Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Dengan Menggunakan Rasio Profitabilitas Pada Industri Properti Di Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA

SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN RASIO

PROFITABILITAS PADA INDUSTRI PROPERTI

DI BURSA EFEK INDONESIA

DRAFT SKRIPSI

OLEH

ESTER FARIDA IRAWATY HARIANJA 050502157

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Ester Farida Irawaty Harianja (2009), Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Dengan Menggunakan Rasio Profitabilitas Pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia. Pembimbing Drs. Syahyunan, M.Si. Ketua Departemen, Prof Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, Dosen Penguji II Drs. Liasta Ginting, M.Si.

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental dengan menggunakan rasio profitabilitas yang diwakili oleh Return

On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP) , Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Pada Industri Properti di Bursa Efek

Indonesia. Penelitian ini memakai data sekunder laporan keuangan tahunan perusahaan . Periode penelitian dimulai dari tahun 2004 – 2007. Hipotesis yang dikemukakan adalah faktor ROA, ROE, BEP, EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham, baik secara parsial maupun bersama-sama.

Metode analisis yang digunakan untuk melihat dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham pada industri property di Bursa Efek Indonesia adalah analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik yaitu uji signifikansi simultan (Uji Statistik F) dan uji signifikansi individual (Uji Statistik t) dengan =5 %. Penganalisisan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 13.00 for windows.

Hasil uji signifikansi simultan (Uji F) menunjukkan bahwa variabel ROA, BEP, EPS mempunyai pengaruh signifikan secara bersama – sama terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari hasil SPSS yang menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari alpha.

Hasil uji signifikansi individual (Uji t) menunjukkan bahwa hanya variabel EPS yang mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham dimana tingkat signifikansi yang lebih kecil dari alpha. Variabel bebas lainnya antara lain ROA dan BEP tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP) , Earning Per Share (EPS), Harga Saham


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam memperoleh gelar kesarjanaan (SE) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku dosen penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si, selaku dosen penguji II yang telah

meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Manajemen yang telah


(4)

8. Teristimewa Penulis ucapkan terimakasih tidak terhingga kepada kedua orangtuaku yang paling kusayangi dan kukasihi selalu Ayahanda Pdt.R.Harianja, Sth dan Ibundaku N.E. Manurung atas doa, dukungan dan kasih yang tercurah selama ini.

9. Buat Abangku (Kalam E.H. Harianja, S.Si), kakak (Julita D.Harianja S.Pd) dan Adikku (Lidia Irene Harianja) dan segenap keluarga besar yang senantiasa memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis.

10.Buat Mantan KK (Bang Roland, Syahbrini, Astrid, Leonardo dan Teguh Mikha). Terima kasih atas kenangan dan kebersamaan kita selama ini. 11.Buat teman-teman di Manajemen stambuk 2005: Denari Hutabarat,

Stefani, Alicia, Nova Sihombing, Syahbrini, Leonardo G., Teguh Mikha, Andri, Tovariga, Devi, Suri, Freddy dan teman-temanku yang lain, atas persahabatan yang terjalin selam masa perkuliahan.

12.Buat temanku (Nurul, Yunitia, Dinda, Hari Rapilo, Bang Robi) atas waktu , dukungan dan bantuannya selama ini .

Penulis sanagt berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan kasih-Nya kepada kita.

Medan, 10 Februari 2009 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR ………i

DAFTAR ISI………..………...……iii

DAFTAR TABEL……….vi

DAFTAR GAMBAR……….…...…vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………..………1

B. Perumusan Masalah………...6

C. Kerangka Konseptual………....7

D. Hipotesis………...9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..…...10

F. Metode Penelitian……….…...….11

1. Batasan Operasional………..…..……...11

2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel………..11

3. Populasi dan Sampel………..………..…..14

4. Waktu dan Tempat Penelitian………..…..………15

5. Jenis Data………...16

6. Teknik Pengumpulan Data………...………..…16

7. Metode Analisis Data……….………16

8. Uji Hipotesis……….………..19

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu………...……….21


(6)

C. Keuntungan Kepemilikan Saham……….………23

D. Risiko Kepemilikan sahan……….…….….……….23

E. Harga Saham………25

F. Analisis Fundamental……….…….…….26

G. Analisis Rasio………...……27

H. Rasio Profitabilitas………...……29

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PROPERTI A. PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS)………...…………32

B. PT. Duta Pertiwi Tbk (DUTI)……….………33

C. PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD)………35

D. PT. Jakarta International Hotel & Development Tbk (JIHD)………….36

E. PT. Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI)………38

F. PT. Lippo Cikarang Tbk (LPCK)………39

G. PT. Indonesia Prima Property Tbk (OMRE)………...40

H. PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA)……….41

I. PT. Pudjiadji Prestige Tbk (PUDP)………42

J. PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk (RBMS)……….44

K. PT. Roda Panggon Harapan Tbk (RODA)………..45

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif………...……...……46

1. Return On Assets (ROA)………..…….46

2. Return On Equity (ROE)………49

3. Basic Earning Power (BEP)……….……..51

4. Earning Per Share (EPS)………53

5. Harga Saham ……….………55

B. Evaluasi Model Statistik……….………57

C. Analisis Kelayakan Model………..60


(7)

E. Pengujian Asumsi Klasik………62

1. Uji Normalitas………62

2. Uji Multikolinieritas ………..66

3. Uji Autokorelasi……….………66

4. Uji Heterokedastisitas………68

F. Pengujian Hipotesis……….70

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)………..………….70

2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) ………...…………71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….75

B. Saran………76


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Harga Saham Emiten Properti BEI……….2

Tabel 1.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel…………...14

Tabel 1.3 Nama-Nama Sampel Perusahaan………...15

Tabel 1.4 Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test………....19

Tabel 4.1 ROA Perusahaan Properti di BEI periode 2004-2007…………...47

Tabel 4.2 ROE Perusahaan Properti di BEI periode 2004-2007…………...49

Tabel 4.3 BEP Perusahaan Properti di BEI periode 2004-2007…………....52

Tabel 4.4 EPS Perusahaan Properti di BEI periode 2004-2007…………...54

Tabel 4.5 Harga Saham Perusahaan Properti di BEI periode 2004-2007...56

Tabel 4.6 Masalah Multikolineritas………...57

Tabel 4.7 Bebas Masalah Multikolineritas……….58

Tabel 4.8 Masalah Autokorelasi……….58

Tabel 4.9 Casewise Diagnostics……….59

Tabel 4.10 Bebas Masalah Autokorelasi………..60

Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi………61

Tabel 4.12 Uji Normalitas………65

Tabel 4.13 Uji Multikolineritas………66

Tabel 4.14 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi………67

Tabel 4.15 Hasil Uji Autokorelasi ………...67

Tabel 4.16 Hasil Uji Glesjer……….69

Tabel 4.17 Hasil Uji F………..71


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual………...9

Gambar 4.1 Histogram Variabel Dependen………...63

Gambar 4.2 Normal P-Plot………64

Gambar 4.3 Scatterplot Variabel dependen………..68


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah bergabung PT Bursa Efek Surabaya (BES) dengan PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 November 2007, tercatat bahwa hampir seluruh indikator perdagangan menunjukkan peningkatan yang signifikan, seperti aktivitas transaksi, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), maupun minat investor di pasar modal Indonesia. Pada akhir tahun 2007, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 2.739.704 atau meningkat 51,74% dari level penutupan di tahun 2006 yaitu sebesar 1.805. saham dengan kapitalisasi besar, yang berarti secara umum harga saham-saham perusahaan di BEI meningkat.

Properti yang merupakan salah satu sektor yang menjadi indikator seberapa efektifnya kegiatan ekonomi secara umum yang sedang berlangsung telah mengalami peningkatan pesat khususnya sejak tahun 2000 sampai tahun 2004. Penelitian yang dilakukan Wuryandani, Hermanto dan Prasetya (2005) menyebutkan bahwa sektor properti telah mencapai kapitalisasi sebesar Rp 9,88 triliun pada tahun 2000 atau meningkat sekitar 570% dalam 4 tahun terakhir.

