Peran Rokok Terhadap Kualitas Hidup: Evaluasi menggunakan kuesioner SF-36v2 antara perokok dan non perokok laki-laki

(1)

laki-laki)

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

FARUQ YUFARRIQU MUFAZA NIM: 1112103000078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan, baik nikmat iman, islam, dan kesehatan, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Peran Rokok Terhadap Kualitas Hidup (Evaluasi menggunakan kuesioner SF-36v2 antara perokok dan non perokok laki-laki)”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi tauladan bagi umat-Nya. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penelitian ini tidak akan pernah selesai. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M. Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Jakarta beserta jajarannya.

3. Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku pembimbing I, terima kasih atas waktu, tenaga, pikiran, dan semangatnya untuk membimbing penulis dari nol hingga akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan.

4. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp. THT-KL selaku pembimbing 2, terima kasih atas waktu, tenaga, pikiran, dan semangatnya untuk membimbing penulis menyusun laporan penelitian ini.

5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku penanggung jawab modul riset PSPD angkatan 2012, terima kasih atas bimbingannya pada kami dalam menjalani penelitian ini.

6. Dengan penuh rasa hormat, terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis dan keluarga, ayahanda tercinta Fatchur Rochman sebagai the greatest motivator ever untuk penulis serta ibunda tercinta Mustati’ul Walidah atas bimbingan, pengorbanan, doa yang selalu dipanjatkan untuk anak-anaknya, dan semuanya sehingga dapat menjadikan suatu washilah bagi penulis untuk bisa menjadi seperti ini.


(6)

vi

7. Adik-adik tercinta, Sahhillana Naila Salsabila dan Indana Fauzah Adzimah, terima kasih atas rindu yang selalu diucapkan.

8. Jajaran Direktorat Pendidikan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk kuliah di PSPD, tanpa kesempatan itu sangat sulit bagi penulis untuk bisa masuk kuliah di PSPD ini.

9. Teman-teman sejawat seperjuangan kelompok riset, yaitu Reza, Sari, Qori, dan Nabila. Terima kasih atas kerja sama, dan dukungan yang sudah diberikan.

10.Saudara satu cita-cita untuk merubah takdir bangsa 2025, seluruh keluarga besar CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkhusus keluarga angkatan 2012 yang selalu mendukung penulis.

11.Responden yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi berkas penelitian. Semoga kebaikan yang sudah diberikan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.

12.Teman-teman sejawat PSPD 2012 yang saya cintai.

13.Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini.

Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari bentuk sempurna. Segala kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Demikian laporan ini penulis susun, semoga bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, agama, dunia, dan setelahnya nanti. Aamiin.

Ciputat, Oktober 2015 Penulis

Faruq Yufarriqu Mufaza 1112103000078


(7)

vii

terhadap kualitas hidup: Evaluasi menggunakan kuisioner SF-36v2 antara perokok dan non perokok laki-laki.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan skor kualitas hidup laki-laki perokok dengan non perokok. Metode: Pengumpulan data dilakukan dengan metode potong-lintang selama bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2015. Data yang terkumpul terdiri dari formulir data pribadi, kuisioner Fagerstrom Nicotine Dependence dan SF36v2 yang diisi lengkap oleh 146 responden laki-laki (83 perokok dan 63 non perokok) usia 25 – 55 tahun. Hasil: Median skor kesehatan jiwa, dan transisi kesehatan perokok lebih rendah dibanding non perokok (p<0,05). Sedangkan median skor kesehatan fisik tidak didapatkan perbedaan bermakna antara keduanya. Berdasarkan indeks Brinkman terdapat perbedaan skor kualitas hidup antara non perokok dengan perokok berat (p<0,05). Simpulan: Merokok dapat memengaruhi skor kualitas hidup dengan perbedaan bermakna pada non perokok dan perokok berat. Simpulan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan nasihat kepada perokok agar berhenti merokok sebelum terjadi efek akibat sudah menjadi perokok berat.

Kata kunci: Merokok, kuisioner SF-36v2, kualitas hidup.

ABSTRACT

Faruq Yufarriqu Mufaza. Medical Education Study Program. The role of smoking to the quality of life: evaluation between smoker and non smoker using SF-36v2.

Objective: To compare the score of quality of life between male smoker and male non smoker. Methods: This research is cross-sectional surveys that conducted from February till July 2015. Personal form, Fagerstrom Nicotine Dependence questionnaire, and SF-36v2 questionnaire that were completed by 146 respondents aged 25 – 55 years (83 smoker and 63 non smoker). Results: The median of smokers’s mental, and health transition scores were lower than non-smokers’s (p<0,05). Whereas, there is no difference between median of the mental score from both of them. Based on Brinkman index, there is difference score of quality of life between non-smoker and heavy smoker (p<0,05). Conclusion: smoking cigarette affects the score of quality of life with the statistical different between non smoker and heavy smoker. This findings can be a valuable advice for smokers that they should stop smoking because it lowering the quality of life.


(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...ii

LEMBAR PERSETUJUAN ...iii

LEMBAR PENGESAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

DAFTAR SINGKATAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...2

1.3Hipotesis Penelitian ...2

1.4Tujuan Penelitian ...2

1.4.1 Tujuan Umum ...2

1.4.2 Tujuan Khusus ...2

1.5Manfaat Penelitian ...2

1.5.1 Bagi Peneliti ...3

1.5.2 Bagi Masyarakat ...3

1.5.3 Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah ...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1Landasan Teori ...4

2.1.1 Kualitas Hidup ...4

2.1.1.1Definisi Kualitas Hidup ...4

2.1.1.2Aspek-Aspek dalam Kualitas Hidup ...4

2.1.1.3Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup ...5

2.1.1.4Pengukuran Kualitas Hidup ...6

2.1.2 Kuesioner SF-36v2 ...7

2.1.2.1Definisi Kuesioner SF-36v2 ...7

2.1.2.2Skala Kesehatan Fisik ...8

2.1.2.3Skala Kesehatan Jiwa ...10

2.1.3 Konsep Dasar Merokok ...11

2.1.3.1Definisi Merokok ...11

2.1.3.2Klasifikasi Merokok ...12

2.1.3.3Kandungan Rokok ...13

2.1.3.4Bahaya Merokok...14

2.1.4 Ketergantungan Terhadap Nikotin ...16


(9)

ix

2.3Kerangka Konsep ...19

2.4Definisi Operasional ...20

BAB III METODE PENELITIAN ...22

3.1Desain Penelitian ...22

3.2Waktu dan Tempat Penelitian ...22

3.3Alat Penelitian ...22

3.4Populasi dan Sampel ...22

3.5Jumlah Sampel ...23

3.6Cara Kerja Penelitian ...25

3.7Pengolahan Data ...25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...27

4.1Hasil Penelitian ...27

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian ...29

4.1.2 Karakteristik Responden Perokok ...29

4.1.3 Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup ...29

4.1.4 Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada indeks Brinkman, Ketergantungan Nikotin, dan Aktivitas Fisik ...29

4.1.5 Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada Daerah Asal ...30

4.2Pembahasan ...30

4.2.1 Karakteristik Responden ...30

4.3Aspek Keislaman...33

4.4Keterbatasan Penelitian ...34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...35

5.1 Simpulan ...35

5.2 Saran ...35

DAFTAR PUSTAKA ...37

Lampiran 1 ...41

Lampiran 2 ...42

Lampiran 3 ...54

Lampiran 4 ...60


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian ...27

Tabel 4.2 Karakteristik responden perokok ...28

Tabel 4.3 Skor kualitas hidup perokok dan non perokok ... 29

Tabel 4.4 Analisis perbedaan skor kualitas hidup ...30


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat persetujuan etik ...41

Lampiran 2 Formulir biodata dan riwayat merokok responden ...42

Lampiran 3 Formulir Kuesioner SF-36v2 ...54

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ...60


(13)

xiii

DAFTAR SINGKATAN SF-36v2 : Short Form 36 versi 2

QoL : Quality of life

HRQoL : Health related quality of life PCS : Physical component summary MCS : Mental component summary

HT : Health Transition

IB : indeks Brinkman

ND : Nicotine Dependence


(14)

1 1.1Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di belahan dunia banyak yang tidak bisa terlepas dari rokok. Bahkan angkanya cukup tinggi. Rokok merupakan potongan daun tembakau yang dibalut dalam kertas khusus. Menurut Rodgman dan Perfetti di dalam rokok terdapat sekitar 5300 bahan kimia. Reinskje (2011) lebih spesifik menyatakan bahwa baru 98 bahan kimia rokok yang sudah terukur rerata kadarnya yang dapat berpotensi menimbulkan penyakit kanker dan non-kanker. Oleh karena itu, merokok dalam jangka tertentu akan memberikan efek penurunan kesehatan. Efek yang ditimbulkan dari yang terburuk adalah kematian. Selain kematian, bahan yang ada di dalam rokok dapat meningkatkan resiko kanker paru dan organ lain dalam sistem pernafasan. Merokok juga meningkatkan resiko stroke dan serangan jantung. 1-3

Banyaknya penelitian tentang efek merokok terutama pada kualitas hidup di berbagai negara menandakan bahwa rokok merupakan masalah global. Berbagai negara di penjuru dunia baik negara maju maupun negara berkembang sangat perhatian terhadap permasalahan ini. Terlepas dari manfaat komoditas tembakau sebagai bahan dasar rokok, kebiasaan masyarakat merokok dapat memberikan efek penurunan kesehatan. Lebih buruknya lagi jika ditinjau dari segi epidemiologi global, rokok membunuh satu orang setiap 6 detik. Angka ini bisa terus meningkat dalam beberapa dekade ke depan jika tidak ada upaya untuk menurunkannya.1

Di Indonesia, menurut data Riskekdas 2013 secara umum ada sekitar 29,3% penduduk Indonesia merokok dengan rincian 24,3% perokok setiap hari dan 5,0% perokok kadang-kadang. Angka ini mengalami peningkatan dibanding dengan tahun 2007. Ironisnya usia paling muda yang terdata adalah 10 tahun, usia yang terlalu dini untuk mengenal rokok. Ditinjau dari segi jumlah batang yang dihisap per hari bervariasi di setiap provinsi mulai dari yang terendah adalah DIY 10 batang dan tertinggi Bangka Belitung 18,3 batang per hari.12


(15)

Dengan efek yang diberikan, rokok secara tidak langsung akan memengaruhi kualitas hidup individu. Namun pada penelitian di Kroasia pada tahun 2009, dengan metode self assesment (pengukuran dengan kuesioner SF-36v2) didapatkan simpulan bahwa penurunan kualitas hidup pada perokok tidak akan memberikan efek pada durasi merokok dan usia yang masih awal. Sedang penelitian yang dilakukan di Jepang pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa penurunan kualitas hidup (diukur dengan kuesioner SF-36v2) akibat merokok tidak begitu disadari oleh individu jika belum memberikan gejala klinis.1-3

Tingginya angka perokok di Indonesia, buruknya efek yang ditimbulkan terhadap kesehatan fisik, serta munculnya permasalahan lain akibat rokok mengakibatkan dirasa perlu dilakukan penelitian mengenai peran rokok terhadap kualitas hidup.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

- Bagaimana peran rokok terhadap kualitas hidup? 1.3 Hipotesis Penelitian

- Rokok dapat memengaruhi kualitas hidup laki-laki perokok 1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran rokok terhadap kualitas hidup.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

- Untuk mengetahui perbedaan skor kualitas hidup antara perokok dan non perokok.

