Pola Penyesuaian Pernikahan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan

4. Pola Penyesuaian Pernikahan

Perbedaan pendapat yang terjadi antara subjek dan suami biasanya berakhir dengan pertengkaran yang kemudian membuat salahsatu pasangan menghindar dan permasalahan baru selesai ketika salahsatu sudah mengalah. Subjek dan suami membicarakan permasalahan setelah mereka bertengkar terlebih dahulu. Pertengkaran sering muncul dalam pernikahan subjek dikarenakan suami subjek belum dapat mengutamakan keluarga sepenuhnya. Suami subjek masih sering keluar malam dan pulang sampai larut malam. Hal ini membuat subjek marah sehingga muncullah pertengkaran. Menurut Landis Landis dalam Wahyuningsih, 2002 pola penyesuaian dengan cara permusuhan adalah dimana pasangan yang pada pola ini berusaha untuk tetap mempertahankan pendapat masing-masing dengan segala cara. Walgito 1984 mengemukakan bahwa pernikahan diusia yang masih sangat muda akan menguundang banyak masalah karena dari sisi psikologis pasangan yang belum matang. Hal ini yang terjadi pada kondisi pernikahan subek. Subjek yang menikah di usia muda terlihat belum dapat menunjukkan kematangan secara psikologis. Subjek mengharuskan suami untuk memenuhi keinginan- keinginannya dan jika tidak dipenuhi suami subjek akan langsung marah. Kemarahan subjek ini kemudian memicu pertengkaran antara subjek dan suami yang kemudian diakhiri dengan aksi saling diam. Permasalahan tidak akan selesai jika salah satu pasangan baik itu subjek maupun suami subjek tidak mengalah dan meminta maaf. Universitas Sumatera Utara

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan

1. Karakteristik kepribadian Salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian perkawinan dan karakteristik kepribadian Burgess Locke ,1960. Subjek yang cenderung pemarah tetapi lebih sering memendam masalah mengalami kesulitan dalam penyesuian diri dengan pasangan. Ketidakterbukaan antara subjek dan suami menghambat penyesuaian mereka sehingga pertengkaran sering muncul. Sifat suami yang juga sama dengan subjek membuat mereka sulit untuk saling mengalah. 2. Latar belakang Budaya Persamaan latar belakang budaya antara suami dan istri merupakan hal yang baik, sedangkan jika terdapat perbedaan latar belakang yang cukup besar maka hal tertentu ini dapat menyulitkan penyesuaian dalam pernikahan. Suami dan istri dengan latar belakang budaya yang berbeda akan mengalami kesulitan berkomunikasi. Burgess Locke ,1960 Latar belakang budaya yang sama tidak menimbulkan kesulitan bagi subjek dan pasangannya dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka. Subjek dan pasangan yang sama-sama berasal dari keluarga yang bersuku jawa dan tradisi yang sama mebuat subjek dan pasangan belum pernah mengalami permasalahan berkaitan dengan perbedaan latar belakang budaya. 3. Pola Respon Secara umum keromantisan dihubungkan dengan adanya saling ketertarikan. Hal ini merupakan kebahagian terbesar dalam pernikahan. Subjek Universitas Sumatera Utara mengatakan bahwa suaminya bukan tipe suami yang romantis. Suami subjek sejak berpacaran tidak pernah menunjukkan hal-hal yang romantis. Subjek menginginkan suami yang romantis seperti pasangan-pasangan romatis yang pernah dilihatnya. Tetapi sejak suami subjek bekerja diluar kota mulai terlihat romantis dan sering mengungkapkan rasa rindunya pada subjek. Suami subjek juga sering berbicara dengan ungkapan sayang dan cinta pada subjek jika sedang berbicara dengan subjek melalui telepon. Jarak yang jauh dan intensitas bertemu yang semakin sedikit membuat suami subjek merindukan subjek. Subjek sendiri bukan tipe istri yang romantis dan juga jarang mengungkapkan rasa sayang pada suaminya. Subjek biasanya menunjukkan rasa sayangnya dengan perhatian pada sang suami. 4. Hasrat seks Trauma yang terkadang masih dirasakan subjek ternyata membuat subjek jarang memiliki dorongan untuk berhubungan dengan pasangannya. Subjek yang biasanya sudah tertidur jika suami pulang bekerja membuat hubungan seksual dengan suami menjadi jarang dilakukan. Suami subjek terkadang menanyakan alasan subjek menolak ketika diajak berhubungan, tetapi subjek hanya lebih memilih diam. Hal ini sesuai dengan Burgess dan Locke 1960 faktor psikologis merupakan faktor yang lebih besar mempengaruhi penyesuaian seksual dalam perkawinan dibandingkan dengan faktor biologis. Universitas Sumatera Utara IV.C.2. Subjek 1I 1. Arti perkawinan bagi subjek Pernikahan bagi subjek adalah tempat dimana dapat mandiri dan memiliki pemikiran lebih dewasa. Bagi subjek seteleh menikah dan memiliki anak maka kehidupannya tidak akan sama seperti sebelum menikah. Kebahagian banyak subjek rasakan setelah menikah dibandingkan sebelum menikah.

2. Pendapat subjek mengenai pernikahan yang dilakukan wanita di usia remaja.