3. Industri Buku Islam di Indonesia
a Sejarah Singkat
Buku tetap merupakan sarana utama untuk mengkomunikasikan pengetahuan. Buku merupakan sesuatu yang sentral dalam memberikan informasi,
hiburan, analisi, dan pendidikan bagi jutaan orang di dunia. Buku merupakan teknologi komunikasi tertua, sejak Johannes Gutenberg
menemukan alat cetak yang dapat digerakkan pada tahun 1455. sejak saat itu banyak percetakaan buku bermunculan. Akhir abad ke-20 ini kita menghadapi
perubahan dalam dunia penerbitan. Gabungan dari faktor- faktor teknologi dan komputerisasi.
Secara garis besar penerbitan di Indonesia terbagi menjadi tiga, yaitu penerbitan buku sekolah atau pelajaran, penerbitan buku umum dan penerbitan
buku agama. Pada masa penjajahan belanda penulisan dan penerbitan buku sekolah dan pelajaran masih dikuasi oleh belanda. Usaha penerbitan buku agama
dimulai dengan penerbitan buku agama islam banyak dilakukan oleh orang arab sedangkan buku agama kristen dikuasai oleh belanda.
Penerbitan buku bacaan umum berbahasa melayu pada saat itu banyak dikuasai oleh bangsa cina, orang pribumi hanya bergerak pada penerbitan buku
berbahasa daerah. Untuk mengimbangi usaha penerbitan dari bangsa cina dan kaum pribumi belanda membentuk penerbit buku bacaan rakyat dan pada tahun
1908 diubah namanya menjadi Balai Pustaka. Pada tahun 1950 mulai bermunculan penerbit swasta di Indonesia ynag
sebagian besar berada di pulau jawa dan sebagian lainnya di pulau sumatera dan pada tahun ini juga berdiri Ikatan Penerbit Indonesia. Pada awalnya penerbitan
mereka hanya tentang politis dan idealis. Pada tahun 1995 pemerintah indonesia mulai
mengambil alih
semua perusahaan
penerbitan belanda
dan menasionalisikannya. Kemudian pemerintah berusaha mendorong perumbuhan
dan perkembangan penerbitan buku nasional dengan jalan memberikan subsidi dan bahan baku kertas. Sejak saat itu penerbitan buku di Indonesai terus
berkembang termasuk penerbitan buku islam. Penerbitan menghadapi tantangan yang cukup berat pada akhir abad ke-
20. Teknologi baru mengubah banyak proses penerbitan buku dan distribusinya. Hal ini memang benar bukan hanya bagi penyusunan dan percetakan, tetapi juga
bagi penyampaian pengetahuan itu sendiri. Internet, misalnya, menjadi semakin central bagi penerbitan. Perubahan di dalam memberikan tekanan komersial pada
penerbitan sangat mengubah segi ekonomi dan industri tradisional, khususnya melalui konsolidasi perusahaan dan masuknya kedalam korporasi multimedia
penerbitan. Penerbitan menjadi semakin bersifat internasional, bukan hanya karena
ekspor produk ilmu pengetahuan, tetapi juga arti kepemilikan perusahaan secara multinasional. Kita memutuskan perhatian pada sejumlah perubahan dramatis di
dalam penerbitan yang mengubah struktur, yang semula merupakan industri tradisional. Penerbitan seperti ini bergerak memasuki lingkungan komersial dan
teknologi yang sangat kompetitif di abad ke-20 ini. Penerbitan juga merupakan unsur pokok di dalam tali-temali industri
pengetahuan secara internasional merupakan bagian yang penting dan kontroversial di dalam negosiasi yang diputuskan yang mengarah pada
pembentukan World Trade Organization WTO. Masalah yang berkaitan dengan pembajakan produk pengetahuan, termasuk buku.
Buku dan penerbitan tidak tersebar merata di seluruh dunia. Sejumlah kecil negara dan bahasa mendominasi penerbitan dunia, menciptakan pola
ketidaksetaraan yang besar di dalam penerbitan di dunia. Amerika serikat, inggris, jepang, perancis dan jerman adalah di antara negara penerbitan yang besar.
b Permasalahan dan Perkembangan Penerbitan Masa Kini
Penerbitan menghadapi sejumlah permasalahan dan tantangan yang memiliki pengaruh yang mendalam terhadap sifat industri tersebut, dan secara
tidak langsung terhadap bagaimana buku diterbitkan dan didistribusikan. Dampak dari teknologi baru juga dan perkembangan teknologi yang
pesat juga berpengaruh pada penerbitan. Revolusi reprografi yang diawali oleh teknologi fotokopi. Teknologi ini tidak hanya mendorong keberadaan mesin
fotokopi yang membawa tantangan pada hak cipta, tetapi juga memperkenalkan inovasi dalam percetakan.
Revolusi reprografi dirasakan dengan jelas selama beberapa dekade. Pertama, dengan memfotokopi berarti memberikan kesempatan pada pembaca
secara individu untuk membuat salinan bahan-bahan tercetak dengan mudah. Hal ini diiikuti oleh usaha komersial dengan membuat salinan bahan-bahan penerbitan
secara tidak resmi. Teknologi reprografi dengan cepat mengendalikan percetakan. Ini
penghematan besar dalam biaya percetakan, khususnya untuk penerbitan yang terbatas. Yang lebih penting lagi dari reprografi bagi penerbitan adalah revolusi
berdasarkan komputer. Teknologi penyusunan secara tradisional di banyak tempat
di dunia ini seluruhnya digantikan dengan penyusunan dan desain buku berdasarkan komputer.
Perkembangan teknologi komputer juga mempunyai sisi negatif yang dapat merugikan industri penerbitan itu sendiri, karena orang dengan mudah
menyalin dan memperbanyak sebuah buku atau materi dari sebuah buku. Disinilah peran peraturan tentang hak cipta diperlukan, karena dengan adanya
peraturan tentang hak cipta proses-proses yang menyangkut pelanggaran hak cipta dapat ditindak.
B. Komunikasi Pemasaran Buku Islam
Komunikasi secara garis besar dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan berinteraksi dengan orang lain, secara verbal maupun non verbal guna
memindahkan pesan dari satu individu ke individu lainnya. Menurut Prisgunanto, “Komunikasi diartikan sebagai proses transfer pesan dalam penyaluran informasi
atau message melalui sarana atau saluran komunikasi kepada komunikan tertuju”.
12
Komunikasi merupakan transfer atau pertukaran informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain dengan menggunakan lambang-lambang
berarti. Merupakan cara untuk bertukar dan berbagi ide-ide, sikap, nilai dan pendapat serta fakta.
13
Menurut Hovland yang dikutip oleh Widjaja, mengatakan bahwa “Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang
12
Ibid.
13
Priyatna,soeganda dan Ardianto,Ervinaro. Tujuh Pilar Komunikasi bisnis,Bandung: Penerbit Widya Padjadjaran 2009,h.57.