1.5 Manfaat Penelitian


(16)

1.5.1. Bagi peneliti

- Menambah pengetahuan mengenai skor kualitas hidup perokok pada laki-laki perokok dibandingkan dengan non perokok.

1.5.2. Bagi Masyarakat

- Menambah pengetahuan mengenai dampak merokok terhadap skor kualitas hidup.

- Semakin yakin bahwa rokok memberikan dampak negatif ke tubuh dan kehidupan sehari-hari.

1.5.3. Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah

- Sumber pengetahuan dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan tema penelitian ini.


(17)

4 2.1Landasan Teori

2.1.1. Kualitas Hidup

2.1.1.1Definisi Kualitas Hidup

Mengenai definisi kualitas hidup, setiap orang, setiap ahli di bidang/disiplin ilmu tertentu akan memberikan definisi yang berbeda. Perbedaan definisi selain karena standar kualitas hidup berbeda-beda antar individu, juga karena dimensi yang secara penting memengaruhi pencapaian kualitas hidup juga banyak, diantaranya adalah kesehatan, budaya, nilai-nilai, dan spiritual. Sehingga dengan perbedaan cara pandang akan membedakan definisinya juga. Kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan (Health Related Quality of Life / HRQoL) dapat didefinisikan sebagai penilaian diri (persepsi pasien) yang fokus pada efek keadaan kesehatan diri pada kemampuan untuk melangsungkan sebuah kehidupan yang memuaskan. Terkait dengan kesehatan itu sendiri, WHO pada tahun 1948 mendefinisikan sehat sebagai kesejahteraan menyeluruh secara fisik, jiwa, dan sosial, serta tidak selalu dengan ketiadaan penyakit. Sejalan dengan dua pernyataan tersebut, HRQoL digunakan sebagai sebuah alat ukur tingkat kesehatan fisik, fisiologis, dan sosial individu yang dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, harapan, dan persepsi individu. 1,4-6

2.1.1.2Aspek-Aspek dalam Kualitas Hidup

Sekalipun istilah kualitas hidup sudah sangat sering digunakan dalam berbagai publikasi namun konsep kualitas hidup masih sebagai konsep yang sulit untuk didefinisikan baik pengertian maupun aspek yang memengaruhi. Karena aspek yang memengaruhi kualitas hidup begitu luas maka banyak peneliti yang tidak bisa memaparkan kualitas hidup secara pasti. Banyak peneliti pada akhirnya membatasi penelitian mengenai kualitas hidup pada domain / dimensi tertentu saja.15


(18)

Jika ditinjau dari aspek yang memengaruhi kualitas hidup berkaitan dengan kesehatan berdasarkan dimensi kuesioner SF-36v2 maka terdapat 3 bagian besar aspek kualitas hidup, yaitu7:

1. Kesehatan fisik

Kesehatan fisik berkaitan dengan kondisi kesehatan secara umum, kemampuan aktivitas fisik sehari-hari, keterbatasan akibat keadaan kesehatan fisik, serta intensitas kesakitan.

2. Kesehatan jiwa

Kesehatan jiwa berkaitan dengan kondisi kejiwaan secara umum, semangat dalam menjalani aktivitas, adanya gangguan emosional seperti ansietas, depresi, kehilangan kontrol emosi, dan kesejahteraan psikologis (ketenangan), serta peran dari masalah kejiwaan terhadap peran sosial sehari-hari.

3. Transisi Kesehatan

Transisi kesehatan berkaitan dengan perkembangan kesehatan dari waktu ke waktu apakah keadaan berkembang kea rah yang lebih baik atau sebaliknya.

2.1.1.3Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup

Selain konsep kualitas hidup yang samar dan sulit untuk didefiniksan karena tergantung dari pendekatan masing-masing disiplin ilmu / bagian, secara umum faktor yang memengaruhi kualitas hidup adalah semua yang berhubungan dengan individu sehingga setiap aspek akan saling memengaruhi kepada aspek yang lain.15 Jika meninjau pada kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan maka faktor yang memengaruhi kualitas hidup meliputi:38

a. Usia : Kualitas hidup inidividu akan berbeda-beda tergantung dengan tingkatan usia. Kualitas hidup akan semakin menurun dengan semakin meningkatnya usia.

b. Jenis kelamin : Jenis kelamin laki-laki memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.


(19)

c. Pendidikan : Semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuannya juga akan lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki individu berkaitan dengan sikap dan perilakunya sehari-hari.

d. Pekerjaan : Masing-masing pekerjaan dapat memengaruhi kesehatan individu baik kesehatan fisik maupun jiwa sehingga dapat memengaruhi kualitas hidupnya.

e. Gaya hidup : Gaya hidup meliputi perilaku berisiko maupun perilaku yang dapat memperbaiki kualitas hidup.

f. Penyakit : Penyakit kronis yang dialami individu dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup.

g. Status : ekonomi

Individu dengan penghasilan lebih tinggi akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

h. Akses : pelayanan kesehatan

Akses pelayanan kesehatan yang mudah dan terjangkau dapat meningkatkan kesehatan individu sehingga jika kesehatan terpelihara maka kualitas hidup akan baik.

2.1.1.4Pengukuran Kualitas Hidup

Terdapat bermacam instrumen untuk mengukur kualitas hidup. Prinsip dari pengukuran tersebut adalah dengan merubah persepsi kualitas hidup yang ada dalam pemikiran seseorang menjadi nilai kuantitatif. Proses ini cukup rumit. Pengukuran dilakukan dengan menentukan domain-domain tertentu yang berkaitan dengan kualitas hidup baik secara umum maupun spesifik pada kondisi tertentu. Kemudian membuat pertanyaan yang berhubungan dengan domain tersebut.29

Spesifik pada pengukuran kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan. Terdapat dua jenis instrumen pengukuran kualitas hidup terkait kesehatan (HRQoL). Instrumen yang pertama adalah instrumen dengan cakupan yang luas (general instrument). Instrumen ini digunakan untuk pengukuran kualitas hidup pada populasi luas. Karena penggunaannya untuk populasi yang luas maka syarat yang harus dipenuhi adalah isntrumen tersebut harus dapat diaplikasikan pada populasi luas dimana populasi tersebut terdapat variasi kondisi kesehatan, termasuk di dalamnya adalah populasi dengan kondisi sehat dan juga populasi dengan kondisi


(20)

sakit. General instrument dapat digunakan untuk membandingkan HRQoL secara umum antara populasi dengan atau tidak dengan kondisi tertentu. Salah satu contoh instrumen ini adalah kuesioner SF-36. Instrumen yang kedua adalah isntrumen pengukuran kualitas hidup spesifik pada kondisi tertentu. Isi domain yang ditanyakan pada intrumen spesifik hanya domain yang berkaitan dengan kondisi atau penyakit tertentu dimana kemungkinan penyakit tersebut memberikan efek pada domain tersebut. Penggunaan isntrumen spesifik sering pada saat klinisi atau peneliti ingin membandingkan kualitas hidup pada pasien dengan atau tanpa perawatan tertentu. Karena sifatnya yang spesifik maka sebelum menggunakan instrumen ini harus diperhatikan apakah instrumen yang digunakan sudah sesuai dengan kondisi pasien.29,30

2.1.2 Kuesioner SF 36v2

2.1.2.1 Definisi Kuesioner SF-36v2

SF-36v2 adalah alat yang digunakan untuk menilai status kesehatan individu secara subyektif menurut pandangan diri sendiri. Versi 2.0 ini merupakan hasil pengembangan dan improvisasi dari versi sebelumnya. Perubahan yang diterapkan pada versi kedua diantaranya adalah perbaikan instruksi dan item pertanyaan agar lebih mudah dipahami serta untuk mengurangi ambiguitas, serta perubahan skala pilihan.1,2,8

Di dalam kuesioner SF-36v2 terdapat 36 pertanyaan yang mengarah pada peninjauan 8 aspek status kesehatan. 8 aspek kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu status kesehatan fisik dan status kesehatan jiwa. Selain dua kelompok besar tersebut, terdapat satu pertanyaan pada kuesioner SF-36v2 (pertanyaan nomor 2) yang menilai pandangan responden terhadap perubahan status kesehatan diri secara umum pada saat pengisian kuesioner dibanding dengan satu tahun yang lalu (kuesioner SF-36v2 standar). Pada gambar 2.1 berikut akan digambarkan mengenai pemetaan masing-masing pertanyaan terhadap pengukuran 8 skala status kesehatan7.


(21)

Gambar 1.1 Skema skoring pada kusioner SF-36v2 2.1.2.2. Skala Kesehatan Fisik

Skala kesehatan fisik mengukur status kesehatan fisik. Berdasarkan gambar 2.1dapat disimpulkan bahwa skor kesehatan fisik paling banyak dipengaruhi oleh 4 aspek, yaitu: 1) Fungsi fisik (PF), 2) pembatasan oleh stasus kesehatan fisik (RP), 3) nyeri seluruh badan (BP), 4) pandangan kesehatan secara umum (GH). Selain itu, sebenarnya ada beberapa aspek lain yang memengaruhi skor skala kesehatan fisik, namun tingkat pengaruhnya rendah. Aspek yang memengaruhi skor kesehatan fisik dengan tingkat pengaruh rendah itu adalah: 1) vitalitas hidup (VT), 2) efek


(22)

kesehatan terhadap aktivitas sosial (SF), 3) Pembatasan oleh status kesehatan jiwa (RE), 4) Kesehatan jiwa secara umum (MH) 7.

Berikut adalah penjelasan mengenai keempat aspek yang paling banyak memengaruhi skor kesehatan fisik7:

1. Fungsi Fisik (PF)

Penilain fungsi fisik pada kuesioner SF-36v2 didapatkan dengan mengukur rerata dari jawaban responden pada pertanyaan no.urut 3a sampai dengan 3j. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menggambarkan tingkat limitasi fungsi fisik terhadap aktivitas fisik, mulai dari aktivitas fisik berat sampai aktivitas ringan. Jika skor yang didapatkan rendah maka mengindikasikan adanya pembatasan fungsi fisik yang signifikan terhadap aktivitas fisik, dan jika skor yang didapatkan tinggi makan dapat disimpulkan bahwa tidak ada atau hanya ada sedikit pembatasan fungsi fisik. 2. Pembatasan oleh status kesehatan fisik (RP)

Pembatasan oleh status kesehatan fisik ini meliputi: a) pembatasan pada jenis pekerjaan atau aktivitas sehari-hari lainnya, b) pengurangan jumlah waktu yang dipakai untuk bekerja, c) kesulitan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, d) hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan harapan. Skor RP didapatkan dengan mengambil rerata dari jawaban responden pada pertanyaan no.urut 4a sampai dengan 4d. Skor yang rendah mengindikasikan bahwa terdapat pembatasan kesehatan fisik terhadap pekerjaan sehari-hari, dan jika skor yang didapatkan tinggi maka menggambarkan sedikit atau tidak ada pembatasan oleh kesehatan fisik terhadap pekerjaan sehari-hari.