Peningkatan kapitalisasi sektor properti pada tahun 2004 dan IHSG pada penutupan tahun 2007 membuktikan bahwa minat investor terhadap Pasar Modal Indonesia sangat tinggi. Pada periode 2 Januari sampai dengan 30 November


(11)

2007, secara umum harga saham emiten properti pada periode tersebut naik rata-rata 146,05%. Seperti yang terlihat pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1


(12)

Pada periode tersebut, terlihat harga saham 28 perusahaan dari 36 perusahaan properti yang sahamnya dicatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) meningkat dengan kisaran 1,89% hingga 931,25%. Hanya 8 dari 36 emiten properti yang harga sahamnya turun pada periode tersebut, dengan kisaran minus 9,18% hingga 39,38%. Pada Tabel 1.1 terlihat tidak seluruh emiten properti yang harga sahamnya meningkat diiringi dengan pertumbuhan kinerja fundamental. Hal ini misalnya dialami oleh PT Roda Panggong Harapan Tbk, PT.Panca Wiratama Sakti Tbk, PT Dharmala Intiland Tbk, PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk dan beberapa perusahaan lainnya. Adapun harga saham Panca Wiratama Sakti meningkat 271,43% pada periode tersebut. Namun tidak demikian dengan kinerja keuangannya. Dari pendapatan saham yang meningkat 185% menjadi 1,812 miliar per September 2007, perusahaan tersebut justru membukukan kerugian Rp 20,032 miliar.

Menurut Tandelilin (2001:1), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang. Jika seseorang melakukan investasi saham ke sejumlah portofolio saham, sebelumnya investor tersebut harus memastikan bahwa investasi yang dilakukannya adalah tepat.

Menurut Pandji dan Piji (2001:108), untuk dapat memilih investasi yang aman, diperlukan satu analisis yang cermat, teliti, dan didukung data yang akurat.


(13)

Secara umum, teknik analisis yang paling banyak digunakan adalah analisis yang bersifat fundamental dan analisis teknikal.

Menurut Dedhy dan Liliana (2007:8) analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga, inflasi, dan nilai tukar. Para analisis fundamental berusaha untuk menentukan nilai intrinsik perusahaan dan membandingkannya dengan harga saham untuk menentukan apakah harga suatu saham over-valued atau

under-valued. Sedangkan analisis teknikal merupakan analisis sekuritas dengan

menggunakan grafik harga dan volume historis. Pada dasarnya, analisis teknikal menawarkan pengembangan teknik investasi jangka pendek. Dengan membuat suatu tren atau pola atas grafik historis, seorang investor bisa membuat keputusan untuk membeli atau menjual sekuritas.

Dari beberapa alternatif penilaian investasi salah satunya adalah analisis secara fundamental. Artinya seorang calon investor mencoba untuk meramal masa depan portofolio yang dipilihnya berdasarkan performa perusahaan yang digambarkan dari data sekunder perusahaan, yaitu berupa neraca, laba rugi, perubahan modal, arus modal dan laporan pendukung lainnya yang wajib diketahui oleh seorang calon investor.

Analisis fundamental juga sering disebut dengan analisis perusahaan karena menggunakan data keuangan perusahaan dalam menghitung nilai intrinsik


(14)

saham. Untuk menilai kinerja keuangan emiten, investor dapat melakukan analisis terhadap laporan keuangan emiten. Laporan keuangan yang telah diaudit akuntan publik merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan analisis fundamental. Laporan keuangan menggambarkan aspek-aspek fundamental perusahaan yang bersifat kuantitatif. Salah satu alat analisis yang sering digunakan adalah analisis rasio. Analisis rasio keuangan terdiri dari analisis rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan analisis saham biasa. Disebabkan oleh banyaknya rasio keuangan yang ada dan harus dianalisis, maka analisis faktor fundamental memerlukan waktu dan keahlian dalam mengintrepretasikan setiap rasio.

Salah satu analisis rasio yang dapat digunakan untuk melihat pergerakan harga saham ialah analisis rasio profitabilitas. Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan sudut pandang investor terhadap nilai pasar saham yang terjadi di pasar sekunder. Penelitian ini dibatasi hanya menganalisis faktor fundamental perusahaan dari aspek performance financial. Dengan asumsi bahwa pemodal adalah rasional, maka faktor fundamental menjadi dasar penilaian yang utama bagi fundamentalis. Karena itu, seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara saham dan kondisi perusahaan, maka


(15)

investor yang melakukan analisis fundamental dapat melihat prospek perusahaan dengan mengkaji nilai yang akan datang dan dapat menganalisis nilai itu apakah mengakibatkan harga bereaksi, merosot atau jatuh (Nasution 2006:54).

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Dengan Menggunakan Rasio Profitabilitas Pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah faktor fundamental yang dijabarkan pada Return On Asset (ROA),

Return On Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP) , Earning Per Share

(EPS) secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah faktor Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic

Earning Power (BEP) , Earning Per Share (EPS) secara parsial mempunyai

pengaruh terhadap harga saham pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia?


(16)

C. Kerangka Konseptual

Investasi yang aman memerlukan analisis yang cermat, teliti dan didukung dengan data yang akurat sehingga dapat mengurangi risiko bagi investor dalam berinvestasi. Ada banyak teknik yang dapat diplih oleh investor atau calon investor. Bahkan ada juga investor yang hanya melihat trend masyarakat secara sepintas, langsung saja melakukan investasi dalam instrumen tersebut. Para investor mengharapkan agar uang atau modal yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan yang maksimal dan aman. Ataupun kalau ada risiko, risikonya lebih kecil dibandingkan dengan kemungkinan keuntungan yang dapat diraih. Secara umum ada banyak teknik analisis dalam melakukan penilaian investasi, tetapi yang sering digunakan adalah analisis yang bersifat fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio keuangan (Anoraga dan Pakarti 2006:108).

Dari beberapa alternatif penilaian investasi salah satunya adalah analisis secara fundamental. Artinya seorang calon investor mencoba untuk meramal masa depan portofolio yang dipilhnya berdasarkan performa perusahaan yang digambarkan dari data sekunder perusahaan, yaitu berupa neraca, laba rugi, perubahan modal, arus modal dan laporan pendukung lainnya yang wajib diketahui oleh seorang calon investor.

Menurut Tandelilin (2001:240), untuk menilai kinerja keuangan emiten, investor dapat melakukan analisis terhadap laporan keuangan emiten. Salah satu alat analisis yang sering digunakan adalah analisis rasio. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa


(17)

datang adalah dengan melihat sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi.

Adapun analisis rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP), dan penelitian ini menambahkan variabel rasio Earnings Per Share (EPS), karena secara konseptual, rasio EPS merefleksikan ekspektasi pertumbuhan perusahaan. Selain itu, secara praktik, analisis dan investor sering menggunakan rasio tersebut untuk menilai dan memilih saham karena hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham.


(18)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka model kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 1.1.

Faktor Fundamental

Rasio Profitabilitas

Return On Asset (ROA)

Return On Equity (ROE)

Harga Saham Basic Earning Power (BEP)

Earnings Per Share (EPS)

Sumber : Tandelilin (2001) dan Brigham (2001) Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan atas rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa :


(19)

1. Faktor fundamental yang dijabarkan pada Return On Asset, Return On

Equity, Basic Earning Power, Earning Per Share secara simultan

mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia.

2. Faktor Return On Asset, Return On Equity, Basic Earning Power, Earning

Per Share secara parsial mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada

Industri Properti di Bursa Efek Indonesia.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental yang dijabarkan pada Return On Asset, Return On Equity, Basic Earning Power ,

Earning Per Share secara simultan terhadap harga saham pada sektor

properti di BEI.

b. Untuk mengetahui pengaruh faktor Return On Asset, Return On Equity,

Basic Earning Power, Earning Per Share secara parsial terhadap harga

saham pada sektor properti di BEI. 2. Manfaat Penelitian

a. Bagi praktisi/investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi pada saham sektor properti di Bursa Efek Indonesia dengan tujuan meraih pendapatan yang tinggi..


