xxx
BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Anastasia 2003 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di BEJ”.
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari 33 perusahaan properti, hanya diambil 13 perusahaan, karena memiliki laporan
keuangan secara lengkap tahun 1996 sampai dengan 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental ROA, ROE, BV, DER, r dan resiko
sistematik beta mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama-sama, secara empiris terbukti bahwa hanya
variabel book value yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara parsial.
Situmorang 2008 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham
Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari 34
perusahaan properti, hanya diambil 13 perusahaan. Periode penelitian mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya
variabel Basic Earning Power BEP yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan property sedangkan variabel lain seperti
Economic Value added EVA, Return On Equity ROE, Earning per Share
21
xxxi EPS tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
property.
B. Pengertian Saham
Saham dapat didefenisikan sebagai tanda atau bukti penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam perusahaan atau perseroan terbatas
Anaroga 2001:58. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan.
C. Keuntungan Kepemilikan Saham
Saham merupakan sekuritas yang menerbitkan penghasilan yang diperoleh pemodal dengan membeli dan memiliki saham. Penghasilan tersebut dapat berupa
dividen dan capital gain Fakhruddin dan Sopian 2001:7.
1. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Umumnya dividen ini merupakan salah satu daya tarik
bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai adalah
dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dalam
xxxii jumlah tertentu untuk setiap saham, sedangkan dividen saham adalah dividen yang
dibagikan dalam bentuk sejumlah saham sehingga jumlah yang dimiliki seseorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen tersebut.
2. Capital Gain
Capital gain adalah realisasi keuntungan yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual saham akibat fluktuasi harga yang terjadi di pasar modal ketika
pemegang saham tersebut menjual sahamnya. Capital Gain akan diperoleh jika harga saham saat penjualan lebih tinggi dibandingkan harga saham pada saat
pembelian. Di samping dua keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga dimungkinkan
untuk mendapatkan:
Saham Bonus jika ada
Saham bonus merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara
harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.
D. Risiko Kepemilikan Saham
Selain mendapatkan keuntungan, para pemegang saham juga memiliki resiko terhadap saham akibat fluktuasi harga pasar Darmadji 2001:9. Resiko
tersebut antara lain :
xxxiii 1.
Tidak mendapat dividen Potensi keuntungan ditentukan oleh kinerja perusahaan, jika operasi
perusahaan tidak mendapat keuntungan perusahaan mengalami kerugian, maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen.
2. Capital Loss
Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak hanya mengakibatkan pemegang saham memperoleh keuntungan Capital Gain namun dapat menyebabkan
keugian Capital Loss, hal ini terjadi apabila harga pada saat penjualan saham lebih rendah dibandingkan harga saham saat pembelian saham tersebut.
3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis saham perusahaan
tersebut akan dikeluarkan dari bursa di-delist. Dalam kondisi tersebut, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau
pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang
obligasi dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
4. Saham di-delist dari bursa
Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk. Misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun dan tidak membagikan dividen secara
xxxiv berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai
peraturan Pencatatan Efek di Bursa. 5.
Saham di-suspend Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya
sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak dapat menjual sampai suspend dicabut. Suspensi dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham mengalami
lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipilitkan oleh kreditornya, dan berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa men-suspend
perdagangan saham tersebut sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan konfirmasi atau kejelasan informasi lainnya, agar informasi yang belum jelas
tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat
diperdagangkan kembali seperti semula.
E. Harga Saham