Pendapat subjek mengenai pernikahan yang dilakukan wanita di usia remaja.

IV.C.2. Subjek 1I 1. Arti perkawinan bagi subjek Pernikahan bagi subjek adalah tempat dimana dapat mandiri dan memiliki pemikiran lebih dewasa. Bagi subjek seteleh menikah dan memiliki anak maka kehidupannya tidak akan sama seperti sebelum menikah. Kebahagian banyak subjek rasakan setelah menikah dibandingkan sebelum menikah.

2. Pendapat subjek mengenai pernikahan yang dilakukan wanita di usia remaja.

Subjek tidak mempermasalahkan mengenai pernikahan wanita di usia remaja. Kemampuan subjek dalam menyesuaikan diri mempermudah subjek dalam menjalani kehidupan pernikahannya. Bagi subjek kehidupan setelah menikah tidak sama seperti sewaktu Ia masih gadis dulu dimana hanya memikirkan diri sendiri saja tetapi mulai memikirkan bagaimana mengurus keluarga . 3. Permasalahan dalam Penyesuaian Pernikahan a. Penyesuaian dengan pasangan Pernikahan yang dijodohkan dan selang waktu yang cukup singkat setelah pernikahan membuat subjek dan pasangan hanya memiliki waktu yang singkat untuk mengenal pasangannya. Hurlock 1999 mengatakan bahwa semakin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang diperoleh pada masa lalu, makin besar pengertian yang telah mereka kembangkan dan semakin besar kemauan mereka untuk bekerja sama serta semakin baik mereka menyesuaikan diri satu sama lain dalam perkawinan. Subjek dan suami Universitas Sumatera Utara yang menikah dengan jalan perjodohan hanya mengalami proses perkenalan selama 1 minggu. Hubungan interpersonal subjek dan pasangan belum begitu banyak sebelum mereka menikah. kondisi ini memunculkan kesulitan komunikasi antara subjek dan pasangannya setelah mereka menikah. Menurut subjek semua kebutuhannya telah tercukupi walaupun dalam hal keuangan selalu mengalami kekurangan. Bagi subjek yang selama hidupnya telah mengalami kehidupan yang tidak menyenangkan, menikah merupakan salah satu upayanya untuk mendapatkan kebahagian. Pernikahan bagi subjek adalah merupakan keiinginan yang sudah lama diimpikan subjek. yaitu keinginan unutk tinggal menetap dan bebas melakukan segala keinginan-keinginannya yang lain. Subjek tidak memiliki keberanian untuk memimpikan sesuatu yang berlebihan karena kehidupan susah yang subjek rasakan sedari kecil membuat subjek tidak mau memimpikan hal-hal yang terlalu tinggi begitu juga dengan pasangan. Semakin sama latar belakang suami dan istri maka semakin mudah untuk saling menyesuaikan diri Hurlock, 1999. Subjek dan suami yang sama-sama berasal dari latar belakang suku yang sama tidak terlalu kesulitan untuk saling menyesuaikan diri. Pandangan serta harapan kedepan yag sama terhadap pernikahan membuat subjek dan pasangan mampu untuk bertahan. Subjek memiliki peranan yang cukup besar dalam menentukan segala keputusan maupun mengatur keluarganya. segala sesuatu yang berurusan dengan keluarga dan rumah tangga menjadi tanggung jawab subjek. Hal ini tidak menjadi suatu permasalahan bagi subjek karena menurut subjek suaminya kurang mampu dalam hal menyelesaikan masalah. Suami subjek lebih sering menuruti apa yang Universitas Sumatera Utara diinginkan subjek dan menyerahkan segala penyelesaian masalah pada subjek. Kondisi ini terkadang membuat subjek lebih banyak mengambil keputusan sendiri. Kepentingan dan minat bersama diantar suami dan istri dalam pernikahan membawa penyesuaian yang baik Hurlock, 1999. Penyesuaian yang baik antara subjek dan suaminya dalam pernikahan mereka membuat mereka memiliki keserupaan dalam nilai-nilai yang akan menjadi pegangan mereka dalam membina keluarga. Latar belakang yang sama turut mempengaruhi penyesuaian mereka. Hal ini seperti yang dikemukakan Hurlock 1999, Pasangan yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai nilai yang lebih serupa daripada mereka yang penyesuaian dirinya buruk. Hurlock 1999 mengatakan bahwa setiap lawan pasangan mempunyai konsep yang pasti mengenai bagaimana seharusnya peranan seorang suami dan istri, atau setiap individu mengharapkan pasangannya memainkan perannya. Peran seorang suami yang baik menurut subjek adalah harus dapat bertanggung jawab pada keluarga terutama pada anak dan perhatian pada istrinya. Peran istri yang baik menurut subjek adalah melayani suami dan rajin bekerja. Seorang istri yang baik mampu untuk melayani suami seperti menyiapkan makanan, mencuci pakaiannya dan