(20)

b. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan, khususnya dalam hal analisis fundamental.

c. Bagi peneliti// selanjutnya, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional penelitian penulis, yaitu:

a. Faktor fundamental terhadap harga saham yang digunakan berdasarkan analisis rasio profitabilitas yang terdiri dari Return On Asset, Return On

Equity, Basic Earning Power, Earning Per Share.

b. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan pada industri properti di Bursa Efek Indonesia.

c. Data yang diambil adalah laporan keuangan 3 tahun terakhir dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.

d. Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing price) harian mulai tahun 2004 sampai dengan 2007

2. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel a. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat lima variabel yang terdiri dari empat variabel independen (X) yaitu Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic


(21)

Earning Power (BEP), Earning Per Share (EPS) dan satu variabel dependen (Y)

yaitu harga saham.

b. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, maka definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel independen merupakan variabel tidak terikat yang dapat mempengaruhi variabel dependen. Variabel independent dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki. ROA dapat dihiting dengan menggunakan rumus (Abdullah 2005:57): ROA = aktiva Total pajak dan bunga sesudah bersih Laba x 100%

b. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba

yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus (Abdullah 2005:60):

ROE = Sendiri Modal pajak dan bunga sesudah bersih Laba x 100%


(22)

c. Basic Earning Power (BEP)

Basic Earning Power (BEP) menunjukkan kemampuan menghasilkan laba

dari aktiva perusahaan sebelum pengaruh pajak serta leverage. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus (Brigham & Houston 2001:90):

BEP = aktiva Total pajak dan bunga sebelum Laba x 100%

d. Earnings Per Share (EPS)

Earnings Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar

keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS, semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham. EPS dihitung dengan rumus (Darmadji 2006:195):

EPS = beredar saham Jumlah bersih Laba

2. Variabel Dependen (variable terikat)

Variabel terikat yang digunakan adalah harga saham masing-masing perusahaan properti. Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing

price) pada setiap akhir transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata harga

bulanan hingga rata-rata harga tahunan dengan menggunakan rumus:

Rata-rata harga saham bulanan =

transaksi Hari harian saham Harga

Rata-rata harga saham tahunan =

12 bulanan saham harga rata Rata


(23)

3. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah 36 perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2007. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan pendekatan non probability random

sampling dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan menggunakan kriteria atau pertimbangan tertentu. (Sugiyono 2003:78).

Adapun kriteria (pertimbangan) penarikan sampel yang digunakan penulis adalah: a. Memiliki laporan keuangan lengkap selama tahun 2004-2007.

b. Emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia di bawah tahun 2001.

c. Emiten yang terus listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2004-2007 (tidak pernah di-suspend).

d. Memiliki laporan keuangan yang lengkap selama tahun 2004-2007.

Hasil seleksi dari sampel penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.2 sebagai berikut : Tabel 1.2

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Perusahaan properti yang terdaftar di BEI berturut-turut selama

tahun 2004 sampai tahun 2007 36

2 Perusahaan yang pernah mengalami suspend selama tahun 2004

sampai dengan tahun 2007 15

3 Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan yang lengkap

selama tahun 2004 sampai tahun 2007 6

4 Emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia di atas tahun 2001 4


(24)

Berdasarkan kriteria seleksi sampel pada Tabel 1.2 maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 11 perusahaan. Adapun sampel penelitian antara lain:

Tabel 1.3

Nama-Nama Sampel Perusahaan

No Kode Nama Emiten Tanggal Listing

1 CTRS PT Ciputra Surya Tbk 15 Januari 1999

2 DUTI PT Duta Pertiwi Tbk 2 November 1994

3 OMRE PT Indonesia Prima Properti Tbk 22 Agustus 1994 4 JIHD PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk 29 Februari 1984 5 LAMI PT Lamicitra Nusantara Tbk 18 Juli 2000

6 LPCK PT Lippo Cikarang Tbk 24 Juli 1997

7 PTRA PT Putra Surya Perkasa Tbk 28 Maret 1994

8 PUDP PT Pudjiadji Prestige Tbk 18 November 1994

9 RBMS PT Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk 19 Desember 1997 10 RODA PT Roda Panggon Harapan Tbk 22 Oktober 2001 11 GMTD PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk 11 Desember 2000

Sumber :

4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan situs

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Oktober 2008 sampai dengan Desember 2008.


(25)

5. Jenis Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari media internet, jurnal, dan buku literatur yang relevan dengan penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi. Peneliti mengumpulkan berbagai data yang relevan dengan penelitian melalui buku-buku, jurnal, skripsi, dan internet untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis statistik. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bantuan program

software SPSS .

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah metode analisis di mana data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. b. Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yakni Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic Earning


(26)

saham perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan rumus:

Yi,t = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ e Keterangan :

Yi,t = Harga saham a = Konstanta

b1,2,3,4 = Koefisien regresi variabel X1 = Return On Assets (ROA) X2 = Return On Equity (ROE) X3 = Basic Earning Power (BEP)

X4 = Earning per Share (EPS) e = standard error

c. Pengujian Asumsi Klasik

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel bebas dan terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Hakim 2001 : 254). Uji ini dilakukan melalui kolmogorov Smirnov.


(27)

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan. Varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sedangkan bila varians tidak konstan disebut heteroskedastisitas (Narchrowi 2006:109). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Hakim 2001:302), jika terdapat korelasi antara variabel bebas maka dapat dikatakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinieritas menggunakan kriteria variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan:

1. Bila VIF > 5 terdapat masalah multikolonieritas yang serius 2. Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinieritas yang serius

4. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa autokorelasi terjadi bila observasi yang berturut-turut sepanjang


(28)

waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya (Narchrowi 2006:185). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Pengujian terhadap autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji

Durbin Watson (DW) test dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 1.4

Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 <DW< dL

Tidak ada autokorelasi positif No decision dL ≤DW≤ dU

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dL <DW< 4

Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-dU≤DW≤4- dL

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak dU <DW< 4-dU Sumber : Gujarati (1995:217)

Keterangan :

dL = Batas bawah

dU = Batas atas

8. Uji Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis data melalui pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Uji signifikasi Simultan (Uji-F)

Uji- F menunjukkan apakan semua variabel independent atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat).

H0 :b1=b2 = b3 = b4 = 0 artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (ROA, ROE, BEP, EPS) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti).


(29)

H1 :b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0 artinya secara serentak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (ROA, ROE, BEP, EPS ) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti).

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5 % H1 diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %

2. Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)

Uji-t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

H0 :b1=b2 = b3 = b4 = 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (ROA, ROE, BEP, EPS) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti)

H1 :b1 ≠ b2 ≠ b3≠ b4 ≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (ROA, ROE, BEP, EPS) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti).

Pengujian menggunakan uji-t dengan tingkat pengujian pada α = 5 % derajat kebebasan (degree of freedom) atau df = (n-k).

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika – ttabel < thitung < ttabel pada α = 5 %


(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Anastasia (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari 33 perusahaan properti, hanya diambil 13 perusahaan, karena memiliki laporan keuangan secara lengkap tahun 1996 sampai dengan 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DER, r) dan resiko sistematik (beta) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama-sama, secara empiris terbukti bahwa hanya variabel book value yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara parsial.

Situmorang (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham

Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari 34 perusahaan properti, hanya diambil 13 perusahaan. Periode penelitian mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel Basic Earning Power (BEP) yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan property sedangkan variabel lain seperti


(31)

(EPS) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan property.

B. Pengertian Saham

Saham dapat didefenisikan sebagai tanda atau bukti penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam perusahaan atau perseroan terbatas (Anaroga 2001:58). Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan.

C. Keuntungan Kepemilikan Saham

Saham merupakan sekuritas yang menerbitkan penghasilan yang diperoleh pemodal dengan membeli dan memiliki saham. Penghasilan tersebut dapat berupa dividen dan capital gain (Fakhruddin dan Sopian 2001:7).

1. Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen ini merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dalam


(32)

jumlah tertentu untuk setiap saham, sedangkan dividen saham adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk sejumlah saham sehingga jumlah yang dimiliki seseorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen tersebut.

2. Capital Gain

Capital gain adalah realisasi keuntungan yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual saham akibat fluktuasi harga yang terjadi di pasar modal ketika pemegang saham tersebut menjual sahamnya. Capital Gain akan diperoleh jika harga saham saat penjualan lebih tinggi dibandingkan harga saham pada saat pembelian.

Di samping dua keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan:

Saham Bonus (jika ada)

Saham bonus merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.

D. Risiko Kepemilikan Saham

Selain mendapatkan keuntungan, para pemegang saham juga memiliki resiko terhadap saham akibat fluktuasi harga pasar (Darmadji 2001:9). Resiko tersebut antara lain :


(33)

1. Tidak mendapat dividen

Potensi keuntungan ditentukan oleh kinerja perusahaan, jika operasi perusahaan tidak mendapat keuntungan (perusahaan mengalami kerugian), maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen.

2. Capital Loss

Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak hanya mengakibatkan pemegang saham memperoleh keuntungan (Capital Gain) namun dapat menyebabkan keugian (Capital Loss), hal ini terjadi apabila harga pada saat penjualan saham lebih rendah dibandingkan harga saham saat pembelian saham tersebut.

3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-delist). Dalam kondisi tersebut, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

4. Saham di-delist dari bursa

Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk. Misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun dan tidak membagikan dividen secara


(34)

berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan Pencatatan Efek di Bursa.

5. Saham di-suspend

Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak dapat menjual sampai suspend dicabut. Suspensi dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipilitkan oleh kreditornya, dan berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa men-suspend perdagangan saham tersebut sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan konfirmasi atau kejelasan informasi lainnya, agar informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.

E. Harga Saham

Harga pasar (market price) merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham (Anoraga 2006:59). Setiap investor yang berinvestasi dalam saham, setiap hari dari waktu ke waktu, mereka harus rajin memantau perkembangan terakhir dari kondisi emiten di mana mereka menginvestasikan uang dan mengamati pergerakan saham di bursa secara keseluruhan karena perkembangan kondisi


(35)

emiten, baik positif maupun negatif, pasti berpengaruh pada harga saham yang diterbitkannya.

F. Analisis Fundamental

Fakhruddin dan Sopian (2001:55), menyebutkan bahwa dalam melakukan analisis dan memilih saham, ada dua aspek yang sering digunakan, yaitu aspek fundamental dan aspek teknikal.

Menurut Dedhy dan Liliana (2007:8), analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga, inflasi, dan sejenisnya. Analisis fundamental merupakan analisis berupa penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak.

Analisis fundamental sendiri adalah teknik-teknik yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara:

1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang.

2. Menerapkan hubungan variable-variabel tersebut hingga diperoleh taksiran harga saham.


(36)

Analisis teknikal adalah analisis yang lebih menitikberatkan pada pasar itu sendiri untuk memprediksi pola harga di masa mendatang berdasarkan pada pola harga masa lalu, volume, dan open interest.

G. Analisis Rasio

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Analisis rasio ini dibagi dalam lima macam yaitu : 1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban financial jangka pendek.

2. Rasio Leverage atau rasio utang, adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai utang atau dibiayai oleh pihak luar.

3. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Atau dengan kata lain, sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan.

4. Rasio Profitabilitas atau rasio kemampulabaan, yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba dan modal sendiri. 5. Rasio saham, yaitu rasio yang menunjukkan bagian dari laba perusahaan,


(37)

Keunggulan Analisis Rasio

Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).

5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time series”.

7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Keterbatasan Analisis Rasio

Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar tidak salah dalam penggunaannya.

Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.


(38)

2. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

3. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

H. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas dipergunakan berhubungan dengan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono,2001:122). Kondisi kemampuan menghasilkan laba perusahaan merupakan informasi penting bagi berbagai pihak.

Bagi para pekerja (karyawan dan buruh) merupakan gambaran besarnya kompensasi (gaji-upah) yang akan diterima. Sedangkan pihak pemegang saham berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang menjadi hak pemegang saham. Dengan demikian pemilik perusahaan selalu berusaha meningkatkan laba perusahaan karena disadari sangat pentingnya laba yang ingin dicapai demi kelangsungan atau masa depan perusahaan.

Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis rasio yakni rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Dalam kaitannya dengan investasi, beberapa rasio yang dipergunakan sebagai alat ukurnya antara lain:


(39)

1. Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) dipergunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus (Abdullah 2005:57): ROA = aktiva Total pajak dan bunga sesudah bersih Laba x 100%

2. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh

laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana. Hal itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar (Walsh 2004:56). Perhitungan rasio ini menggunakan rumus:

ROE = Sendiri Modal pajak dan bunga sesudah bersih Laba x 100%

3. Earning per Share (EPS)

Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba

untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen


(40)

yang diterima pemegang saham (Darmadji 2006:195). EPS dihitung dengan rumus:

EPS =

beredar saham

Jumlah

bersih Laba

4. Basic Earning Power (BEP)

Basic Earning Power (BEP) menunjukkan kemampuan menghasilkan laba

dari aktiva perusahaan sebelum pengaruh pajak serta leverage. Hal ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat leverage keuangan yang berbeda. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rasio ini hanyalah modal yang bekerja dalam perusahaan (operating capital atau operating

assets). Demikian pula laba yang diperhitungkan hanyalah laba yang berasal dari

operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba uasah (net operating income).

Bagi perusahaan pada umumnya, masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah lab, karena laba yang besar saja belum menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal untuk menghasilkan laba tersebut. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus (Brigham & Houston 2001:90):

BEP =

aktiva Total

pajak dan bunga sebelum Laba


(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PROPERTI

A. PT.CIPUTRA SURYA Tbk (CTRS)

PT.Ciputra Surya Tbk (CTRS) berdiri pada tanggal 1 Maret 1989 dan mulai menjadi perusahaan terbuka (emiten) sejak tanggal 15 Januari 1989 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 1.978.864.834 lembar. Ruang lingkup kegiatan perusahaan mencakup perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan penjualan kawasan perumahan real estate, perkantoran, pertokoan, pusat niaga beserta fasilitasnya. Perusahaan memulai kegiatan komersilnya sejak 1 Maret 1993. Pemegang saham terbesar dalam perusahaan ini adalah PT.Ciputra Development Tbk dengan 39,92% saham CTRS adalah milik mereka. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham, para pemegang saham menyetujui susunan dewan komisaris dan dewan direksi adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris : 1. Ciputra

Cosmas Batubara Lanny Wiharjo 2. Sandra Hendharto 3. Sony Subrata

Dewan Direksi : 1. Harun Hajadi


(42)

3. Cakra Ciputra 4. Candra Ciputra 5. Junita Ciputra

6. Naniek Joeliawati Santoso 7. Rina Ciputra Sastrawinata 8. Sutoto Yakobus

Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Taman Perkantoran Citra Raya Kav.1 Jl. Citra Raya Utama Surabaya, 60219.

B. PT.DUTA PERTIWI Tbk (DUTI)

PT.Duta Pertiwi Tbk didirikan pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 2 November 1994 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 1.387.500.000 lembar. Ruang lingkup kegiatan utama perusahaan meliputi usaha konstruksi dan pembangunan real estate serta perdagangan umum. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil pada tanggal 1 Oktober 1986 dalam bidang real estate. Sebelumnya perusahaan bergerak dalam bidang kontraktor.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta dengan proyek real estatenya meliputi pusat perbelanjaan International Trade Centre (ITC) Mangga Dua, Ruko Mangga Dua, Arcade Dusit, Mal Mangga Dua, Mangga Dua Court Apartment, Wisma Eka Jiwa, Perumahan Taman Duta Mas, Mega ITC Cempaka Mas, Duta Mas Fatmawati, Ruko Roxy Mas, ITC Fatmawati, Harcomas Mangga Dua, ITC Roxy Mas dan Apartemen, dan Roxy II yang seluruhnya berlokasi di Jakarta.


(43)

Under writer IPO (Initial Public Offering) perusahaan ini antara lain : 1. PT. Asian Development Securities

2. PT. Baring Securities

3. PT. Jardin Fleming Nusantara 4. PT. Makindo

5. PT. Usaha Bersama Sekuritas

Pemegang saham terbesar dalam perusahaan ini adalah PT.Ekacentra Usahamaju dengan 50% saham DUTI adalah milik mereka. Sedangkan 20% saham DUTI dimiliki oleh PT.Paraga Arta Mida dan selebihnya dimiliki oleh PT.Paraga Artamida.

Adapun susunan dewan komisaris dan dewan direksi adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris :

1. Franky Oesman Widjaja 2. Arthur Tahya

3. Joseph Jo Liat Tjiang 4. Simon Lim

5. Sonny Harsono Djojoa 6. Teddy Pawitra

Dewan Direksi : 1. Muktar Widjaja


(44)

3. Glen Hendra Gunadirja 4. Harry Budi Hartanto 5. Hermawan Wijaya 6. Petrus Kusuma 7. Stevanus Hartono 8. Teky Malloa

Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jl. Tanjung Pura No.263D Pontianak Kalimantan Barat.

C. PT.GOWA MAKASSAR TOURISM DEVELOPMENT Tbk (GMTD) PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) didirikan pada tanggal 14 Mei 1991 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 11 Desember 2000 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 101.538.000 lembar. Yang menjadi underwriter IPO (Initial Public Offering) perusahaan ini adalah PT.Ciptadana Sekuritas. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak dalam bidang investasi dan pengembangan real estate dan properti. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil pada tanggal 21 Juni 1997.

Pemegang saham terbesar perusahaan ini adalah PT. Makassar Permata Sulawesi dengan 32,50% saham GMTD adalah milik mereka. Pemegang saham lainnya adalah Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan kepemilikan saham sebesar 13 %, Pemerintah Kabupaten Gowa dengan kepemilikan saham sebesar 6,5 %, Pemerintah Kota Makassar dengan kepemilikan saham sebesar 6,5 % dan


(45)

Yayasan Pembangunan Sulawesi Selatan dengan kepemilikan saham sebesar 6,5%.

Adapun susunan dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris :

1. H. Masagoes Ismail Ning 2. Ahmad Nurhani

3. Erman Munzir 4. H. Supomo Guntur 5. H. Syahrul Saharuddin 6. Hj. Syafruddin Kalyum 7. Jopy Rusli

8. Tjokro Libianto Dewan Direksi : 1. Soeparmadi

2. Wahyu Tri Laksono 3. Arthur Felix Kalesaran

Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jl. Metro Tanjung Bunga Kav 3-5 Tanjung Bunga Makassar Sulawesi Selatan 90134.

D. PT. JAKARTA INTERNATIONAL HOTEL & DEV Tbk (JIHD)

PT. Jakarta International Hotel & Development didirikan pada tanggal 7 November 1969 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 29 Februari 1984


(46)

dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 1.930.039.200 lembar. Yang menjadi underwriter IPO (Initial Public Offering) perusahaan ini adalah :

1) PT.Danareksa Sekuritas 2) PT.Finconesia

3) PT.Indovest Securities

4) PT.Merchant Investment Corporation 5) PT.Multicor

6) PT.Danareksa

Ruang lingkup kegiatan perusahaan mencakup pembangunan hotel dan penyelenggaraan jasa perhotelan, pembangunan real estate dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan niaga beserta fasilitasnya. Perusahaan memulai operasi komersilnya pada tahun 1969.

Adapun susunan dewan komisaris dan dewan direksi adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris :

1. T.B. Silalahi 2. Tomy Winata

Dewan Direksi : 1. H. Jusuf Indradewa 2. Budiman Effendy 3. Hartono Tjahiadi 4. Nasroel Chas


(47)

Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Artha Graha Building 15th Fl, Jl. Jend.Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190.

E. PT. LAMICITRA NUSANTARA, Tbk (LAMI)

PT. Lamicitra Nusantara, Tbk didirikan pada tanggal 29 Januari 1988 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 16 Juli 2001 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 1.148.418.000 lembar. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pembangunan dan pengelolaan properti, jasa, perdagangan dan pertokoan. Perusahaan memulai usaha komersilnya pada bulan Januari 1990. Saat ini kegiatan utama perusahaan adalah penjualan stand di Jembatan Merah Plaza Surabaya, pengelola kawasan berikat di Tanjung Emas Semarang dan penyertaan modal pada anak perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan depo peti kemas, perhotelan dan real estat dan properti. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT. Laksana Citra Nusantara.

Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris : 1. Laksmono Kartika 2. H.A.Gawi Oemar

3. Sri Kuntjoro Dewi Maursen

Dewan Direksi : 1. Pranowo Kartika


(48)

2. Lanny Gondokusumo 3. Oedjang Ongko widjojo 4. Priyo Setya Budi 5. Robin Wijaya Gejali 6. Siana Kartika, D.Bus.

Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jembatan Merah Plaza 5th Fl, Jl. Taman Jayenggrono 2-4 Surabaya 60175.

F. PT. LIPPO CIKARANG, Tbk (LPCK)

PT. Lippo Cikarang, Tbk didirikan pada tanggal 20 Juli 1987 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 24 Juli 1997 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 696.000.000 lembar. Ruang lingkup kegiatan utama perusahaan ini adalah pengembangan kota (urban development) yang meliputi pengembangan kawasan perumahan dan industri, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum, penyediaan jasa-jasa pendukung serta melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perusahaan anak maupun patungan dan pihak-pihak lain. Saat ini kegiatan utama perusahaan adalah pembangunan kawasan industri, perumahan dan penyediaan jasa-jasa penunjang lainnya. Perusahaan ini beroperasi secara komersil sejak tanggal 20 Mei 1989.

Pemegang saham perusahaan ini antara lain : 1. PT. Kemuning Setiatama

2. Kresna Graha Sekurindo


(49)

Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut :

1. Eddy Sindoro

2. Ganesh Chander Grover 3. Jusuf Arbianto Tjondroluk 4. Sugiono Djauhari

Dewan Direksi :

1. Yuke Elia Susiloputro 2. Harun Permadi 3. Susanto

Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jl.M.H.Thamrin Kav.107 Lippo Cikarang, Bekasi 7550 Jawa Barat.

G. PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY, Tbk (OMRE)

PT. Indonesia Prima Property, Tbk didirikan pada tanggal 23 April 1983 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 22 Agustus 1994 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 1.745.000.000 lembar. Perusahaan ini bergerak dalam bidang persewaaan perkantoran, pusat perbelanjaan (mall), apartemen dan hotel, pembangunan perumahan, hotel, apartemen beserta segala fasilitasnya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil sejak bulan April 1983. Pemegang saham perusahaan ini antara lain :


(50)

2. PT. Gajah Tunggal Mulia

Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebaai berikut :

Dewan Komisaris : 1. Dibyo Widodo 2. Havid Abdul Gani

3. Matheus Rukmasaleh Arif 4. Satriyana

Dewan Direksi : 1. Boediman Gozali

2. H. Muhammad Eddy Gozali 3. Ng. Haker Larson

4. Njudarsono Yusetijo

Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman Kav.34 Jakarta 10220.

H. PT. PUTRA SURYA PERKASA, Tbk (PTRA)

PT. Putra Surya Perkasa, Tbk didirikan pada tanggal 15 Mei 1981 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 28 Maret 1994 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 5.888.867.668 lembar. Kegiatan utama perusahaan adalah menjalankan usaha pembangunan kontraktor, menjalankan usaha di bidang perumahan, menjalankan usaha di bidang perdagangan umum, perwakilan atau


(51)

peragenan dari perusahaan lain. Saat ini kegiatan utama perusahaan adalah menjual rumah dan menyewakan apartemen, ruangan kantor, pengelola gedung dan penjualan apartemen secara strata title. Pemegang saham perusahaaan ini adalah Grand Plus Investments Limited.

Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris : 1. Rusdy Wiranata 2. Freddy Soejandi 3. Hariati Tupang 4. Riwayat Salamun

Dewan Direksi :

1. Djoni Jonathan Lasmana 2. Handoko Gunawan 3. Hendra Hadiwijaya

Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman Kav.28 Jakarta 12920.

I. PT. PUDJIADJI PRESTIGE, Tbk (PUDP)

PT. Pudjiadji Prestige, Tbk didirikan pada tanggal 11 September 1980 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 18 November 1994 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 280.000.000 lembar. Ruang lingkup kegiatan perusahaan


(52)

ini meliputi pembangunan perumahan, perkantoran dan apartemen. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil sejak tahun 1981. Pada saat ini perusahaan bergerak dalam bidang real estat, kontraktor dan penyewaan ruangan dan apartemen. Pemegang saham perusahaaan ini antara lain :

1. PT. Istana Kuta Ratu Prestige 2. Syukur Pudjiadji

3. HSBC Inttrust (Sing) Ltd 4. Lenawati Setiadi P

Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris : 1. Syukur Pudjiadji

2. Gabriel Lukman Pudjiadji 3. Lenawati Setiadi

4. Marianti Mahendra

5. Soekardjo Hardjo Soewirjo 6. Taufik Mansur

Dewan Direksi : 1. Kosmian Pudjiadji 2. Adwien Dhani Suhendro 3. Toto Sasetyo Dwi Budi L


(53)

Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jayakarta Hotel 21st Fl, Jl.Hayam Wuruk 126 Jakarta Barat.

J. PT. RISTIA BINTANG MAHKOTASEJATI, Tbk (RBMS)

PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk didirikan pada tanggal 22 Mei 1985 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 19 Desember 1997 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 326.722.500 lembar. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak dalam bidang real estate dan kontraktor. Pada saat ini kegiatan perusahaan berupa pembangunan Perumahan Bintang Metropole dan Perumahan Mahkota Simprug yang berlokasi di Bekasi dan Tangerang. Perusahaan memulai kegiatan operasi komersial sejak bulan Februari 1994. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT. Bintang Mitra Semestaraya dan Aussie Properties Limited.

Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris : 1. Agusman Effendi 2. Maria Florentina Tulolo 3. Richard Wiriahardja

Dewan Direksi : 1. Martinus Tulolo 2. Rosa Lestari Putri


(54)

Kantor pusat perusahaan berlokasi di Ribens Autocara Building, Jl. Fatmawati No.188 Jakarta 12420.

K. PT. RODA PANGGON HARAPAN, Tbk (RODA)

PT Roda Panggon Harapan Tbk didirikan pada tanggal 15 Oktober 1984 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 22 Oktober 2001 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 591.000.000 lembar. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi usaha perdagangan umum, peragenan, kontraktor, perindustrian, pengangkutan, percetakan, pertanian, real estate, perkebunan dan pertambangan. Pada saat ini kegiatan perusahaan terutama adalah pembangunan dan penjualan real estat, Perumahan Simprug di Poris, Tangerang. Perusahaan memulai kegiatan operasi komersial pada bulan November 1995.

Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris :

1. Parningotan Okto Luther P 2. Supadmi

Dewan Direksi :

1. Richard Rachmawadi Wirlahar 2. Heru Widodo


(55)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan dan digolongkan/ dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif. Deskripsi umum dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang dipergunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on Assets (ROA) dapat diperoleh dengan membagi laba bersih setelah bunga dan pajak dengan total aktiva.


(56)

Tabel 4.1

Return on Assets (ROA) Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007 (%)

EMITEN TAHUN Rata-Rata

ROA

2004 2005 2006 2007

CTRS 5.58 9.32 13.49 8,93 9,33

DUTI 2.29 2.22 3.05 1,31 2,22

OMRE 3.77 -1.7 4.51 2,03 2,15

JIHD -8.68 -5.97 -3.28 -4,31 -5,56

LAMI 1.19 1.15 0.8 0,47 0,9

LPCK 2.65 0.43 0.02 0,86 0,99

PTRA -7.31 -62.8 1.42 -0,45 -17,28

PUDP 1.49 1.51 0.24 2,67 1,48

RBMS -1.22 -1.6 0.36 0,38 -0,52

RODA -2.07 -2.69 0.59 -0,34 -1,13

GMTD 3.17 3.22 3.83 2,82 3,26

Rata-rata

Total 0,078 -5.174 2.275 1,306 -0,378

Sumber : Hasil Penelitian,2009 (data diolah)

Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ROA seluruh perusahaan selama tahun pengamatan adalah sebesar -0,378%. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROA tertinggi selama tahun pengamatan adalah PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS), yaitu sebesar 9.33%. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROA terendah selama tahun pengamatan adalah PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) yaitu sebesar -17,28%.

Rata-rata ROA seluruh perusahaan properti dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Rata-rata ROA pada tahun 2004 adalah sebesar 0.078%, dimana perusahaan yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 5,58% dan perusahaan yang memiliki nilai ROA terendah pada tahun 2004 adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -8.68%.


(57)

Pada tahun 2005 nilai rata-rata ROA mengalami penurunan yang cukup tajam dari tahun 2004 menjadi -5.174%, dimana perusahaan yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 9,32% dan perusahaan yang memiliki nilai ROA terendah pada tahun 2005 adalah PT Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) sebesar -62,8%.

Pada tahun 2006 nilai rata-rata ROA mengalami peningkatan dari tahun 2005 menjadi 2,275%, dimana perusahaan yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 13,49% hal ini menunjukkan perusahaan ini mampu menghasilkan keuntungan yang cukup besar dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimilikinya dan perusahaan yang memiliki nilai ROA terendah adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -3,28%.

Pada tahun 2007 nilai rata-rata ROA mengalami penurunan dari tahun 2006 menjadi 1,306 % , dimana perusahaan yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 8,93% dan perusahaan yang memiliki nilai ROA terendah adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -4,31% hal ini menunjukkan perusahaan ini mengalami kerugian dimana kemampuan untuk menghasilkan laba bersih setelah bunga dan pajak perusahaan rendah ditambah biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya yang di atas rata-rata yang menyebabkan laba bersihnya menjadi relatif rendah.


(58)

2. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham dengan menggunakan tingkat ekuitas yang dimiliki. ROE dapat diperoleh dengan membagi laba bersih setelah bunga dan pajak dengan modal sendiri. Rasio ini dipergunakan oleh investor untuk mengetahui sejauh mana tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Semakin besar nilai ROE maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Tabel 4.2

Return on Equity (ROE) Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007 (%)

EMITEN TAHUN Rata-Rata

ROE

2004 2005 2006 2007

CTRS 10.18 18.59 22.35 13,64 16,19

DUTI 6.43 6.49 8.36 3,44 6,18

OMRE 12.23 -6.07 13.49 5,74 6,35

JIHD -25.1 -13.38 -11.61 -17,96 -17,01

LAMI 2.38 2.67 2.42 1,78 2,31

LPCK 6.78 1.08 0.05 2,41 2,58

PTRA -18.73 -217.17 4.71 -1,19 -58,095

PUDP 2.59 2.53 0.32 3,35 2,197

RBMS -1.69 -2.19 0.48 0,55 -0,712

RODA -2.23 -2.82 0.61 -0,36 -1,2

GMTD 11.84 11.41 12.77 9,07 11,273

Rata-rata

Total 0,425 -18,078 4,905 1,861 -2,723

Sumber : Hasil Penelitian,2009 (data diolah)

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ROE seluruh perusahaan selama tahun pengamatan adalah sebesar -2,723%. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROE tertinggi selama tahun pengamatan adalah PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS), yaitu sebesar 16,19% semakin besar nilai ROE maka semakin tinggi


(59)

pula minat investor terhadap suatu saham yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan harga saham. Hal ini disebabkan karena investor percaya bahwa perusahaan mampu menggunakan ekuitasnya dengan efektif dan efisien untuk menghasilkan laba. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROE terendah selama tahun pengamatan adalah PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) yaitu sebesar -58,095%.

Rata-rata ROE seluruh perusahaan properti dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Rata-rata ROE pada tahun 2004 adalah sebesar 0,425% dimana perusahaan yang memiliki nilai ROE tertinggi adalah PT Indonesia Prima Properti Tbk (OMRE) sebesar 12,23% dan perusahaan yang memiliki nilai ROE terendah pada tahun 2004 adalah PT Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) sebesar -18,73%.

Pada tahun 2005 nilai rata-rata ROE mengalami penurunan dari tahun 2004 menjadi -18,07% dimana perusahaan yang memiliki nilai ROE tertinggi pada tahun 2005 adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 18,59%. Perusahaan yang memiliki nilai ROE terendah adalah PT Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) sebesar -217,17% hal menunjukkan PT Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) mengalami kerugian yang cukup besar .

Pada tahun 2006 nilai rata-rata ROE secara total menunjukkan peningkatan dari tahun 2005 menjadi 4,90% dimana perusahaan yang memiliki nilai ROE tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 22,35% dan perusahaan yang memiki nilai ROE terendah adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk sebesar -11,61%.


(60)

Pada tahun 2007 nilai rata-rata ROE mengalami penurunan menjadi 1,86% dimana perusahaan yang memiliki nilai ROE tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 13,64% dan dan perusahaan yang memiliki nilai ROE terendah adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -17,96%.

3. Basic Earning Power (BEP)

Basic Earning Power (BEP) merupakan rasio yang menunjukkan

kemampuan menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pengaruh pajak serta leverage. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dengan modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital) untuk menghasilkan laba. Basic Earning Power (BEP) diperoleh dengan membagi laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva. Semakin besar nilai BEP mengindikasikan bahwa perusahaan telah dapat bekerja dengan efisien karena efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal untuk menghasilkan laba tersebut.


(61)

Tabel 4.3

Basic Earning Power (BEP) Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007 (%)

EMITEN TAHUN Rata-Rata

BEP

2004 2005 2006 2007

CTRS 4.10 8.20 11.50 10,55 8,58

DUTI 2.40 2.40 2.40 3,32 2,63

OMRE 8.60 2.10 2.90 4,45 4,51

JIHD -3.30 -3.00 -1.40 -1,26 -2,24

LAMI 2.30 2.80 0.80 2,14 2,01

LPCK 5.00 3.40 1.50 3,16 3,26

PTRA -6.70 0.70 0.30 14,04 2,08

PUDP 4.00 3.40 0.80 6,48 3,67

RBMS -1.70 -2.10 -0.40 -0,02 -1,05

RODA -2.20 -2.80 0.00 -0,77 -1,44

GMTD 2.20 2.10 3.70 3,97 2,99

Rata-rata

Total 1,34 1,56 2,00 4,18 2,27

Sumber : Hasil Penelitian,2008 (data diolah)

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata BEP seluruh perusahaan selama tahun pengamatan adalah sebesar 2,27%. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata BEP tertinggi selama tahun pengamatan adalah PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS), yaitu sebesar 8,58%. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata BEP terendah selama tahun pengamatan adalah PT. Jakarta International Hotel & Development yaitu sebesar -2,24%. Hal ini memberi indikasi bahwa PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS) adalah perusahaan yang paling mampu bekerja secara efisien dengan kekayaaan atau modal yang dimilikinya untuk menghasilkan laba.

Rata-rata BEP seluruh perusahaan properti dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Rata-rata BEP pada tahun 2004 adalah sebesar 1,34%, dimana perusahaan yang memiliki nilai BEP tertinggi adalah PT Indonesia Prima Properti Tbk (OMRE) sebesar 8,60% dan perusahaan yang memiliki nilai BEP


(62)

terendah pada tahun 2004 adalah PT Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) yakni sebesar -6,70%.

Pada tahun 2005 nilai rata-rata BEP mengalami peningkatan dari tahun 2004 menjadi 1,56% dimana perusahaan yang memiliki nilai BEP tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 8,20% dan perusahaan yang memiliki nilai BEP terendah pada tahun 2005 adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -3,00%.

Pada tahun 2006 nilai rata-rata BEP secara total menunjukkan peningkatan namun tidak begitu besar yakni sebesar 2,00 % dimana perusahaan yang memiliki nilai BEP tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 11,50% dan perusahaan yang memiliki nilai BEP terendah pada tahun 2006 adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -1,40%.

Pada tahun 2007 mengalami peningkatan kembali menjadi 4,18% dimana perusahaan yang memiliki nilai BEP tertinggi adalah PT Putra Surya Perkasa Tbk sebesar 14,04% dan perusahaan yang memiliki nilai BEP terendah pada tahun 2007 adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) yakni sebesar -1,26%.

4. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba

untuk setiap lembar saham. EPS merupakan rasio antara total laba bersih dengan jumlah saham yang beredar yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi


(63)

nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan jumlah dividen yang diterima oleh pemegang saham.

Tabel 4.4

Earning Per Share (EPS) Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007 (Rupiah)

EMITEN TAHUN Rata-Rata

EPS

2004 2005 2006 2007

CTRS 62.05 60.53 85.46 86,67 73,68

DUTI 42.99 43.86 52.57 42,48 45,47

OMRE 16.95 -13.67 12.61 8,45 6,08

JIHD 223.25 -73.25 -30.32 -113,49 1,55

LAMI 1.27 1.47 0.84 2,57 1,54

LPCK 41.58 5.36 4.70 15,89 16,88

PTRA -20.66 -75.64 1.36 -0,41 -23,84

PUDP 12.08 11.88 1.03 24,03 12,25

RBMS -4.64 -6.90 0.55 2,58 -2,1

RODA -1.74 -2.49 0.41 -0,43 -1,06

GMTD 63.00 65.05 72.65 77,38 69,52

Rata-rata

Total 39,648 1,473 18,351 13,247 18,179

Sumber : Hasil Penelitian,2009 (data diolah)

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata EPS seluruh perusahaan selama tahun pengamatan adalah sebesar Rp 18,179. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata EPS tertinggi selama tahun pengamatan adalah PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS), yaitu sebesar Rp 73,68. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata EPS terendah selama tahun pengamatan adalah PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) yaitu sebesar Rp -23,84. Nilai rata-rata EPS yang bertanda negatif mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kerugian. Dari nilai rata-rata EPS tiap perusahaan, dapat dilihat bahwa perusahaan yang mengalami kerugian selain PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) adalah PT. Roda Panggaon Harapan Tbk (RODA) dan PT Ristia Bintang Mahkotasejati (RBMS). Rata-rata EPS seluruh perusahaan properti dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Rata-rata EPS pada


(64)

tahun 2004 adalah sebesar Rp 39,648; pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi Rp 1,473 namun pada tahun 2006 nilai rata-rata EPS secara total menunjukkan peningkatan hingga Rp.18,351 kemudian pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi Rp.13,247.

5. Harga Saham

Harga saham merupakan harga jual dari suatu saham. Tiap point kenaikan ataupun penurunan yang terjadi bisa menentukan untung atau rugi investor terhadap suatu saham atau portofolio yang dimiliki. Apabila perusahaan diperkirakan memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, maka nilai saham akan menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang memiliki prospek maka harga saham akan menjadi rendah.


