Perjalanan penyakit Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit 1. Manifestasi Klinis

23  Dislipidemia  Obesitas, terutama obesitas morbid IMT 35  DM tipe 2  Sindroma metabolic  Riwayat apneu tidur obstruktif  Resistensi insulin  Peningkatan SGPTSGOT kronis yang tidak jelas penyebabnya c. Riwayat alkohol dan pengobatan Pasien yang mengalami keluhan diatas harus ditanyakan seberapa banyak konsumsi alkohol. Pasien dengan perlemakan hati yang diantaranya pria 30 ghari dan 20 ghari untuk wanita, maka pasien tersebut mengalami perlemakan hati tanpa ada kaitannya dengan alkohol. Hal ini untuk membedakannya antara PHA dan PPHNA. 1,13 Riwayat meminum obat seperti amiodarone, coralgil, tamoxifen, perhexiline, kortikosteroid, methotrexate dan obat-obat steatogenik lainnya perlu untuk ditanyakan. 1

2.1.5.2. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan PPHNA 80- 90-nya mengalami kenaikan yang patologis dan 10-20 sisanya normal. Dan biasanya hal ini terdeteksi saat medical check-up yang rutin dilakukan. 1,18  Peningkatan SGOTSGPT.  Rasio SGOTSGPT 1 jika lebih 2 menunjukkan kelainan yang disebabkan oleh alkohol.  Peningkatan γ-GT  Cholinesterase dapat mengindikasikan adanya kelainan metabolisme lipid ataupun adanya perlemakan hati. 24  Uji seperti Bilirubin, alkalin fosfatase, elektrophoresis, ferritin, leptin, thioredoxin, dan parameter lain dapat digunakan yang berhubungan dengan metabolisme lipid.  Galactose elimination capacity atau indocyanine green test dapat digunakan untuk memeriksa apabila adanya penurunan fungsi hati. Dan digunakan untuk mengontrol fungsinya dalam jangka panjang. 2.1.5.3. Radiologi Pemeriksaan non-invasif lainnya yang sering digunakan untuk mendiagnosa PPHNA adalah USG, CT-Scan, dan MRI. 12 USG paling sering digunakan dalam screening perlemakan hati. 1 Pada pemeriksaan USG terdapat gambaran hiperecho yang meningkat karena adanya peningkatan jumlah air, dan lemak. Tetapi USG tidak dapat mendeteksi perlemakan yang kurang dari 10-20. 18 CT menggambarkan adanya penurunan densitas dengan penurunan korespondesi di unit Hounsfield. Hati yang mengalami perlemakan warnanya akan lebih gelap dibandingkan dengan limpa disebut juga sebagai grey liver. 18 Ketiga pemeriksaan radiologi diatas dengan ditambah pemeriksaan darah, dapat mendiagnosa PPHNA pada pasien, tetapi tidak spesifik dan sensitif dalam membedakan PPHNA dan SHNA serta mendeteksi adanya fibrosis dan stadium dari fibrosis tersebut. 21

2.1.5.4. Biopsi Hati

Dalam mendiagnosa hanya bentuk morfologi dari kelainan organ yang dapat memberikan diagnosis definitif tidak hanya pada perlemakan hati. Biopsi hati merupakan baku emas untuk membedakan antara PPHNA dan SHNA, serta digunakan untuk menentukan derajat dari proses inflmasai fibrosis progresif serta prognosis dari pasien PPHNASHNA. 12,18,21 Tetapi biopsy hati masih memiliki keterbatasan yaitu potential sampling 25 error dimana hal ini dapat menyebabkan variasi dari hasil interpretasi yang diberikan oleh ahli patologi anatomi. 12 Biopsi hati dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi terkena steatohepatitis dan fibrosis berat. 4 Salah satu orang dengan risiko tinggi adalah adanya sindroma metabolic, atau dapat digunakan skor fibrosis PPHNA untuk mengidentifikasinya. 4 Formulasi NFS 24 : NFS digunakan untuk mengidentifikasi orang dengan risiko tinggi terjadi fibrosis, dengan interpretasi sebagai berikut 25 : a. NFS -1,5 = risiko rendah b. NFS -1,5 - 0,67 = risiko menengah c. NFS 0,67 = risiko tinggi Tabel 2.8. skor penilaian aktivitas PPHNA NAS dan staging fibrosis diambil dari world gastroenterology organisation global guidelines. 1