Permasalahan dalam Penyesuaian Pernikahan

belum dapat membahagiakan orangtuanya dan tidak dapat memenuhi janjinya untuk membahagiakan orangtuanya dengan bekerja dan melanjutkan pendidikannya kejenjang perkuliahan, tapi karena harus menikah hal itu tidak dapat terlaksana. Subjek menyesali bahwa Ia belum dapat merasakan bagaimana pengalaman bekerja dan memiliki banyak teman, bebas berhubungan dengan teman-temannya dan pengalaman-pengalaman baru lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanum 1997 bahwa pernikahan remaja putri adalah timbulnya berbagai penyesalan. Penyesalan itu berkisar pada masalah terputusnya studi, tidak dapat mencari penghasilan, ketidakmampuan dalam mengasuh anak yang dilahirkan secara baik dan benar, tidak dapat memperoleh kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang diluar komunitasnya, jika dipahami lebih lanjut pada dasarnya penyesalan yang muncul tersebut lebih terarah pada hilangnya masa remaja mereka

3. Permasalahan dalam Penyesuaian Pernikahan

a. Penyesuaian dengan pasangan Hurlock 1999 menyatakan bahwa saat memilih pasangan, baik pria maupun wanita sampai pada waktu tertentu dibimbing oleh konsep pasangan ideal yang dibentuk selama masa dewasa. Subjek telah memiliki konsep pasangan yang Ia inginkan sebelum menikah yaitu memiliki yang sayang dengan dirinya, keluarga, dan taat beribadah. Setelah menikah pasangan subjek tidak memenuhi semua kriteria yang diinginkan subjek. Suami subjek masih belum dapat melaksanakan ibadah dengan baik seperti yang diinginkan subjek sehingga terkadang memicu pertengkaran antara subjek dan suami. Universitas Sumatera Utara Menurut Hurlock 1999 penyesuaian yang baik akan terjadi saat pasangan mencoba membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila diperlukan pengenalan, pertimbangan prestasi dan status sosial sosial agar bahagia, pasangan harus membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Subjek dan pasangan dalam pernikahan mereka masih mencoba untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing pasangan. Pernikahan yang terpaksa, kondisi ekonomi, ketidaksiapan baik segi fisik dan mental dilakukan membuat subjek dan pasangan masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan masing-masing pasangan dalam menikah membuat subjek. Semakin sama latar belakang suami dan istri maka semakin mudah untuk saling menyesuaikan diri Hurlock, 1999. Subjek memiliki kesamaan latar belakang suku dan keluarga yang sama dengan suaminya. Keluarga subjek dan suami subjek sama-sama bersuku jawa dan status ekonomi yang sama. Latar belakang keluarga dan suku yang sama membuat subjek tidak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pasangan dalam pernikahannya. Kepentingan yang sama mengenai suatu hal yang dapat dilakukan pasangan cenderung membawa penyesuaian yang baik daripada kepentingan bersama yang sulit dilakukan dan dibagi bersama dalam Hurlock, 1999. Subjek dalam pernikahannya sering mengalami masalah dikarenakan kesulitan salahsatu pasangan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang dialami setelah menikah. Suami subjek memiliki keiinginan dan kepentingan yang masih belum seimbang terhadap pernikahan mereka. Subjek menginginkan suami untuk lebih Universitas Sumatera Utara mengutamakan keluarga dibandingkan teman-temannya dan merubah kebiasaan dulu sebelum menikah. Pasangan yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai nilai yang lebih serupa daripada mereka yang penyesuaian dirinya buruk dalam Hurlock, 1999. Masalah-masalah yang muncul pada awal pernikahan menunjukkan penyesuian yang buruk antara subjek dan suami. Subjek yang menikah dikarenakan keterpaksaan mencoba untuk tetap menjalankan kehidupan pernikahan dengan baik walaupun masalah selalu saja ada. Penyesalan yang masih sering dirasakan subjek juga turut mempengaruhi penyesuaian subjek terhadap kehidupan pernikahannya. Subjek dan suami masih belum mendapatkan kesamaan dalam pendapat maupun keinginan pada pernikahan mereka. Subjek yang menginginkan pasangan untuk lebih mengutamakan keluarga ternyata belum dapat diwujudkan oleh suami subjek. Kesulitan suami subjek untuk merubah kebiasaan-kebiasaannya seperti pulang larut malam sebelum menikah ternyata menjadi pemicu pertengkaran yang sering terjadi diantara mereka. Hal ini menunjukkan suatu bentuk kondisi penyesuain yang buruk oleh pasangan dalam menyesuikan diri dengan kehidupan pernikahan. Setiap lawan pasangan mempunyai konsep yang pasti mengenai bagaimana seharusnya peranan seorang suami dan istri, atau setiap individu mengharapkan pasangannya memainkan perannya. Jika harapan terhadap peran tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan konflik dan penyesuaian yang buruk dalam Hurlock, 1999. Subjek menginginkan suami yang yang menyayangi istri, Universitas Sumatera Utara mengutamakan keluarga, dan taat beribadah. Keinginan-keinginan subjek tersebut ternyata belum sepenuhnya dapat tercapai. Suami subjek masih belum dapat menyeimbangkan kondisinya saat ini yang sudah menikah untuk lebih mengutamakan keluarga dibanding kegiatannya diluar rumah. Selainitu, ketidakmampuan suami subjek untuk lebih taat beribadah juga sering menimbulkan masalah antara subjek dan suami. Peran istri yang baik menurut subjek adalah mampu mengatur keluarga dengan baik dan dapat mengatur serta mengurus suami dengan baik. Subjek ingin menjadi istri yang baik bagi suaminya, tetapi keinginan tersebut belum dapat tercapai sepenuhnya karena suami subjek setelah 2 bulan menikah harus bekerja diluar kota. Kesulitan yang dialami subjek dalam menjalankan perannya adalah ketika harus mengatur suami dan mengurus keperluan suami. Penyesuaian terhadap pasangannya berarti mengorganisasikan pola kehidupan, merubah persahabatan dan kegiatan-kegiatan sosial, serta merubah persyaratan pekerjaan, tertuma bagi seorang istri. Penyesuaian-penyesuaian ini seringkali diikuti oleh konflik emosional dalam Hurlock, 1999. Perubahan yang sangan besar dalam kehidupan dirasakan subjek setelah menikah. Ketidaksiapan subjek untuk menikah menimbulkan konflik dalam diri subjek. Subjek lebih merasakan kebahagian dan kebebasan sebelum menikah. Perubahan dalam interaksi sosial, kebebasan untuk bertindak, serta keinginan untk melanjutkan pendidikan dan bekerja adalah penyesalan yang dirasakan subjek setelah menikah. Permasalahan ini tidak hanya dirasakan oleh subjek saja. Suami subjek yang juga masih muda saat menikah masih belum dapat merubah kebiasaan- Universitas Sumatera Utara kebiasaannya. Interaksi sosial, tanggung jawab yang lebih besar serta kebebasan yang mulai berkurang membuat suami subjek dan subjek sering bertengkar dan memunculkan banyak konflik emosional dalam pernikahan mereka. b. Penyesuaian Seksual Masalah penyesuaian utama yang kedua dalam pernikahan adalah penyesuaian seksual, masalah ini adalah masalah yang paling sulit dalam pernikahan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan dalam pernikahan dalam Hurlock, 1999. Pernikahan yang terpaksa dijalani subjek adalah akibat dari hubungan seksual yang membuahkan kehamilan pada diri subjek saat subjek dan suami masih berpacaran. Hurlock 1999 mengatakan bahwa sikap terhadap seks sangat dipengaruhi oleh cara pria dan wanita menerima informasi seks selama masa anak-anak dan remaja. Jika perilaku yang tidak menyenangkan dilakukan maka akan sulit sekali untuk dihilangkan bahkan tidak mungkin dihilangkan. Subjek mengalami trauma ketika ia dan suami melakukan hubungan pertama kali dan kemudian ternyata membuat subjek hamil dan memaksa subjek untuk menikah. Trauma itu masih dirasakan subjek setelah menikah sehingga membuat subjek belum dapat merasakan kepuasan yang berarti saat berhubungan dengan suami. Perilaku yang tidak menyenangkan yang dialami subjek saat akibat yang didapatnya setelah melakukan hubungan diluar nikah menjadi trauma yang sulit untuk dihilangkan subjek. Pengalaman seks masa lalu sebelum menikah bagi subjek menimbulkan trauma yang kemudian mempengaruhi penyesuaian seksual subjek dengan Universitas Sumatera Utara pasangan dalam pernikahannya. Menurut Hurlock 1999 cara orang dewasa bereaksi terhadap masturbasi, petting, dan hubungan suami istri sebelum menikah, ketika mereka masih muda dan cara pria dan wanita merasakan itu sangat mempengaruhi perilakunya terhadap seks. Dorongan seksual berkembang lebih awal pada pria daripada wanita dan cenderung tetap demikian, sedang wanita muncul secara periodik. Trauma yang dirasakan subjek ternyata mempengaruhi dorongan seksual subjek. Subjek jarang untuk ingin melakukan hubungan seksual dengan suami karena takut akan munculnya perasaan trauma tersebut. Variasi ini mempengaruhi minat dan kenikmatan akan seks, yang kemudian mempengaruhi penyesuaian seksual. subjek tidak mempermasalahkan varaiasi dalam berhubungan asalkan tidak mempengaruhi kehamilannya. Suami subjek yang lebih banyak mengarahkan subjek dalam berhubungan dan kepuasan yang diarasakan bagi subjek tergantung dari diri pasangan sendiri. c. Penyesuaian keuangan Uang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri individu dalam pernikahan. Istri yang berusia muda atau masih remaja cenderung memiliki sedikit pengalaman dalam hal mengelola keuangan untuk kelangsungan hidup keluarga Hurlock, 1999. Subjek yang masih berusia muda ketika menikah mengalami kesulitan ketika harus mengatur keuangan keluarga. Pengalaman yang belum ada dan kebiasaaa subjek sebelum menikah terhadap penggunaan uang sering mempengaruhi subjek dalam menyesuaikan diri dengan keuangan keluarganya. Universitas Sumatera Utara Sumber penghasilan yang hanya berasal dari suami subjek tidak mencukupi kebutuhan subjek dan suami sehingga bantuan keuangan dari keluarga mereka terima. Suami subjek yang hanya tamatan SMU dan terpaksa menikah disaat belum memiliki pekerjaan tetap membuat kondisi keuangan keluarga belum cukup terpenuhi. Hal ini serupa dengan yang dikemukakan Walgito 1984 bahwa kematangan sosial ekonomi pada umumnya berkaitan dengan usia individu. Semakin bertambahnya usia seseorang kemungkinan untuk kematangan dibidang sosial ekonomi juga semakin nyata. Remaja yang menikah diusia muda biasanya belum memiliki pekerjaan yang tetap dan sesuai dengan pengeluaran keluarga diperkirakan akan mengalami kesulitan yang berkaitan dengan sosial ekonomi dan dapat membawa akibat yang cukup signifikan. d. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan Hubungan subjek terjalin dengan baik antara subjek dengan keluarga pasangan. Pengetahuan subjek yang masih sedikit mengenai mengatur rumah tangga dapat dimaklumi oleh mertua subjek. Semenjak menikah subjek dan suami tinggal dirumah keluarga suami atas saran kedua orang tua suami. Hal ini ternyata tidak sepenuhnya disetujui subjek. Keinginan untuk mandiri dan memiliki rumah sendiri merupakan alasan subjek. Akan tetapi faktor keuangan menjadi penghambat subjek dan suami untuk memiliki rumah dan hidup mandiri. Hurlock 1999 menyatakan bahwa pasangan yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan petunjuk dari orang tua mereka, walaupun mereka menerima bantuan keuangan, dan khususnya mereka menolak bantuan dari keluarga pasangan. Universitas Sumatera Utara

4. Pola Penyesuaian Pernikahan