(65)

Adapun harga saham tiap perusahaan perusahaan properti selama periode tahun 2004 sampai dengan 2007 pada penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5

Harga Saham Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007 (Rupiah)

EMITEN TAHUN Rata-Rata Harga

Saham

2004 2005 2006 2007

CTRS 547.6 594.5 708.1 884.48 683.67

DUTI 703.4 558.36 637.8 692.3 647.96

OMRE 105.3 132.96 150.7 472,5 129.65

JIHD 299.1 566.8 580.8 890 584,18

LAMI 82.6 88.4 68.9 198,16 79.96

LPCK 301.5 323.1 287.3 521,25 303.96

PTRA 15.0 65.9 75 91,5 51,96

PUDP 213.2 183.1 199.1 250 211.35

RBMS 81.6 85.9 94.7 110,5 87.4

RODA 234.1 84.1 86.1 102 126.57

GMTD 685.4 556 519.6 426,25 587

Rata-rata

Total 297.16 294.46 309.83 563.75 366.303

Sumber : Hasil Penelitian,2009 (data diolah)

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata harga saham seluruh perusahaan selama tahun pengamatan adalah sebesar Rp.366,303. Perusahaan yang memiliki rata-rata harga saham tertinggi adalah PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS), dengan rata-rata harga saham selama empat tahun sebesar Rp 683,67. Sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata harga saham terendah adalah PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) dengan rata-rata harga saham selama empat tahun sebesar Rp 51,96. Rata-rata harga saham seluruh perusahaan properti dari tahun ke tahun cenderung meningkat.


(66)

B. Evaluasi Model Statistik

Penggunaan model analisis yang digunakan peneliti dalam menguji hipotesis adalah dengan regresi berganda. Peneliti melakukan uji F dan Uji t pada tiap variabel dependent (harga Saham) dengan variabel independen (ROA, ROE, BEP, EPS). Untuk melihat keabsahan persamaan regresi yang dibuat, pembuatan regresi dilandasi oleh asumsi-asumsi yang tidak boleh dilanggar.

Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa terjadi masalah multikolinieritas pada variabel

Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Hal ini ditunjukkan oleh

nilai VIF kedua variabel tersebut adalah lebih besar dari 5 ( VIF > 5). Tabel 4.6

Masalah Multikolineritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

ROA .012 85.551

ROE .013 79.470

BEP .473 2.114

EPS .816 1.226

a Dependent Variable: Harga saham

Sumber : Hasil olahan SPSS

Menurut Gozali (2005:95) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah multikolinieritas adalah dengan mengeluarkan satu atau beberapa variabel bebas yang mempunyai korelasi yang tinggi dari model. Oleh sebab itu, penulis mengeluarkan variabel ROE dari model regresi karena mempunyai korelasi yang tinggi.


(67)

Setelah dilakukan kembali uji multikolinieritas, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7

Bebas Masalah Multikolineritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

LN ROA .543 1.841

LN BEP .684 1.462

LN EPS .541 1.848

a Dependent Variable: LN Harga Saham

Sumber : Hasil olahan SPSS

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa semua variabel bebas tidak terkena masalah multikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel bebas yakni ROA, BEP dan EPS adalah lebih kecil dari 5 (VIF < 5).

Tabel 4.8 Masalah Autokorelasi

Model Summaryb

.666a .444 .402 1.43996 1.556

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LN EPS, LN BEP, LN ROA a.

Dependent Variable: LN Harga Saham b.

Sumber : Hasil olahan SPSS

Pada Tabel 4.8 yang menyajikan tabel “model summary” nilai Durbin Watson (DW) adalah sebesar 1,556. Nilai Durbin Watson (DW) harus dibandingkan dengan tabel Durbin Watson (DW), untuk = 5% dan k = 3 (banyaknya variabel bebas), n = 44 maka nilai batas bawah (dL) pada tabel adalah


(68)

dl dan du (dL ≤ DW ≤ dU ). Artinya, residual mempunyai masalah autokorelasi positif tetapi lemah, bila diperbaiki akan lebih baik.

Masalah autokorelasi menyebabkan munculnya outlier yaitu sebanyak satu buah outlier. Menurut Nachrowi (2006), outlier adalah nilai yang terpisah dari kumpulan observasi, yang dapat bernilai sangat besar atau sangat kecil. Mengingat pendugaan koefisien regresi, seperti koefisien determinasi atau uji hipotesis, sangat banyak memanfaatkan nilai rata-rata, maka nilai ekstrim akan mempunyai pengaruh terhadap ketepatan model. Oleh karena itulah dalam regresi

outlier harus diperhatikan dengan cermat, jika ingin persamaan regresi yang

dibuat akurat.

Deteksi outlier dapat dilakukan dengan membuat plot antara residual dan nilai prediksi atau standar. Ketika model diolah, ternyata didapat sebuah outlier, yaitu tampak pada observasi sebagai berikut:

Tabel 4.9

Casewise Diagnosticsa

-3.393 2.70805 -5.5920 -410.89

Case Number 28

Std. Residual

LN Harga Saham

Predicted

Value Residual

Dependent Variable: LN Harga Saham a.

Sumber : Hasil olahan SPSS

Munculnya outlier pada observasi tentunya akan mengganggu estimasi koefisien regresi yang dapat berakibat tidak tepatnya model yang dibuat. Oleh karena itu, observasi ini tidak disertakan dalam model yang akan dibentuk, sehingga model akan diestimasi berdasarkan 43 observasi.


(1)

lxxxviii


(2)

HASIL PENGOLAHAN SPSS SEBELUM PERBAIKAN 1

Va riables Entere d/Re movedb

EP S, BEP ,

ROE, ROAa . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All reques ted variables ent ered. a.

Dependent Variable: Harga Saham b.

Coefficientsa

326.691 47.989 6.808 .000

79.476 33.426 3.136 2.378 .023 .012 84.823 -22.159 9.753 -2.896 -2.272 .029 .013 79.204 -11.647 14.091 -.168 -.827 .414 .497 2.012 .664 .807 .130 .822 .416 .826 1.210 (Constant) ROA ROE BEP EPS Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Harga Saham a.

HASIL PENGOLAHAN SPSS SETELAH PERBAIKAN 1

Coefficientsa

4.459 .211 21.098 .000

-.131 .120 -.166 -1.092 .282 .543 1.841 .058 .160 .049 .365 .717 .684 1.462 .436 .084 .787 5.182 .000 .541 1.848 (Constant) LN ROA LN BEP LN EPS Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: LN Harga Saham a.


(3)

xc

xc

HASIL PENGOLAHAN SPSS SEBELUM PERBAIKAN 2

Model Summaryb

.666a .444 .402 1.43996 1.556

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LN EPS, LN BEP, LN ROA a.

Dependent Variable: LN Harga Saham b.

Casewise Diagnosticsa

-3.393 2.70805 -5.5920 -410.89

Case Number 28 Std. Residual LN Harga Saham Predicted Value Residual

Dependent Variable: LN Harga Saham a.

HASIL PENGOLAHAN SPSS SETELAH PERBAIKAN 2

Model Summaryb

.716a .513 .476 1.4869 1.683

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LN EPS, LN BEP, LN ROA a.

Dependent Variable: LN Harga Saham b.

ANOV Ab

16.003 3 5.334 13.704 .000a

15.182 39 .389

31.185 42 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), LN E PS, LN BEP , LN ROA a.

Dependent Variable: LN Harga S aham b.


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

43 .0000000 .60121968 .088 .075 -.088 .576 .895 N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Res idual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

3 2

1 0

-1 -2

10

8

6

4

2

0

Frequency

Mean = -1.99E-15 Std. Dev. = 0.964 N = 43

Dependent Variable: LN Harga Saham

Histogram


(5)

xcii

xcii

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

Dependent Variable: LN Harga Saham


(6)

4 2

0 -2

-4

Regression Standardized Predicted Value

4

2

0

-2

-4

R

egressi

on

S

tudent

iz

ed

R

esi

dual

Dependent Variable: LN Harga Saham

Scatterplot

Coefficientsa

.487 .122 3.999 .000

.029 .069 .092 .426 .672 .543 1.841 -.006 .092 -.012 -.061 .952 .684 1.462 -.003 .048 -.015 -.068 .946 .541 1.848 (Constant)

LN ROA LN BEP LN EPS Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Abs ut a.