Akibat Hukum Jika Terjadi Kesalahan Dalam Pengiriman Uang

Penyelesaian sengketa, baik melalu pengadilan atau arbitrasi bersifat formal, memaksa, melihat masalah ke belakang dengan memperhatikan ciri pertentangan dan apa yang mendasarkan hak-hak. Dalam hal ini para pihak yang melitigasi suatu sengketa harus melalui prosedur pemutusan perkara yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ketat dan hak serta kewajiban hukum para pihak. Sebaliknya, ADR Alternative Dispute Resolution sifatnya tidak formal, sukarela melihat ke depan, kooperatif dan berdasar kepentingan. Sementara itu ADR yang menjadi populer sekarang dan sudah ada di Indonesia perlu dikembangkan pelatihan arbitrator, mediator, nesiator dan konsiliator. Selanjutnya perlu pula dibuat kode etik profesi tersebut. 41

D. Akibat Hukum Jika Terjadi Kesalahan Dalam Pengiriman Uang

Dalam perjanjian pengiriman uang disebutkan bahwa apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam akta perjanjian berbentuk standar contract, para pihak yang tidak memenuhi kewajiban tersebut dikatakan telah ingkar janji. Di dalam perjanjian pengiriman uang apabila salah satu pihak sudah dengan tegas ditagih janjinya tetapi tetap tidak melaksanakan prestasinya, pihak yang tidak memenuhi kewajiban itu berada dalam keadaan lalai atau alpa yang mengakibatkan dapat dituntut di Pengadilan. 42 41 Ibid 42 Jika pihak Bank BRI tidak berprestasi atau melakukan kesalahan dalam melakukan pengiriman uang karena lalai atau alpa, pihak nasabah atau Wawancara dengan Dedy Esikel Sihaloho, Kepala Divisi Bank Kredit Bank BRI Tanjung Balai, tanggal 8 Januari 2013 bukan nasabah yang melakukan pengiriman dengan menggunakan jasa Bank BRI dapat menuntut pihak bank untuk memberikan ganti rugi. Sedangkan jika dalam pengiriman uang tersebut ternyata uang tersebut tidak sampai kepada alamat atau orang yang dituju disebabkan kesalahan pengirim, dalam hal ini pihak Bank BRI tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. 43 Menurut hasil wawancara dengan Dedy Esikel Sihaloho Kepala Divisi Kredit Bank BRI Tanjung Balai disebutkan bahwa : Sampai sekarang pihak Bank BRI belum pernah melakukan kesalahan dalam pengiriman uang. Demikian juga orang atau pengirim uang tidak pernah melakukan kesalahan dalam menuliskan alamat atau nomor rekening pihak yang dituju sebab tetap mengikuti petunjuk dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak Bank BRI. Jadi dalam hal ini tidak ada pihak yang menuntut ganti rugi kepada pihak lain. Dengan demikian jelaslah bahwa jika salah satu pihak melakukan kesalahan dalam pengiriman uang wanprestasi, pihak yang melakukan wanprestasi itu dapat dipertanggungjawabkan untuk membayar ganti rugi kepada pihak lawannya yang dirugikan. Ganti rugi di sini adalah merupakan sanksi atas kealpaan dari pihak yang melakukan wanprestasi. 44 Jika salah satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagaimana ditentukan atau ditetapkan dalam perjanjian atau tidak melakukan prestasi sesuai dengan yang diperjanjikan sehingga kepadanya diwajibkan untuk memberikan ganti rugi. salah satu pengecualian hukuman terhadap tindakan yang 43 Ibid 44 Wawancara dengan Dedy Esikel Sihaloho, Kepala Divisi Kredit Bank BRI Tanjung Balai, tanggal 8 Januari 2013 dilakukan untuk memberikan ganti rugi adalah apabila terjadi suatu keadaan memaksa force majeure. Keadaan memaksa atau force majeure adalah suatu keadaan di dalam hukum perdata yang dapat menyebabkan bahwa suatu hak atau suatu kewajiban dalam suatu perjanjian tidak dapat dilaksanakan. Dengan demikian pembelaan terhadap perbuatan yang dapat menggugurkan tuntutan ganti rugi ini antara lain adalah karena terjadinya force majeure atau keadaan memaksa. Dengan keadaan memaksa ini maka para pihak terpaksa tidak dapat melaksanakan prestasi yang diperjanjikannya karena suatu keadaan yang tidak dapat dihindarkannya dan memaksanya untuk itu. Dalam keadaan memaksa ini para pihak tidak dapat dipersalahkan, karena keadaan ini timbulnya di luar kemampuan salah satu pihak. Jadi jelaslah bahwa keadaan memaksa force majeure ini adalah suatu keadaan tidak dapat dipenuhinya prestasi karena terjadi suatu peristiwa bukan karena kesalahannya, sebab peristiwa tersebut tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu membuat perjanjian. Unsur-unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa force majeure dalam perjanjian pengiriman uang adalah : 1. Tidak dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan atau memusnahkan benda yang menjadi objek perikatan. 