3. Nyeri seluruh badan (BP)

Skor BP menggambarkan dua hal, yaitu intensitas dari nyeri seluruh badan serta pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari. Skor BP didapatkan dari pertanyaan nomor 7 untuk gambaran intensitas nyeri seluruh badan, dan nomor 8 untuk gambaran pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari. Jika skor yang didapatkan tinggi maka menunjukkan bahwa responden menilai tidak ada nyeri seluruh tubuh dan tidak ada efek pada aktivitas sehari-hari, dan sebaliknya, jika skor yang


(23)

didapatkan rendah maka menunjukan bahwa adanya nyeri seluruh badan, dan memengaruhi aktivitas sehari-hari.

4. Pandangan kesehatan secara umum (GH)

Penilaian pada bagian GH bertujuan untuk mengetahui penilain dan harapan responden terhadap keadaan kesehatannya. Skor GH diperoleh dari pertanyaan nomor 1, 11a, 11b, 11c, 11d. Jika skor yang didapatkan rendah maka menggambarkan bahwa pandangan responden terhadap kesehatannya secara umum rendah dan terkesan akan menjadi lebih buruk. Sedangkan jika skor yang diperoleh tinggi maka menunjukkan bahwa responden menilai kesehatannya secara umum baik.

2.1.2.3 Skala Kesehatan Jiwa

Skala kesehatan jiwa menilai keadaan kesehatan jiwa responden. Berdasarkan dari gambar 1.1 dapat disimpulkan ada 4 aspek yang paling berpengaruh terhadap skor kesehtan jiwa, yaitu: 1) vitalitas hidup (VT), 2) efek kesehatan terhadap aktivitas sosial (SF), 3) Pembatasan oleh status kesehatan jiwa (RE), 4) Kesehatan jiwa secara umum (MH). Dan keempat aspek yang p aling berpengaruh pada skala kesehatan fisik juga berpengaruh pada skala kesehatan jiwa namun derajat pengaruhnya rendah7.

Berikut adalah penjelasan mengenai keempat aspek yang paling berpengaruh pada skala kesehatan jiwa:7

1. Vitalitas hidup (VT)

Yang dimaksud vitalitas hidup pada skala aspek SF-36v2 adalah penilaian kesejahteraan diri secara subyektif. Skor VT diperoleh dengan jawaban responden pada nomor 9a, 9e, 9g, dan 9i. Skor yang tinggi menunjukkan bahwa responden merasa memiliki energi yang penuh dan semangat yang tinggi sepanjang waktu. Dan sebaliknya, jika skor yang diperoleh rendah maka menunjukkan bawa responden merasa dirinya tidak memiliki energi dan tidak bersemangat sepanjang waktu.


(24)

2. Efek kesehatan terhadap aktivitas sosial (SF)

Terdapat dua pertanyaan kuesioner SF-36v2 yang menilai skor SF, yaitu nomor 6 dan 10. Pertanyaan nomor 6 menilai pengaruh kesehatan terhadap aktivitas sosial, sedangkan pertanyaan nomor 10 menilai frekuensi masalah kesehatan memengaruhi aktivitas sosial. Semakin rendah skor SF menunjukkan semakin tinggi pengaruh masalah kesehatan fisik atau mental terhadap aktivitas sosial.

3. Pembatasan oleh status kesehatan jiwa (RE)

Terdapat tiga pertanyaan kuesioner SF-36v2 yang menilai skor RE. Pada nomor 5a menilai pengaruh masalah emosional terhadap penurunan jumlah waktu kerja. Pada nomor 5b menilai pengaruh masalah emosional terhadap hasil kerja lebih rendah dari harapan. Dan pada nomor 5c menilai pengaruh masalah emosional terhadap kehati-hatian dalam bekerja. Adanya pengaruh masalah emosional terhadap pekerjaan akan menghasilkan skor RE yang rendah, dan jika jika tidak ada pengaruh, maka skor RE tinggi.

4. Kesehatan jiwa secara umum (MH)

Terdapat lima pertanyaan kuesioner SF-36v2 yang menilai kesehatan jiwa secara umum, yaitu nomor 9b, 9c, 9d, 9f, dan 9h. Kesehatan jiwa yang diukur adalah ada tidaknya empat masalah utama kejiwaan, yaitu: ansietas, depresi, kehilangan kontrol emosi, dan kesejahteraan psikologis (ketenangan). Jika skor yang diperoleh rendah maka menunjukkan responden sering merasa gelisah dan depresi, dan jika skor yang diperoleh tinggi maka menunjukkan responden merasa bahagia, tenang, dan damai sepanjang atau hampir sepanjang waktu.

2.1.3 Konsep Dasar Merokok 2.1.3.1Definisi merokok

Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 12 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm. Rokok biasa berisi daun tembakau yang sudah dicacah, cengkeh, dan aroma tambahan. Cara merokok pada umumnya adalah dengan membakar bagian ujung kemudian perokok menghisap asap dari sisi ujung yang lain sehingga bahan yang terkandung di dalam rokok dapat masuk ke dalam saluran pernafasan dan dibawa ke seluruh tubuh oleh


(25)

pembuluh darah. Sebenarnya untuk mendapat efek nikotin selain dengan merokok terdapat juga cara tradisional lain yaitu dengan mengunyah tembakau namun efek yang akan muncul pada tubuh akan berbeda dengan cara rokok yang dibakar. Secara definisi, seseorang dikatakan sebagai perokok apabila dia telah merokok minimal 100 batang sepanjang hidupnya.9,33

2.1.3.2Klasifikasi Merokok

CDC (Center for Disease Control and Prevention) mengklasifikasikan perokok sebagai berikut10:

1. Current smoker

Individu yang merokok minimal 100 batang sepanjang hidupnya dan pada saat ini (survey) merokok setiap hari atau pada beberapa hari.

2. Former smoker

Individu yang merokok minimal 100 batang sepanjang hidupnya dan pada saat ini (survey) tidak merokok.

