2. Badan Penyelenggara Sistem Jaminan Sosial
Di dalam Undang-Undang No. 24 tahun 2011 Pasal 1 ayat 1 dsebutkan bahwa “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya
disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial”.
46
a. Kemanusiaan, adalah asas yang terkait dengan penghargaan
terhadap martabat manusia; Dalam menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional BPJS
mempunyai 3 asas, yaitu :
b. Manfaat,
adalah asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif;
c. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah asas yang
bersifat idiil.
47
Tujuan dari BPJS adalah mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi Peserta
danatau anggota keluarganya.
48
Dalam pasal 4 UU BPJS disebutkan BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip
49
a. Prinsip Kegotongroyongan
:
46
Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS, Pasal 1 ayat 1
47
Penjelasan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS, Pasal 2
48
Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS, Pasal 3
49
Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS, Pasal 4
Adalah prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap
peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah atau penghasilannya.
50
Gotong royong dalam JKN harus terjadi antara peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu, yang
beresiko rendah membantu yang beresiko tinggi, dan yang sehat membantu yang sakit secara nasional. Ketiga unsur gotong royong
tersebut tidak terjadi pada mekanisme asuransi kesehatan komersial yang berbasis mekanisme pasar. Melalui prinsip kegotongroyongan ini
kita dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam Pancasila. Hanya dengan prinsip ini, cakupan universal dapat
dicapai. Prinsip ini diwujudkan dengan kewajiban membayar iuran persentase upah atau yang relatif proporsional terhadap pendapatan
pendudukpeserta.
51
b. Prinsip Nirlaba
Adalah pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
seluruh peserta.
52
50
Penjelasan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS, Pasal 4
51
Hasbullah Thabrany, Op.cit., Hal. 153-154
52
Penjelasan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS, Pasal 4
Prinsip ini adalah konsekuensi transaksi wajib. Dalam transaksi sukarela mekanisme pasar, keuntungan bagi
sebagian orang merupakan hak orang yang berusaha menghasilkan dan
menjual produk bermutu dan harga bersaing. Hasil penjualan adalah milik perusahaan atau penjual.
53
c. Prinsip Keterbukaan
Adalah prisip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap peserta.
d. Prinsip Kehati-hatian
Adalah prinsip pengelolaan dan secara cermat, teliti, aman, dan tertib. e.
Prinsip Akuntabilitas Adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Prinsip Portabilitas
Adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
kesatuan Republik Indonesia.
54
a. BPJS Kesehatan; dan
Dalam UU BPJS Pasal 5 ayat 2, BPJS terbagi dalam 2 bagian yaitu :
b. BPJS ketenagakerjaan.
53
Hasbullah Thabrany, Op.cit., Hal. 154
54
Penjelasan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS, Pasal 4
Model BPJS adalah penyelenggara jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS dengan tata laksana sesuai ketentuan Undang-
Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Tatanan ini berlaku bagi BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan.Penyelenggaraan SJSN dilaksanakan oleh dua organ utama yaitu BPJS dan Dewan Jaminan Sosial Nasional selanjutnya
disebut DJSN. DJSN dan BPJS adalah organ SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional yang dibentuk oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 2004
tentang SJSN.Secara struktural DJSN dan BPJS adalah subordinasi penguasa publikyaitu Presiden. DJSN dan BPJS bertanggungjawab
langsung kepada Presiden. DJSN berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial.
BPJS menjadi subyek pengawasan eksternal oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional, Otoritas Jasa Keuangan, dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Hubungan kelembagaan antara BPJS dengan DJSN adalah fungsional melalui pelaksanaan tugas dan wewenang DJSN dalam penyelenggaraan
program jaminan sosial nasional. Sedangkan komunikasi diantara kedua lembaga ini terlaksana melalui empat media, yaitu keputusan DJSN,
usulan DJSN, hasil monitoring dan evaluasi DJSN, serta tembusan laporan BPJS kepada Presiden mengenai pengelolaan program dan keuangan.
BPJS melaksanakan keputusan DJSN yang memuat rumusan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan program-program
jaminan sosial nasional. DJSN berkonsultasi dengan BPJS dalam rangka
perumusan usulan investasi dana jaminan sosial dan usulan anggaran bagi Penerima Bantuan Iuran. DJSN menyampaikan usulan tersebut kepada
Presiden.
55
Pengawasan eksternal dilaksanakan oleh badan-badan di luar BPJS, yaitu DJSN, Otoritas Jasa Keuangan OJK dan Badan Pemeriksa
Keuangan BPK. BPJS bertanggungjawab kepada Presiden. Organ BPJS terdiri dari
Dewan Pengawas dan Direksi. Anggota Direksi BPJS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Presiden menetapkan Direktur Utama BPJS
diawasi oleh pengawas internal dan pengawas eksternal. Pengawasan internal dilaksanakan oleh organ BPJS, yaitu Dewan Pengawas dan sebuah
unit kerja di bawah Direksi yang bernama Satuan Pengawas Internal.
56
DJSN bertugas sebagai pengawas eksternal BPJS dengan melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan
sosial dan tingkat kesehatan keuangan BPJS. DJSN berkomunikasi dengan BPJS sepanjang tahun fiskal dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi
karena monitoring dan evaluasi adalah aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan.
57
55
Asih Eka Putri, Paham SJSN Sisitem Jaminan Sosial Nasional, Friedrich Ebert Stiftung, Jakarta, 2014, Hal. 37-38
56
Ibid., Hal. 38
57
Ibid., Hal. 23
BAB III SISTEM JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SETELAH BERLAKUNYA
PERATURAN TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL BPJS KESEHATAN
A. Perubahan Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS