20
pada perokok dengan periodontitis dan perokok yang tidak mengalami periodontitis dibandingkan dengan grup non-perokok yang sehat.
6,7
Hasil berlawanan dilaporkan oleh Laine dkk tentang efek rokok pada manusia berkaitan dengan peningkatan konsentrasi sodium, potassium dan protein
total pada saliva. Hasil serupa juga dilaporkan oleh Kallapur dkk tahun 2013 tentang peningkatan kadar protein total saliva pada penderita diabetes yang
merokok dan yang tidak merokok, yang diduga karena peningkatan permeabilitas membran basal vaskular akibat diabetes sehingga terjadi kebocoran protein
plasma ke saliva dan penelitian oleh Negler dkk tahun 2000 munujukan penurunan aktivitas enzim amilase 34, lactic dehydrogenase 57, asam
fosfatase 77 pada saliva akibat merokok, namun tidak berefek pada aktivitas aspartate aminotransferase dan alkaline phophatase. Penilitian ini juga
mengatakan bahwa berbagai komponen pada rokok dapat mengakibatkan penurunan aktivitas enzim saliva dengan berbagai mekanisme.
28,30
2.1.2.5 Efek Merokok Tembakau terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Dampak yang ditimbulkan dari rokok salah satunya dapat bermanifestasi pada organ mulut karena mulut merupakan organ pertama yang terpapar oleh
rokok, baik dari rokoknya secara langsung ataupun dari asap rokok.Kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut dapat dinilai dengan menggunakan indeks yang
hasilnya didapat dari pemeriksaan fisik gigi dan mulut. Terdapat beberapa indeks yaitu Oral higiene index simplified OHIS adalah indeks untuk menentukan
status kebersihan mulut seseorang yang dinilai dari Debris Index DI dan Calculus Index
CI yang menunjukkan adanya sisa makanandebris dan kalkulus karang gigi pada permukaan gigi. Plaque index PI digunakan untuk mengukur
ketebalan plak pada permukaan gigi. Gingival index GI digunakan untuk menilai keadaan gusi seseorang dengan melihat keparahan gingivitis berdasarkan warna
gusi, konsistensi dan kecenderungan untuk berdarah. Decayed, missing, and filled teeth
DMFT digunakan untuk melihat jumlah gigi yang berlubang, hilang dan jumlah gigi yang ditambal.
31,32
21
Pada pemeriksaan DI Debris Indeks digunakan untuk melihat adanya sisa makanandebris yang menempel pada gigi. Kriteria untuk DI sebagai berikut:
Tabel 2.3. Kriteria Pemeriksaan Debris Index DI Skor
Kriteria Tidak ada debris atau stain
1 Debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi atau
adanya stain ekstrinsik tanpa adanya debris pada permukaan gigi tersebut
2 Debris lunak yang menutupi lebih dari 13 permukaan gigi namun
tidak lebih dari 23 permukaan gigi 3
Debris lunak yang menutupi lebih dari 23 permukaan gigi
Kriteria Penilaian DI:
33,34
0.0 – 0.6 : baik
0.7 – 1.8 : sedang
1.9 – 3.0 : buruk
Pada pemeriksaan CI Calculus Index kita melihat adanya kalkulus atau karang gigi. Kriteria unutk CI yaitu:
Tabel 2.4 Kriteria Pemeriksaan Calculus Index CI
33,34
Skor Kriteria
Tidak ada kalkulus 1
Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi 2
Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 13 permukaan gigi namun tidak lebih dari 23 permukaan gigi danatau terdapat sedikitbercak
kalkulus subgingiva di servikal gigi
3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 23 permukaan gigi
danatau kalkulus subgingiva yang menutupi atau melingkari permukaan servikal gigi
22
Kriteria Penilaian DI dan CI:
33,34
0.0 – 0.6 : baik
0.7 – 1.8 : sedang
1.9 – 3.0 : buruk
Pada pemeriksaan GI dapat dinilai adanya inflamasi gingival dengan melihat apakah ada perdarahan atau tidak pada gigi yang diperiksa. Kriteria skor
GI adalah: Tabel 2.5 Kriteria Pemeriksaan Gingival Index GI
33,34
Skor Kriteria
Gingiva normal 1
Inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit edema, tidak ada perdarahan saat penyondean probing
2 Inflamasi sedang, kemerahan, edema licin mengkilat, perdarahan
saat penyondean probing 3
Inflamasi berat, kemerahan edema yang jelas, ulserasi. Kecendrungan untuk perdarahan spontan
Kriteria Penilaian GI:
33,34
: sehat 0.1 – 1.0
: gingivitis ringan 1.1 – 2.0
: gingivitis sedang 2.1 – 3.0
: gingivitis bera OHIS merupakan indeks untuk menentukan keadaan kebersihan mulut
seseorang yang dinilai dari adanya sisa makanandebris dan kalkulus karang gigi pada permukaan gigi. Jadi skor OHIS merupakan penjumlahan dari DI Debris
Indeks dan CI Calculus Indeks. Cara menghitung dan kriteria untuk OHIS dalam menentukan keadaan mulut seseorang yaitu:
31,32
23
Kriteria Penilaian OHI-S:
31,32
: sangat baik 0.1 – 1.2
: baik 1.3 – 3.0
: sedang 3.1 – 6.0
: buruk Penelitian yang dilakukan oleh Arowojolu, dkk, menggunakan metode
potong lintang dengan membagi responden dalam 2 kelompok, yaitu kelompok perokok dan non perokok, sebagai kontrol. Dari hasil penelitian tersebut
dilaporkan bahwa OHIS dan GI pada kelompok perokok lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non perokok. Di Indonesia pun sudah ada
penelitian mengenai efek rokok terhadap kesehatan mulut.Menurut Arowojolu, dkk, tingginya OHIS pada perokok berhubungan dengan fakta bahwa kandungan
pada rokok, salah satunya tar dapat menyebabkan adanya penodaan pada gigi, dimana permukaan gigi akanmenjadi kasar dan mempercepat akumulasi plak
pada gigi yang menandakan buruknya kesehatan gigi dan mulut perokok. Peningkatan GI menandakanadanya inflamasi pada gingival, yang ditandai dengan
adanya penurunan aliran darah gingival yang dipengaruhi oleh nikotin.
35
Merokok juga dapat meningkatkan produksi sitokin proinflamasi berupa TNF alfa, IL-1, dan PGE sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada matriks
ekstraseluler. Merokok juga dapat menyebabkan perubahan vaskularisasi gingival yaitu dilatasi pembuluh darah kapiler yang disertai dengan akumulasi mediator
proinflamasi pada gingival. Apabila terjadi berkelanjutan, maka dapat memicu proses inflamasi berlebih pada gingival gingivitis. Jika terjadi terus menerus,
dapat mengakibatkan penipisan kolagen pada jaringan lunak gingival yang terpapar serta memungkinkan juga timbulnya periodontitis.
36,37
Rongga mulut yang sering terpapar oleh asap rokok dan komponen yang terkandung di dalamnya dapat menjadi toksik bagi jaringan lunak pada sekitar
rongga mulut sehingga dapat mempengaruhi status kesehatan dan kebersihan rongga mulut.Sedangkan dampak merokok yang terus menerus dapat
meningkatkan keparahan rusaknya jaringan periodontal. Diantaranya adalah sebagai berikut:
37,38,39
24
Poket Penambahan celah antara gigi dan gusi atau yang biasa disebut
sulkus gingival
Resesi gingival Biasanya menyertai gangguan periodontal, yaitu
periodonitis
Inflamasi gingival Derajat keparahan dari inflamasi gingival sangat
dipengaruhi oleh status oral hygiene subjek nya. Jika status oral hygiene buruk, maka semakin tinggi kemungkinan timbulnya inflamasi gingival.
Sedangkan jika status oral hygiene baik, maka semakin rendah kemungkinan timbulnya inflamasi gingival
2.1.3. Protein.