3 Jumlah anggota keluarga.
Perubahan data tersebut dilaporkan oleh setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja, dan penerima bantuan iuran kepada BPJS paling
lambat 7 tujuh hari kerja sejak terjadinya perubahan.
1. Jenis Sanksi Administratif
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dapat berupa : a.
Teguran tertulis b.
Denda c.
Tidak mendapat pelayanan publik tertentu.
2. Tata Cara Pengenaan Sanksi Kepada Pemberi Kerja Selain
Penyelenggara Negara
a. Teguran tertulis
Sanksi teguran tertulis diberikan paling banyak 2 dua kali masing-masing untuk jangka waktu paling lama 10 sepuluh hari
kerja oleh BPJS.
b. Denda
1 Sanksi denda diberikan untuk jangka waktu paling lama 30
tiga puluh hari sejak berakhirnya pengenaan sanksi teguran tertulis kedua berakhir.
2 Sanksi denda dikenai oleh BPJS dan menjadi pendapatan lain
dana jaminan sosial c.
Tidak mendapat pelayanan publik tertentu
1 Sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah daerah KabupatenKota atas permintaan BPJS
2 Sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu yang dikenai
kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara meliputi : a
Perizinan terkait usaha; b
Izin yang diperlukan dalam mengikuti tender proyek; c
Izin mempekerjakan tenaga kerja asing; d
Izin perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh ; e
Izin Mendirikan Bangunan IMB. 3
Sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu yang dikenai kepada setiap orang, selai8n pemberi kerja, dan pekerja yang
memenuhi persyaratan kepesertaan dalam program jaminan sosial meliputi:
a Izin Mendirikan Bangunan IMB;
b Surat Izin Mengemudi SIM;
c Sertifikat tanah;
d Paspor; atau
e Surat Tanda Nomor Kendaraan STNK.
3. Penjelasan Tata Cara Pengenaan Sanksi Kepada Pemberi Kerja
Selain Penyelenggara Kerja
a. Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara yang melanggar atau
tidak melakukan kewajiban sebagai berikut:
1 Mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada
BPJS secara bertahap sesuai dengan program jaminan sosial
yang diikutinya
2 Memberikan data dirinya dan pekerjanya berikut anggota
keluarganya kepada BPJS secara lengkap dan benar.
Dikenai teguran tertulis pertama untuk jangka waktu paling lama 10 sepuluh hari oleh BPJS.
Apabila sampai dengan berakhirnya jangka waktu 10 sepuluh hari sanksi teguran pertama, Pemberi Kerja Selain
Penyelenggara Negara tidak melaksanakan kewajibannya, BPJS mengenakan sanksi teguran tertulis kedua untuk jangka waktu 10
sepuluh hari. b.
Sanksi denda dikenakan apabila setelah pengenaan sanksi teguran tertulis kedua berakhir, Pemberi Kerja Selain Penyelenggara
Negara tidak melaksanakan kewajibannya. Denda yang dikenakan sebesar 0,1 nol koma satu persen setiap bulan dari iuran yang
seharusnya dibayaryang dihitung sejak teguran tertulis kedua berakhir. Denda disetorkan kepada BPJS bersamaan dengan
pembayaran iuran bulan berikutnya.
c. Apabila sanksi berupa denda tidak disetor lunas, Pemberi Kerja
Selain Penyelenggara Negara dikenai sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Sanksi tidak mendapat pelayanan publik
tertentu dicabut apabila:
1 Denda telah disetor secara lunas kepada BPJS dan telah
mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta BPJS secara bertahap sesuai dengan program jaminan sosial yang
diikutinya bagi Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara yang melanggar kewajiban mendaftarkan dirinya dan
pekerjaannya sebagai peserta kepada BPJS secara bertahap sesuai dengan program jaminan sosial yang diikutinya; atau
telah memberikan data dirinya dan pekerjaannya berikut anggota keluarganya kepada BPJS secara lengkap dan benar
bagi Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara yang melanggar kewajiban memberikan data dirinya dan
pekerjaannya berikut anggota keluarganya kepada BPJS secara
lengkap dan benar.
d. Bukti lunas pembayaran denda, pendaftaran kepesertaan, dan bukti
pemberian data kepesertaan yang lengkap dan benar dijadikan sebagai dasar pencabutan sanksi tidak mendapat pelayanan publik
tertentu. 4.
Tata Cara Pengenaan Sanksi Kepada Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Dan Pekerja
a. Setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja, dan penerima bantuan
iuran yang melanggar ketentuan tidak mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta kepada BPJS dikenai sanksi
tidak mendapat pelayanan publik tertentu oleh Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupatenkota sesuai dengan persyaratan melengkapi identitas
kepesertaan jaminan sosial dalam mendapat pelayanan publik tertentu.
Sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu dicabut apabila setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja, dan penerima bantuan
iuran tersebut telah mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta kepada BPJS yang dibuktikan dengan
menunjukkan kartu kepesertaan jaminan sosial atau surat tanda terima pendaftaran dari BPJS berikut bukti lunas pembayaran
iurannya. b.
Setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja, dan penerima bantuan iuran yang melanggar ketentuan tidak memberikan data dirinya dan
anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS sebagaimana dikenal teguran tertulis pertama untuk jangka waktu
paling lama 10 sepuluh hari kerja oleh BPJS Apabila sampai dengan berakhirnya jangka waktu 10 sepuluh
hari kerja sanksi teguran tertulis pertama, setiap orang, selain pemberi kerja,pekerja, dan penerima bantuan iuran tidak
melaksanakan kewajibannya, BPJS mengenakan sanksi teguran tertulis kedua untuk jangka waktu 10 sepuluh hari.
c. Sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu dikenakan apabila
setelah pengenaan sanksi teguran tertulis kedua berakhir, setiap
orang selain pemberi kerja, pekerja, dan penerima bantuan iuran yang tidak melaksanakan kewajibannya untuk memberikan data
dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.
d. Sanksi tidak mendaapat pelayanan publik tertentu dicabut apabila
setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja, dan penerima bantuan iuran yang tidak memberikan data dirinya dan anggota keluarganya
secara kepada BPJS, telah memberikan data dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.
e. Bukti pendaftaran kepesertaan jaminan sosial dan surat tanda
terima data kepesertaan yang lengkap dan benar dari BPJS sebagai dasar pencabutan sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu
oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupatenkota.
77
77
Ibid, Hal. 28-33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada analisis dan pembahasan mengenai pelaksanaan sistem jaminan sosial bagi pekerjaburuh tersebut diatas, maka dapat disimpulkan
menjadi beberapa hal sebagai berikut : 1.
Pengaturan sistem jaminan sosial di Indonesia termuat dalam Peraturan perundang-undangan mengenai Kecelakaan tahun 1947 dan Peraturan
Kecelakaan Pelaut Pasca Indonesia Merdeka, Peraturan Pemerintah No 33 tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja, Undang-Undang No 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Undang-Undang No 4
tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
2. Perubahan terhadap pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial setelah
berlakunya peraturan terbaru terbagi atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk program jaminan kesehatan yang diselenggarakan
oleh Kementrian Kesehatan, Kementrian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, PT Jamsostek dan PT Askes akan
diambil alih oleh BPJS Kesehatan. Kepesertaan BPJS Kesehatan hanya terdiri dari Peserta PBI Jaminan Kesehatan dan Peserta bukan PBI Jaminan
Kesehatan.
3. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program yang tercantum dalam
Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Didalam Peraturan Pemerintah No 84 tahun
2013 termuat bahwa setiap perusahaan wajib mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan beberapa ketentuan tertentu. Sanksi bagi
perusahaan yang tidak mendaftarkan pekerjaburuh ke BPJS Ketenagakerjaan
diatur didalam Peraturan Pemerintah No 86 tahun 2013.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan berkaitan dengan pembahasan dan kesimpulan diatas adalah:
1. Perlu adanya sosialisasi tentang Undang-Undang No 24 tahun 2011
kepada civitas akademik dan pekerjaburuh tentang jaminan sosial yang ada dalam undang-undang tersebut.
2. Sebaiknya perlu adanya sosialisasi dan jajak pendapat kepada
pekerjaburuh tentang bagaimana jaminan sosial dalam BPJS Kesehatan diatur.
3. Perlu peningkatan sosialisasi dan pengawasan dari pemerintah terhadap
pengusaha atau pemberi kerja yang saat ini masih belum begitu paham tentang pentingnya BPJS Ketenagakerjaan sebagai pemberi jaminan sosial
bagi setiap pekerjaburuh.
DAFTAR PUSTAKA A.
Buku-Buku
Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, USU Press, Medan, 2010.
BPJS Kesehatan, Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan “ Fasilitas dan manfaat kesehatan”.
Buchari, Penanggulangan kecelakaan, Medan: Universitas Sumatera Utara USU Repository, 2007.
Grup MPKS, Frequently Ask Question FAQ Kerjasama Pelayanan BPJS
Kesehatan Dan BPJS Ketenagakerjaan, Grup Komhal, Jakarta,2014.
Husni, Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 2011.
Janis, Novijan, BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan, 2014.
Kertonegoro, Sentanoe, Sistem Penyelenggaraan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja – Isu Privatisasi Jaminan Sosial, Jakarta:
Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, 1998. Kertonegoro, Sentanoe, Jaminan Sosial dan Pelaksanaannya di Indonesia, Cet. I,
Mutiara, Jakarta. Nasution, Bismar, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum
dan Hasil Penulisan pada Majalah Akreditasi, Medan, FH-USU, 2003.
M. Hadjon, Philipus, “Argumentasi Hukum”, Gajah Mada Universit y