D. Berakhirnya Suatu Perjanjian
Terpenuhinya kesepakatan antara kedua belah pihak yang disepakati dan syarat-syarat tertentu dalam perjanjian dapat menjadi sebab berakhirnya
perjanjian, misalnya habisnya jangka waktu yang telah disepakati dalam perjanjian, semua hutang dan bunga atau denda jika ada telah dibayarkan. Secara
keseluruhan, KUHPerdata mengatur faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, diantaranya karena :
1. Pembayaran
Pembayaran tidak selalu diartikan dalam bentuk penyerahan uang semata, tetapi terpenuhinya sejumlah prestasi yang diperjanjikan juga memenuhi unsur
pembayaran. 2.
Penawaran pembayaran, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan Pemenuhan prestasi dalam suatu perjanjian sepatutnya dilaksanakan sesuai
hal yang diperjanjikan termasuk waktu pemenuhannya, tidak jarang prestasi tersebut dapat dipenuhi sebelum waktu yang diperjanjikan. Penawaran dan
penerimaan pemenuhan prestsi sebelum waktunya dapat menjadi sebab berakhirnya perjanjian, misalnya perjanjian pinjam meminjam yang
pembayarannya dilakukan dengan cicilan, apabila pihak yang berhutang dapat membayar semua jumlah pinjamannya sebelum jatuh tempo, perjanjian dapat
berakhir sebelum waktunya. 3.
Pembayaran hutang
Pembayaran uang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, sebab munculnya perjanjian baru menyebabkan perjanjian lama yang diperbaharui berakhir.
Perjanjian baru bisa muncul karena berubahnya pihak dalam perjanjian, misalnya perjanjian novasi dimana terjadi pergantian pihak debitor atau
karena berubahnya perjanjian pengikatan jual beli menjadi perjanjian sewa, karena pihak pembeli tidak mampu melunasi sisa pembayaran.
4. Perjumpaan Hutang atau Kompensasi
Perjumpaan hutang terjadi karena antara kreditor dan debitor saling mengutang terhadap yang lain, utang keduanya dianggap terbayar oleh piutang mereka
masing-masing. 5.
Percampuran Hutang Berubahnya kedudukan pihak atas suatu objek perjanjian juga dapat
menyebabkan terjadinya percampuran hutang yang mengakhiri perjanjian. Contohnya penyewa rumah yang berubah menjadi pemilik rumah karena
dibelinya rumah sebelum waktu berakhir, sementara masih ada tunggakan sewa yang belum dilunasi.
6. Pembebasan Hutang
Pembebasan hutang dapat terjadi karena adanya kerelaan pihak kreditor untuk membebaskan debitor dari kewajiban membayar hutang, dengan terbebasnya
debitor dari kewajiban pemenuhan hutang, hal yang disepakati dalam perjanjian sebagai syarat sahnya perjanjian menjadi tidak ada padahal suatu
perjanjian dan dengan demikian berakhirlah perjanjian. 7.
Musnahnya barang yang terhutang
Musnahnya barang yang diperjanjian juga menyebabkan tidak terpenuhinya syarat perjanjian karena barang sebagai hal objek yang diperjanjikan tidak ada,
sehingga berimplikasi pada berakhirnya perjanjian yang mengaturnya. 8.
Kebatalan atau pembatalan Tidak terpenuhinya syarat sah perjanjian dapat menyebabkan perjanjian
berakhir, misalnya karena pihak yang melakukan perjanjian tidak memenuhi syarat kecakapan hukum. Tata cara pembatalan yang disepakati
dalam perjanjian juga dapat menjadi dasar berakhirnya perjanjian. Terjadinya pembatalan suatu perjanjian yang tidak diatur perjanjian hanya
dapat terjadi atas dasar kesepakatan para pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata atau dengan putusan pengadilan yang didasarkan
pada Pasal 1266 KUHPerdata. 9.
Berlakunya suatu syarat batal Dalam Pasal 1265 KUHPerdata diatur kemungkinan terjadinya pembatalan
perjanjian oleh karena terpenuhinya syarat batal yang disepakati dalam perjanjian.
10. Lewatnya waktu
Berakhirnya perjanjian dapat disebabkan oleh lewatnya waktu daluwarsa perjanjian.
Di dalam Pasdal 1381 KUHPerdata disebutkan beberapa cara hapusnya suatu perjanjian yaitu :
1. Pembayaran
2. Penawaran tunai disertai dengan penitipan
3. Pembaharuan hutang
4. Perjumpaan hutang
5. Percampuran hutang
6. Pembebasan hutang
7. Musnahnya benda yang terhutang
8. Kebatalanpembatalan
9. Berlakunya syarat batal
10. Kadaluwarsa atau lewat waktu
Yang dimaksud dengan pembayaran adalah pelaksanaan atau pemenuhan perjanjian secara sukarela, artinya tidak dengan paksaan.
Pada dasarnya pembayaran hanya dapat dilaksanakan oleh yang bersangkutan saja. Pasal 1382 KUHPerdata menyebutkan bahwa pembayaran dapat dilakukan
oleh orang lain. Dengan demikian undang-undang tidak mempersoalkan siapa yang harus membayar, akan tetapi yang penting adalah hutang itu harus dibayar.
Penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penitipan adalah salah satu cara pembayaran untuk menolong debitor. Dalam hal ini si kreditor
menolak pembayaran. Penawaran pembayaran tunai terjadi jika si kreditor menolak menerima pembayaran, debitor secara langsung menawarkan konsignasi
yakni dengan menitipkan uang atau barang kepada Notaris atau Panitera. Setelah itu Notaris atau uang yang harus dibayarkan selanjutnya menjumpai kreditor
untuk melaksanakan pembayaran. Jika kreditor menolak, dipersilahkan oleh Notaris atau Panitera untuk menandatangani berita acara. Jika kreditor menolak
juga, hal ini dicatat dalam berita acara tersebut, hal ini merupakan bukti bahwa kreditor menolak pembayaran yang ditawarkan. Dengan demikian debitor
meminta kepada Hakim agar konsignasi disahkan Jika telah disahkan, debitor terbebas dari kewajibannya dan perjanjian dianggap hapus.
Pembaharuan hutang novasi adalah peristiwa hukum dalam suatu perjanjian yang diganti dengan perjanjian lain. Dalam hal para pihak mengadakan
suatu perjanjian dengan jalan menghapuskan perjanjian lama dan membuat perjanjian yang baru.
Dalam hal terjadinya perjumpaan hutang atau kompensasi terjadi jika para pihak yaitu kreditor dan debitor saling mempunyai hutang dan piutang,
maka mereka mengadakan perjumpaan hutang untuk suatu jumlah yang sama. Hal ini terjadi jika antara kedua hutang berpokok pada sejumlah uang atau
sejumlah barang yang dapat dihabiskan dari jenis yang sama dan keduanya dapat ditetapkan serta dapat ditagih seketika.
Percampuran hutang terjadi akibat keadaan bersatunya kedudukan kreditor dan debitor pada satu orang. Dengan bersatunya kedudukan debitor pada satu
orang dengan sendirinya menurut hukum telah terjadi percampuran hutang sesuai dengan Pasal 1435 KUHPerdata.
Pembebasan hutang terjadi apabila kreditor dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak menghendaki lagi adanya pemenuhan prestasi oleh si debitor.
Jika si debitor menerima pernyataan si kreditor maka berakhirlah perjanjian hutang piutang diantara mereka.
Dengan terjadinya musnah barang-barang yang menjadi hutang debitor, perjanjian juga dapat hapus. Dalam hal demikian debitor wajib membuktikan
bahwa musnahnya barang tersebut adalah di luar kesalahannya dan barang itu akan musnah atau hilang juga meskipun di tangan kreditor. Jadi dalam hal ini si
debitor telah berusaha dengan segala daya upaya untuk menjaga barang tersebut agar tetap berada seperti semula. Hal ini disebut dengan risiko.
Suatu perjanjian akan hapus jika ada suatu pembatalan ataupun dibatalkan. Pembatalan haruslah dimintakan atau batal demi hukum. Karena jika dilihat
batal demi hukum maka akibatnya perjanjian itu dianggap tidak pernah ada, sedangkan dalam pembatalan, perjanjian dianggap telah ada akan tetapi karena
suatu pembatalan maka perjanjian itu hapus dan para pihak kembali kepada keadaan semula.
Syarat batal adalah syarat yang jika dipenuhi, menghentikan perjanjian dan membawa segala sesuatu kembali kepada keadaan semula, yaitu tidak
pernah ada suatu perjanjian. Syarat ini tidak menangguhkan pemenuhan perjanjian, hanyalah mewajibkan si berpiutang mengembalikan apa yang
telah diterimanya jika peristiwa yang dimaksud terjadi.
17
Daluwarsa adalah suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perjanjian dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas
syarat-syarat yang diterima oleh undang-undang Pasal 1946 KUHPerdata.
17
Ibid, hal. 17
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG BANK
SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN
A.
Pengertian Bank
Untuk mempercepat dan meningkatkan proses peningkatan perekonomian dan sumber daya manusia, bank merupakan salah satu sarana di dalam usaha
untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah
dan swasta maupun perorangan yang menyimpan dana-dananya, maupun bagi kegiatan exportimport dan berbagai jasa yang diberikan bank melalui kebutuhan
pembayaran dan juga pembiayaan bagi semua sektor perekonomian. Bank memberikan kredit pada sektor perekonomian, mengembangkan
sumber daya manusia, melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, merupakan suplier dari sebagian alat tukar atau alat pembayaran
sehingga mekanisme kebijaksanaan moneter dapat berjalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bank merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat
penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian dan pengembangan sumber daya manusia.
Melihat peranan bank sebagaimana yang diuraikan di atas, haruslah diketahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan bank tersebut. Mengenai apa
yang dimaksud dengan bank, banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Di sini penulis mengutip beberapa pendapat dari para sarjana mengenai pengertian
bank.
G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik mengatakan bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit. Baik
dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa
uang giral.
18
F.E. Perry, bank adalah perusahaan yang berhubungan dengan uang, menerimanya atas deposito dari nasabah, memberikan pelayanan pada nasabah
dalam penarikan deposito yang dilakukannya atas permintaan, menghimpun cek untuk nasabah dan memberikan pinjaman atau menginvestasikan surplus deposito
sehingga diperlukan untuk pembayaran.
19
A. Abdurrahman dalam Ensiklopedia Keuangan dan Perbankan menyebutkan bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam
jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda, benda
berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.
20
R. Tjipto Adinugroho dalam bukunya “Permodalan Dana dan Potensi” menyatakan bank adalah suatu lembaga yang mempunyai pekerjaan pokok
memberikan kredit berupa simpanan deposito di samping kiriman uang”.
21
18
Thomas Suyatno, et.al.,Kelembagaan Perbankan, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, 1997, hal. 1
19
Komaruddin, Kamus Perbankan, Rajawali Pers, 1998, Cetakan Edisi Baru, hal. 28
20
Thomas Suyatno, et.al.,Op.Cit, hal. 1
21
R. Tjipto Adinugroho, Permodalan Dana dan Potensi, Pradya Paramita, Jakarta, 1974, hal. 15
Pierson, ahli ekonomi dari Belanda menyatakan “bank adalah badan yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka dari
tabungan”.
22
Mac Leod, dalam buku “The Theory and Practise of Banking” menyatakan “bank adalah pengusaha yang membeli uang dan pinjaman dengan
cara menciptakan pinjaman lainnya”. a banker is a trader whose business is to buy money and debts by creating other
debts.
23
Perbedaan pendapat para sarjana tersebut mengenai pengertian bank adalahdikarenakan perbedaan situasi dan kondisi dari suatu negara, juga
dikarenakan bankmerupakan perusahaan yang dinamis, sehingga gambaran tentang bank mengalami perubahan dari masa lalu ke masa sekarang. perubahan-
perubahan tersebut adalah dalam rangka memantapkan eksistensi dari bank itu sendiri di tengah-tengah masyarakat dalam usaha menghimpun dana dan
menyalurkan kembali ke masyarakat. Di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 1 ayat 2 menyebutkan pengertian bank yaitu : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dilihat dari fungsinya, definisi tentang bank tersebut dapat dikelompokkan
dalam tiga bagian, yaitu :
22
Prathama Raharja, Uang dan Perbankan, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, Cetakan Edisi Revisi, hal. 12
23
O.P. Simorangkir, Dasar-dasar dan Mekanisme Perbankan, Aksara Persada Indonesia, 1989, hal. 18
1. Bank dilihat sebagai penerima kredit, dalam pengertian pertama ini bank
menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk : a.
Simpanan atau tabungan biasa yang dapat diminta atau diambil kembali setiap saat.
b. Deposito berjangka, yang merupakan tabungan atau simpanan yang
penarikannya kembali hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang ditentukan habis.
c.
Simpanan dalam rekening korangiro atas nama si penyimpan giro yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro,
atau perintah tertulis kepada bank.
2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit, ini berarti bahwa bank melaksanakan
operasi perkreditan secara aktif. Jadi fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi kredit, tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari
deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.
3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang
berasal dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang bank.
24
Dari uraian-uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya
kembali ke masyarakat, dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi,
dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
B. Syarat Pengiriman Uang Melalui Bank