3. Never smoker

Individu yang belum pernah merokok sebanyak 100 batang dalam sepanjang hidupnya.

Selain itu ada isitilah lain terkait merokok yaitu merokok ringan (light smoking) dan merokok intermiten (intermitten smoking). Perokok ringan merupakan perokok yang merokok kurang dari 1 pak per hari, kurang dari 15 batang per hari, kurang dari 10 batang per hari, dan merokok 1 – 39 batang/ minggu. Perokok ringan dibagi menjadi subgrup lagi, yaitu11:

1. Low rate daily smoking: individu yang merokok kurang dari 5 batang perhari.

2. Very light smoking: individu yang merokok kurang dari 5 batang perhari.

3. Chipper smoker: individu yang secara konsisten merokok tidak lebih dari 5 batang perhari pada hari ketika dia merokok.

Sedangkan perokok intermiten secara umum didefinisikan sebagai orang yang merokok tidak setiap hari. Salh satu contohnya adalah perokok sosial (social


(26)

smoker). Perokok sosial hanya merokok ketika dalam kepentingan sosial. Yang pasti social smoker tidak pernah merokok sendirian, contohnya ketika dalam sebuah acara pesta11.

2.1.3.3Kandungan Rokok

Rokok yang dikonsumsi dengan cara dibakar kemudian dihisap akan menhasilkan dua komponen utama yaitu komponen gas dan komponen partikel. Diantara komponen gas adalah karbon monoksida, ammonia, asam hidrosianat, nitrit oksida, formaldehid, dan lain sebagainya. Sedangkan komponen partikel diantaranya adalah tar, nikotin, indol, kresol, dan lain sebagainya. Berikut adalah efek yang diakibatkan oleh beberapa bahan kimia yang terkandung dalam rokok hisap:27

a. Nikotin

Nikotin merupakan senyawa porilidin. Nikotin berasal dari taun tembakau pada rokok. Kandungan nikotin pada setiap jenis rokok berbeda-beda. Jumlah yang terhisap ke dalam tubuh juga ber-beda tergantung dari cara dan proses menghisapnya. Nikotin tidak menimbulkan penyakit di tubuh. Namun nikotin mampu masuk ke dalam sistem saraf pusat dimana perannya adalah menimbulkan efek adiktif. Secara akut nikotin menimbulkan efek rasa senang sejenak bagi perokok. Selain itu nikotin menyebabkan peningkatan tekanan darah.27,28

b. Tar

Tar merupakan senyawa hidrokarbon yang bersifat karsinogenik. Menurut beberapa referensi, tar terdiri dari ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Referensi yang lain menyatakan bahwa tar terdiri dari 60 bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Pada saat asap rokok dihisap, tar masuk dengan wujud uap padat kemudian pada saat suhu sudah mulai dingin tar akan memadat dan membentuk endapan berwarna coklat pada saluran napas, permukaan gigi, dan kuku.27,28

c. Karbon Monoksida

Kandungan karbon monoksida dalam asap rokok cukup rendah namun akumulasinya secara bertahap akan dapat menimbulkan efek negatif. Karbon


(27)

monoksida akan berikatan kuat dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Ikatan ini dapat menurunkan kapasitas sel darah merah untuk mengikat oksigen.27

2.1.3.4Bahaya Merokok

2.1.3.4.1Bahaya Merokok Terhadap Tubuh

Efek negatif merokok terhadap tubuh sangatlah besar. Hampir seluruh organ tubuh akan terkena efek dari kebiasaan merokok, bahkan sampai pada kematian. Setiap enam detik, akan ada satu orang yang meninggal karena rokok. Diperkirakan pada tahun 2030, jika tidak upaya perubahan kebiasaan merokok, maka dalam setahun kematian akibat rokok akan mencapai kira-kira delapan juta orang. Kematian pada perokok, baik pasif maupun aktif, baik yang berasap maupun tidak berasap, diakibatkan oleh banyaknya efek rokok terhadap fisiologi tubuh. Rokok berasap telah menyebabkan sembilan puluh persen kanker paru dan berisiko mengalami masalah kardiovaskular. Selain itu, rokok berasap juga menyebabkan sembilan puluh persen kasus PPOK. sedangkan rokok tanpa asap telah menyebabkan kanker di kepala leher, esofagus, dan pankreas. Efek buruk dari merokok ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, namun individu dengan kebiasaan merokok terus meningkat, bahkan pada kalangan anak-anak.1,12,13,17,18 2.1.3.4.2 Pengaruh Merokok Terhadap Kualitas Hidup

Karena merokok dalam jangka waktu yang panjang akan memberikan efek pada kesehatan individu baik yang bersifat morbiditi atau mortaliti seperti PPOK, asma, penyakit jantung kongestif, stroke, kanker paru, dan lainnya, maka sudah pasti akan memberikan pengaruh pada kehidupan sehari-hari. Efeknya mulai dari penambahan pengeluaran untuk biaya perawatan sampai dengan hilangnya peran individu baik di lingkungan sosial maupun tempat kerja. Sehingga hubungan sosial menurun, penghasilan juga menurun dan akhirnya menyebabkan kualitas hidup menjadi lebih rendah.13,14,16

Hasil penelitian Samardzic dan Marvinac yang dilakukan di Kroasia pada tahun 2009 menunjukkan hasil skor kualitas hidup yang berbeda pada kelompok umur tertentu, antara perokok dan non perokok. Partisipan dibagi menjadi tiga