mengurus rumah dengan baik. Penyesuaian terhadap pasangannya berarti mengorganisasikan pola kehidupan, merubah persahabatan dan kegiatan-kegiatan sosial, serta merubah persyaratan pekerjaan, terutama bagi seorang istri Hurlock, 1999. Perubahan pola kehidupan dirasakan subjek ketika setelah menikah. Subjek tidak dapat merasakan kebebasan seperti dulu ketika ia belum menikah. Subjek tidak dapat Universitas Sumatera Utara bepergian kemanapun dengan bebas tanpa harus meminta izin suaminya. Setelah menikah dan memiliki anak subjek harus meminta izin suami dan harus membawa anaknya jika ingin berpergian bahkan jika bekerja. Pekerjaan subjek juga ikut terganggu setelah menikah. Subjek harus memastikan rumah dalam keadaan bersih sebelum bekerja. Subjek juga harus membawa anak jika akan bekerja sehingga terkadang menganggu pekerjaan subjek. b. Penyesuaian Seksual Hurlock 1999 mengatakan bahwa masalah ini adalah masalah yang paling sulit dalam pernikahan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan dalam pernikahan. Permasalahan biasanya dikarenakan pasangan belum mempunyai pengalaman yang cukup dan tidak mampu mengendalikan emosi mereka. informasi maupun pengetahuan mengenai permasalahan seksual sangat sedikit diperoleh oleh subjek. Kehidupan subjek yang terisolir dari dunia luar karena bekerja sebagai pembantu rumah tangga membuat subjek jarang memiliki teman dan mendapatkan informasi mengenai permasalahan seksual. Sikap terhadap seks sangat dipengaruhi oleh cara pria dan wanita menerima informasi seks selama masa anak-anak dan remaja. Subjek sedari kecil cenderung untuk selalu berusaha menyesuaikan diri dengan orang lain supaya dapat diterima. Hal ini membuat subjek selalu menekan segala perasaannya, hal ini ternyata kemudian mempengaruhi subjek dalam penerimaan informasi seksual. sikap subjek yang mengganggap pembicaraan maupun pembicaraan seputar Universitas Sumatera Utara masalah seksual sebagai sesuatu yang tabu mempengaruhi sikap subjek kemudian setelah menikah terhadap hubungan seksual. Subjek telah mengalami kebosanan dalam melakukan hubungan seksual dengan suaminya. Subjek mengatakan bahwa hubungan seksual dengan suami tidak harus sering dilakukan. Hal ini dikarenakan subjek merasa direpotkan dengan rutinitas yang harus dijalaninya jika selesai berhubungan sehingga terkadang membuatnya terlambat bekerja. Faktor anak ternyata juga mempengaruhi subjek. Keinginan subjek yang hanya meginginkan memiliki satu anak ternyata tidak sesuai dengan keinginan suami. c. Penyesuaian keuangan Subjek tidak memiliki permasalahan dalam hal penyesuaian keuangan. Walaupun subjek merasakan selalu kekurangan dalam hal kondisi keuangan, subjek tetap merasakan kebahagian dalam pernikahannya. Subjek juga tidak merasa kesulitan dalam hal pengaturan keuangan rumah tangganya. Subjek menyesuikan penghasilan yang diperoleh dari pekerjaannya dan pekerjaan suami dengan pengeluaran rumah tangga seperti biaya listrik dan air, makanan, dan keperluan rumah tangga lainnya. Sumber penghasilan dalam rumah tangga subjek diperoleh dari pekerjaan subjek dan suami. Penghasilan dari subjek bekerja digunakan unutk menutupi kekurangan keuangan dalam rumah tangga mereka sehingga tidak menimbulkan masalah dalam hal keuangan. Universitas Sumatera Utara d. Penyesuaian dengan keluarga pasangan. Hubungan subjek yang baik dengan keluarga suami membuat subjek tidak merasa kesulitan dalam hal penyesuaian dengan keluarga pasangannya. Hubungan subjek dengan ibu mertua juga terjalin dengan baik bgitu juga hubungan antara subjek dengan keluarga suami lainnya yaitu kakak maupun adik suami. Menurut subjek ibu mertua tidak pernah memarahinya jika subjek melakukan kesalahan. Ibu mertua akan menasehatinya jika ada kesalahan yang subjek lakukan. Subjek selalu berusaha untuk tidak memiliki pemikiran buruk dengan keluarga pasangannya karena menurut subjek hubungan yang baik terjalin tergantung pada diri kita sendiri dalam menyesuikan diri dengan kondisi lingkungan tempat kita berada. Kehidupan mandiri yang dipilih subjek ternyata membuahkan hasil yang positif bagi subjek dan keluarganya. Hubungan subjek dengan keluarga semakin baik dan terhindar dari masalah. Keputusan ini dipilih subjek supaya tidak terjadi banyak masalah dengan pihak keluarga suami jika mereka tinggal satu rumah dengan keluarga suami.

4. Pola Penyesuaian Pernikahan