Undang-Undang No.3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga

Pemerintah No. 33 tahun 1977 sebagai peraturan pelaksanaan undang- undang tersebut dengan menetapkan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa tenaga kerja berhubungan dengan hubungan kerja dan penyakit yang timbul karena hubungan kerja. 35

3. Undang-Undang No.3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja Pada tahun 1992, pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menerbitkan Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja selanjutnya disebut JAMSOSTEK, program jaminan sosial tenaga kerja meliputi empat program, yaitu jaminan hari tua, jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Selanjutnya sebagai peraturan pelaksana undang-undang ini, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek yang mewajibkan setiap pengusaha atau perusahaan yang memiliki karyawan minimal 10 orang atau mengeluarkan biaya untuk gaji buruhpekerjanya minimal 1 jutabulan untuk mengikut sertakan pekerjanya dalam program jamsostek pasal 2 ayat 3. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 menugaskan PT Jamsostek sebagai pelaksana program Jamsostek dan hal ini dipertegas melalui Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1995 yang mengatur ditetapkannya 35 Ibid, Hal. 197-199 PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jamsostek. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang akibat resiko sosial. 36 a. Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK Jamsostek sebagai implementasi dari perlindungan hak buruh dan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan merupakan suatu rangkaian yang bertujuan untuk menciptakan hubungan perburuhan yang berlandaskan pancasila demi kelangsungan usaha dan demi kesejahteraan buruhpekerja. Bentuk perlindungan hak buruh tersebut dapat kita lihat dari program-program jamsostek yang harus dilaksanakan, yaitu: Kecelakaan kerja temasuk penyakit akibat kerja yang merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya. Kecelakaan kerja menurut M. Sulaksono adalah suatu kejadian yang tak terduga dan yang tidak dikehendaki yang mengacaukan suatu aktivitas yang telah diatur, kecelakaan ini terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejap mata dan setiap kejadian tersebut terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni lingkungan, bahaya, peralatan dan manusia. 37 36 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hal.178-179 37 Buchari, Penanggulangan kecelakaan, Medan: Universitas Sumatera Utara USU Repository, 2007. Hal. 1 Yang digolongkan sebagai penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja yaitu : 1 Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut silicosis, antrakosilikosis, asbestosis dan silikotuberkolosis yang silikosis-nya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian. 2 Penyakit paru dan saluran pernapasan bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu logam keras. 3 Penyakit paru dan saluran pernapasan bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal bissisnosis 4 Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan. 5 Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik. 6 Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun. 7 Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun. 8 Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun 9 Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun 10 Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun. 11 Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun. 12 Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun 13 Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun 14 Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun 15 Penyakit yang disebabkan oleh carbon disulfida atau persenyawaannya yang beracun 16 Penyakit yang disebabkan oleh derivate halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aroma yang beracun. 17 Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun. 18 Penyakit yang disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzene atau homolognya yang beracun. 19 Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya. 20 Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton. 21 Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti carbon monoksida, hydrogensianida, hydrogen sulfide, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel. 22 Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan. 23 Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi. 24 Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih. 25 Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang mengion. 26 Penyakit kulit dermatosis yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologic. 27 Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut. 28 Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes. 29 Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus. 30 Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau kelembaban udara tinggi. 31 Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. 38 b. Program Jaminan Kematian Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan terputusnya penghasilan yang akan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan, oleh karena itu diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Ketentuan pasal 12 ayat 1 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja member pengertian bahwa dalam program jaminan kematian 38 PT Jamsostek, Prinsip dan Praktik Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jakarta: PT Jamsostek, 1992, Hal. 22 yang dimaksud dengan keluarga yang ditinggalkan adalah istri atau suami pekerja, keturunan sedarah dari pekerja menurut garis lurus kebawah, dan garis lurus keatas, dihitung sampai derajat keduatermasuk anak yang disahkan. Apabila garis lurus keatas dan kebawah tidak ada maka diambil kesamping dan mertua. Bagi pekerja yang tidak memiliki keluarga maka hak atas jaminan kematian diberikan kepada pihak yang mendapat surat wasiat dari pekerja yang bersangkutan atau perusahaan untuk pengurusan pemakaman. Urutan keluarga yang diprioritaskan dalam pembayaran santunan kematian menurut pasal 13 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah : 1 janda atau duda; 2 anak; 3 orang tua; 4 cucu; 5 kakek atau nenek; 6 saudara kandung; 7 mertua. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja member batasan dan pengecualian bagi pekerjaburuh yang berhak menerima manfaat program ini. Pengecualian tersebut disebutkan dalam pasal 12 ayat 2 undang-undang ini, bidang-bidang pekerjaan yang tidak berhak menerima manfaat jaminan kematian manurut pasal ini antara lain : 1 murid atau pekerja yang sedang melakukan magang. 2 pekerja yang bekerja dalam pemborongan pekerjaan. 3 narapidana yang melakukan pekerjaan. c. Program Jaminan Hari Tua Hari tua adalah umur pada saat dimana produktivitas buruh atau pekerja telah dianggap menurun, sehingga perlu diganti dengan buruhpekerja yang lebih muda termasuk cacat tetap dan total total and permanent disability yang dapat dianggap sebagai hari tua dini. 39 1 Mencapai usia 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap. Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena buruhpekerja tidak mampu lagi bekerja. Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kesusahan bagi pekerja dan mempengaruhi ketenangan bekerja sewaktu masih bekerja, terutama bagi buruh yang memiliki penghasilan rendah. Jaminan hari tua merupakan program perlindungan bagi buruhpekerja dan keluarganya yang manfaatnyaakan dibayarkan kepada peserta berdasarkan akumulasi dengan memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut : 2 Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan masa tunggu 6 bulan. 2 Pergi keluar negeri dan tidak kembali, atau menjadi pegawai negeri. 40 d. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 39 Adrian Sutedi, op.cit., Hal. 190 40 PT Jamsostek, Annual Report PT Jamsostek Tahun 2008, Jakarta; PT Jamsostek, Hal. 23 Kesehatan kerja pertama kali tertuang dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Ketenagakerjaan serta Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang menyatakan bahwa kesehatan kerja merupakan bagian dari keselamatan kerja. Selanjutnya Undang- Undang No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan mengatur pula mengenai kesehatan kerja pada pasal 108 ayat 2 yang secara jelas menyebutkan bahwa untuk melindungi kesehatan pekerjaburuh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan kerja. Kesehatan kerja atau disebut juga Hyperkes Hygiene Perusahaan dan Kesehatan berkaitan dengan upaya-upaya : 1 Pemeriksaan tenaga kerja, baik pada awal bekerja maupun periodik selama bekerja; 2 Tambahan gizi bagi tenaga kerja diberikan makan siang atau dalam bentuk lainnya; 3 Kebersihan lingkungan kerja, termasuk pencegahan dan pengelolahan limbah; 4 Pencegahan dan penaggulangan sumber-sumber yang membahayakan kesehatan. 41

4. Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara

Dokumen yang terkait

Kedudukan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

7 149 101

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Studi Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai)

6 127 174

Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

1 50 107

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

4 100 108

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kedudukan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Studi Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai)

0 0 38

BAB II PENGATURAN SISTEM JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJABURUH A. Sejarah Pengaturan Sistem Jaminan Sosial Bagi PekerjaBuruh - Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara J

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

0 0 19

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

0 0 28

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

0 0 25