2. Tidak dapat dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan untuk berprestasi. 3. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perjanjian baik oleh penjual maupun oleh pembeli, jadi bukan kesalahan pihak-pihak. Tujuan dari suatu perjanjian tidak lain adalah untuk ditepati atau dipenuhi oleh orang atau pihak-pihak yang mengadakannya. Memenuhi janji yang telah dibuat dan disepakati berarti pula merupakan suatu perbuatan mementingkan orang lain terhadap siapa janji itu ditujukan. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam pergaulan hidup manusia seringkali terjadi hal yang disebut ingkar janji atau wanprestasi. 45 Tujuan akhir dari wanprestasi adalah memberikan penggantian-penggantian kerugian kepada pihak yang dirugikan, cara-cara untuk menuntut ganti rugi tersebut telah diatur sesuai dengan peraturan yang berkenaan dengan itu. Dengan adanya ingkar janji atau wanprestasi terhadap janji, pentingnya itu peraturan hukum perjanjian yang di dalamnya mengatur seluk beluk peristiwa sehubungan dengan orang yang ingkar janji atau wanprestasi. Ingkar janji di sini adalah tidak menepati janji sebagaimana mestinya. Dalam perjanjian pengiriman uang disebut apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam akta perjanjian berbentuk standar contract, paa pihak yang tidak memenuhi kewajiban tersebut dikatakan ingkar janji. 45 Ibid Pengiriman uang melalui transfer yang diselenggarakan oleh Bank BRI Cabang Tanjung Balai menggunakan media perantara melalui surat, telex, facsimile, telepon, tidak selamanya dapat berjalan sebagaimana mestinya. Karena ada hal-hal yang mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya pengiriman uang dengan baik. Terjadi kelalaian oleh pihak Bank dalam pengiriman melalui sistem online yang mengakibatkan terlambatnya kiriman. Tidak diterimanya atau terjadinya pembayaran oleh pihak lain sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak pengirim. Jika hal ini terjadi maka kewajiban Bank untuk bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pengirim dengan sistem online sesuai dengan kepatutan. Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa Bank tidak dapat begitu saja bertanggung jawab atas perbuatannya yang menimbulkan kerugian, karena bank hanya bertanggung jawab apabila ada penuntutan dan permohonan dari si pemohon ataupun pengirim untuk mendapatkan ganti rugi. Dalam praktik pelaksanaan pengiriman uang melalui transfer, baik pengirim maupun penerima transfer pada umumnya enggan untuk melakukan penuntutan ganti rugi, pihak Bank beranggapan bahwa pihak pengirim maupun pihak penerima transfer dengan sistem online menerima keadaan tersebut. Adapun sebab tidak dituntutnya ganti rugi oleh pihak pengirimpenerima transfer dengan sistem online ada kalanya disebabkan oleh karena pengirimanpenerima transfer tidak mengetahui batas waktu penyampaian transfer dan bahkan tidak mengetahui bahwa ia berhak untuk memperoleh ganti rugi atas keterlambatan atau tidak diterimanya uang transfer oleh si penerima. Bila ada penuntutan ganti rugi oleh si pengirim ataupun penerima transfer maka cara yang sering dilakukan oleh pihak Bank dengan pengirim transfer adalah dengan jalan musyawarah. Ditempuh cara musyawarah untuk menyelesaian perselisihan. Oleh karena para pihak umumnya berkeberatan perselisihan tersebut diselesaikan melalui pengadilan, karena hal tersebut akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar. Hal yang paling utama adalah untuk menjaga citra baik Bank itu sendiri dan menjaga hubungan baik antara Bank dan Nasabah. Walau demikian, tidak menutup kemungkinan dilakukannya penyelesaian dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan. Hal ini terjadi apabila salah satu pihak tidak mau menerima atau merasa keberatan atas hasil keputusan yang diambil secara musyaarah. Bagi Bank BRI Cabang Tanjung Balai sendiri hal ini selalu diselesaikan dengan cara musyawarah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan