Anamnesis Laboratorium Biopsi Hati

25 error dimana hal ini dapat menyebabkan variasi dari hasil interpretasi yang diberikan oleh ahli patologi anatomi. 12 Biopsi hati dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi terkena steatohepatitis dan fibrosis berat. 4 Salah satu orang dengan risiko tinggi adalah adanya sindroma metabolic, atau dapat digunakan skor fibrosis PPHNA untuk mengidentifikasinya. 4 Formulasi NFS 24 : NFS digunakan untuk mengidentifikasi orang dengan risiko tinggi terjadi fibrosis, dengan interpretasi sebagai berikut 25 : a. NFS -1,5 = risiko rendah b. NFS -1,5 - 0,67 = risiko menengah c. NFS 0,67 = risiko tinggi Tabel 2.8. skor penilaian aktivitas PPHNA NAS dan staging fibrosis diambil dari world gastroenterology organisation global guidelines. 1 26 skor 5 dengan steatosis dan pembengkakan hepatosis sudah didiagnosa sebagai NASH tetapi dibawah itu juga tetap dikatakan NASH selama ada steatosis dan pembengkakan hepatosit Tabel 2.9. perbandingan teknik diagnosis pasien PPHNA diambil dari world gastroenterology organisation global guidelines. 1 27

2.1.5.5. Strategi Diagnosa PPHNA

Diagram 2.3. Algoritma diagnosis PPHNA diadopsi dari Nurman etal, dan Rafiq etal 12,24 normal abnormal Dislipidemia, obesitas, faktor risiko lain Tes fungsi hati Terapi faktor risiko Cek NFS USGCT Risiko tinggi + - Risiko rendah Risiko Menengah CK 18 tinggi rendah Biopsi hati Terapi sesuai derajat kelainan Kategori derajat fibrosis Eliminasi penyebab lain SGOT SGPT + - Terapi sebab lain 28

2.1.6. Tatalaksana

Manajemen pasien PPHNA adalah dengan menatalaksanai keadaan metabolik penyerta pasien, seperti dislipidemia, resistensi insulin, obesitas, dan DM tipe 2. 4 PPHNA tidak memiliki terapi spesifik, prinsip penatalaksanaan PPHNA adalah dengan menurunkan faktor risiko, perbaikan fungsi hati dan penyebab yang mendasarinya yaitu resistensi insulin jika hal ini dapat dicapai biasanya penderita akan mengalami regresi komplit dari steatosis. Dalam mencapai target tersebut penderita dapat diberikan beberapa obat-obatan yang dapat membantu melepaskan lipid dari sel hati. 12,18

2.1.6.1. Intervensi gaya hidup pasien

Banyak penelitian yang membuktikan, perubahan gaya hidup dapat menurunkan kadar aminotransferase dan menurunkan kadar steatosis. Penurunan berat badan dibuktikan oleh banyak penelitian dapat memperbaiki gambaran histologi pasien SHNA, dengan memperbaiki diet, kebiasaan pasien, dan meningkatkan aktivitas fisik selama 200 menit seminggu selama 48 minggu. 4 o Diet: penurunan berat badan kurang lebih 5-10 merupakan target penderita, intake kalori yang dikonsumsi harus dikurangi 25 dari kebutuhan normal disesuaikan umur, dan jenis kelamin, jenis makanan yang dimakan harus dirubah komponen makronutrien seperti fruktosa dan lemak jenuh harus dihindari serta mengonsumsi lebih banyak omega 3omega 6. 1 o Olahraga: program olahraga dengan aktivitas menengah yang dilakukan tiga sampai empat kali seminggu disarankan untuk penderita. 1 Dengan diet yang baik ditambah dengan program olahraga tersebut diharapkan dapat menurunkan berat badan pasien dan meningkatkan sensitivitas insulin, serta mengurangi proporsi lipid yang terakumulasi di hati. 4,12 29

2.1.6.2. Obat

o Insulin sensitizing agents  Metformin Pemberian metformin kurang direkomendasikan karena tidak memberikan efek yang signifikan terhadap perlemakan hati. 4  Thiazolidinediones Pioglitazone bisa digunakan untuk menatalaksanai steatohepatitis, tetapi harus diperhatikan karena keamanan dan efektivitas angka panjang pioglitazobe pada pasien SHNA belum dipastikan. 4 Peroxisome proliferators-activated receptor-a PPAR-a meningkatkan kerja insulin pada jaringan perifer dan hati. Dibandingkan dengan metformin PPAR-a dapat menurunkan lemak hati dan meningkatkan ambilan glukosa diperifer maupun di hati. 12 o Statin Pasien PPHNA memilki banyak kelainan metabolik yang mana salah satunya adalah dislipidemia. Untuk mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular. Statins dapat digunakan sebagai lini pertama untuk mengontrol kadar profil lipid, semua statins efektif terhadap dislipidemia dengan dosis yang dapat ditolerir dan dalam rentang dosis terapetik. Untuk menghindari efek hepatotoksik yang ditimbulkan walaupun hal ini jarang terjadi. Asam lemak omega-3 dapat dijadikan lini pertama untuk menatalaksanai hipertrigliseridemia dinilai dari keamanan, toleransi, dan hasil dalam memperbaiki kadar trigliserida serum serta potensialnya untuk ikut memperbaiki penyakit hati. 26 30 o Anti-oksidan Pemberian vitamin E dengan dosis 800 IUhari direkomendasikan, karena dapat memperbaiki gambaran histologi pasien non-diabetes. 4

2.1.7. Prognosis dan Komplikasi

Pasien PPHNA tanpa terjadi fibrosis memiliki prognosis yang baik, karena perlemakan yang terjadi bisa kembali menjadi normal dengan diet dan perubahan gaya hidup pasien yang lebih baik, tetapi jaringan yang sudah fibrosis tidak akan kembali menjadi normal karena bersifat ireversibel. 4,18 PPHNA dapat menyebabkan kerusakan yang berbahaya untuk hati, diantaranya 18 : a. Menurunkan fungsi sel hati. Yang dapat menyebabkan kegagalan hati bahkan sampai dengan sirosis dan karsinoma hepatoseluler. b. Perlemakan akan membuat sel rentan terhadap toksik dan menurunkan kemampuannya untuk beregenerasi. c. Perlemakan hati akan merespon secara berlebihan pada proses inflamasi. d. Perlemakan hati yang lebih lanjut dapat menyebabkan penyempitan pembuluh dara intrahepatik dan menurunkan aliran bilier serta gangguan hemodinamika yang akan berujung pada hipertensi portal. e. Emboli lemak f. Varices, Oedema kaki g. Penyakit kardiovaskular h. Sepsis Tabel 2.10. survival rate pasien PPHNA diambil dari world gastroenterology organisation global guidelines. 1