(28)

kelompok usia: 18-34 tahun, 35-64 tahun, dan lebih dari 64 tahun. Namun dalam penelitian dengan jumlah sampel 9070 partisipan ini menyatakan definisi operasional perokok atau non perokok adalah ‘apakah anda (responden) merokok pada saat ini?’. Dari hasilnya, secara umum skor kualitas hidup cenderung mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia, baik perokok maupun non perokok. Pada kelompok usia 18 – 34 tahun, skor kualitas hidup perokok dan non perokok memiliki angka yang sama tinggi, sedangkan pada kelompok usia 35 – 64 tahun, perokok dan non perokok menghasilkan skor yang berbeda. Pada dimensi kesehatan secara umum (GH) dan fungsi fisik (PF), kelompok perempuan perokok memiliki skor yang lebih baik dibanding non perokok. Namun, sekalipun begitu, pada fungsi fisik (PF) dan sosial (SF), keduanya pada skor yang tinggi. Hal ini dapat dispekulasikan bahwa perbedaan ini tidak muncul sampai pada klinis. Pada dimensi yang lain, yaitu vitalitas (VT) dan kesehatan jiwa (MH), perokok perempuan memilki skor yang lebih rendah. Sedangkan pada kelompok laki-laki, tidak ada perbedaan skor kualitas hidup perokok dan non perokok pada dimensi fungsi sosial (SF) dan pembatasan karena masalah jiwa (RE). Pada dimensi vitalitas (VT) dan kesehatan jiwa (MH), perokok sedikit lebih rendah dibandingkan non perokok. Dan pada dimensi kesehatan secara umum (GH) dan nyeri seluruh badan (BP), perokok memiliki skor yang lebih baik. Untuk bagian dimensi fungsi fisik (PF) dan batasan akibat masalah fisik (RP), kedua kelompok memiliki skor yang sama tinggi. Kemudian pada kelompok selanjutnya, usia lebih dari 64 tahun, perbedaan signifikan antara perokok dan non perokok terjadi pada seluruh dimensi. Pada kelompok laki-laki, perokok memiliki skor yang lebih rendah dibanding non perokok. Sedangkan pada perempuan, kelompok perokok lebih baik dibanding non perokok. Menurut peneliti, ada beberapa kekurangan dalam penelitiannya, diantaranya ada faktor lain yang dapat memengaruhi kualitas hidup yang tidak diperhatikan, diantaranya pendidikan, penghasilan, status pernikahan, dan lingkungan.1

Pada penelitian lain yang dilakukan di kota Hirosaki Jepang tahun 2006, Funahashi dkk membandingkan skor kualitas hidup perokok dan non perokok yang sebelumnya di tempat lain di Jepang juga pernah dilakukan dengan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada penelitiannya melibatkan 823 responden (245


(29)

laki-laki dan 578 perempuan). Dari hasil yang didapatkan, perbandingan skor kualitas hidup perokok dan non perokok tidak memberikan gambaran perbedaan yang signifikan. Ketika dicoba dibandingkan antara skor kualitas hidup responden yang memiliki hasil pemeriksaan laboratorium yang normal dengan responden yang memilliki hasil pemeriksaan laboratorium abnormal, hasilnya juga tidak ada perbedaan yang signifikan. Dengan hasil ini, Funahashi dkk menduga bahwa SF36 tidak begitu sensitif untuk mendeteksi perubahan sub-klinis minor akibat kebiasan merokok. Hipotesis ini diperkuat dengan hasil pada responden dengan sedang menderita penyakit dan tidak sedang menderita penyakit. Hasilnya adalah ada perbedaan yang signifikan, non perokok memiliki skor yang lebih baik dan bernilai signifikan pada dimensi fungsi fisik (PF), nyeri di seluruh tubuh (BP), kesehatan secara umum (GH), dan skor komponen fisik (PCS).2

2.1.4 Ketergantungan Terhadap Nikotin

80% perokok yang berusaha berhenti merokok akan kembali merokok dalam satu bulan pertama dan hanya sekitar3% saja yang bertahan sampai enam bulan. Jika kebiasaan merokok ini diteruskan maka dapat membahayakan hampir seluruh organ tubuh. Sulitnya berhenti merokok erat kaitannya dengan pengaruh adiksi nikotin. Namun sekalipun begitu, nikotin bukan sebagai faktor utama penyebab utama toksisitas rokok.18

Proses adiksi nikotin diawali dengan inhalasi nikotin bersama dengan asap rokok ke dalam alveolus paru. Kemudian nikotin secara cepat masuk ke dalam pembuluh vena pulmonaris. Setelah masuk ke sistem vaskular, secara cepat nikotin akan dibawa ke otak. Di dalam otak, nikotin akan ditangkap oleh reseptor kolinergik nikotinik. Dari 12 reseptor kolinergik nikotinik yang ada di mammalia, ada 3 yang jumlahnya paling banyak, yaitu:18,19

1. α4β2

Merupakan mediator utama terjadinya ketergantungan nikotin. Subunit α4 berperan penting sebagai penentu sensitivitas terhadap nikotin, dan β2 berperan dalam menghasilkan efek perilaku akibat nikotin. kombinasi α4β2 dengan subunit α5 dapat meningkatkan penyaluran kalsium 7 kali lebih besar.


(30)

2. α3β4

Dipostulasikan bahwa subtipe α3β4 sebagai perantara terjadinya efek nikotin terhadap kardiovaskular.

3. α7

Merupakan reseptor homomerik yang terlibat dalam transmisi sinaps dan potensiasi jangka panjang terhadap neuron dopaminergik saat input excitatory.

Stimulasi terhadap reseptor kolinergik nikotinik memicu pelepasan berbagai macam neurotransmitter. Terdapat peningkatan aktivitas secara akut pada korteks prefrontal, thalamus, sistem penglihatan, serta aktivasi jalur kortikobasal-thalamus akibat rangsangan dari nikotin. Pelepasan dopamin memberikan sinyal rasa senang dan mampu meningkatkan efek nikotin dan obat-obatan terlarang. Sehingga pada intinya, pemberian nikotin memicu pelepasan dopamin sehingga terjadi peningkatan brain reward function, dan ketika pemberian nikotin dihentikan maka ambang self stimulation reward meningkat. Peningkatan ambang ini berkaitan dengan mekanisme akibat paparan berulang nikotin. Hal ini menyebabkan penutupan dan hilangnya responsivitas reseptor, atau desensitisasi reseptor. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah tempat pengikatan reseptor kolinergik nikotinik. Mekanisme ini menjadi penyebab terjadinya toleransi dan dependensi terhadap nikotin. Gejala mulai muncul dan dirasakan perokok selama periode tidak adanya nikotin dalam jangka waktu tertentu, misal ketika sedang tidur malam hari.18,19

Contoh dari gejala akibat penghentian pemberian nikotin diantaranya adalah muncul masalah emosi/jiwa seperti cemas dan persepsi stress yang meningkat. Hal ini menjadi stimulus yang sangat kuat agar seseorang kembali merokok. Ketika kembali merokok perokok berupaya meningkatkan level nikotin dalam tubuh sehingga cukup untuk mencegah gejala muncul sekaligus mendapat keuntungan seperti rasa merokok itu sendiri. Penangan medis terkait ketergantungan nikotin adalah dengan terapi pengganti nikotin prinsip dari terapi pengganti nikotin adalah menurunkan gejala ketika seseorang berhenti merokok (mengkonsumsi tembakau).18,19


(31)

2.2Kerangka Teori


(32)

(33)

2.4Definisi Operasional

No Variabel Definisi Penguk

ur Alat ukur Cara pengukuran

Skala pengukuran 1. Skor

kualitas hidup Skor yang didapatkan setelah pengisian kuesioner SF-36v2

Peneliti Kuesioner SF – 36v2

Menghitung skor hasil pengisisan kuesioner Numerik 1. Skor kesehatan fisik 2. SKor kesehatan jiwa 3. Skor transisi kesehatan 2. Status

Perokok Status yang menyatakan seseorang sebagai perokok atau bukan perokok

Peneliti Rekam medis riwayat perilaku merokok Subjek penelitian mengisi rekam medis Kategorik Perokok : Laki – laki usia > 24 thn yang mengkonsumsi minimal 1 batang perharinya minimal selama 1 tahun terakhir. 3 Klasifikas

i perokok berdasark an Indeks Brinkman Klasifikasi perokok menjadi perokok ringan, sedang, dan berat berdasarkan skor indeks Brinkman

Peneliti Skor indeks Brinkman Skor Indeks Brinkman dikategorikan dalam klasifikasiderajat berat merokok berdasarkan indeks Brinkman Kategorik Skor indeks Brinkman diklasifikasika n menjadi: < 201 = perokok ringan > 200 – 600 = perokok sedang > 600 = perokok berat 4 Bukan

perokok

Laki – laki usia > 24 thn yang tidak pernah merokok sama sekali atau telah berhenti merokok minimal selama 5 tahun

Peneliti Rekam medis riwayat perilaku merokok Subjek penelitian mengisi rekam medis Kategorik

5 Kuesioner SF–36v2

Merupakan kuesioner self assessment

generik yang digunakan untuk mengukur skor kualitas hidup dalam 8 domain dengan alih bahasa

Peneliti - Subjek membaca dan mengisi sendiri kuesioner SF-36v2


(34)

Indonesia yang tervalidasi

6 Skor kesehatan fisik Skor penilaian keadaan kesehatan fisik berdasarkan kuesioner SF-36v2.

Peneliti Kuesioner SF36v2

Rerata skor dari 4 domain dalam kuesioner SF-36v2:

Physicial

Functioning, Role-Physical, Bodily Pain, dan General Health.

Numerik

7 Skor kesehatan jiwa Skor penilaian keadaan kesehatan jiwa berdasarkan kuesioner SF-36v2.

Peneliti Kuesioner SF-36v2

Rerata skor dari 4 domain dalam kuesioner SF-36v2: Vitality, Social Functioning, Role-Emotional, Mental Health. Numerik

8 Adiksi nikotin Penggunaan nikotin yang terus menerus tanpa tujuan medis dan berdampak negatif adiktif pada pengguna

Peneliti Kuesioner ketergantu ngan nikotin (

Fagerstro m Test for Nicotine Dependen ce ( FTND ) ).

Subjek mengisi kuesioner ketergantungan nikotin (FTND) Kategorik Klasifikasi ketergantungan nikotin : 1-2: Ketergantunga n rendah 3-4: Ketergantunga n rendah sampai sedang 5-7: Ketergantu ngan sedang >7 :

Ketergantunga n tinggi 9 Tingkat

aktivitas fisik Penentuan kelompok aktivitas fisik sehari-hari responden

Peneliti Jenis pekerjaan sehari-hari

Penggolongan pekerjaan sehari-hari menjadi 3 tingkat aktivitas fisik Kategorik: Rendah: penjahit, PNS, pegawai, guru, supir, ojek. Sedang: wiraswasta, karyawan, anggota pers, satpam, ta’mir masjid. Cukup: petani, tukang kayu, buruh, OB.


(35)

22 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik tidak berpasangan dengan desain penelitian cross sectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Juli 2015. 3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada daerah sekitar Kec. Ciputat Timur – Tangerang Selatan dan daerah sekitar Kec. Kandangan Kab. Kediri Jawa Timur.

3.3 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. formulir data pribadi termasuk riwayat penyakit sistemik yang diderita subjek penelitian.

2. Kuesioner frekuensi merokok

3. Kuesioner tingkat ketergantungan terhadap nikotin yang diadopsi dari Fagerstrom Nicotine Dependence yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia.

4. Kuesioner SF-36v2 yang telah tervalidasi ke dalam bahasa Indonesia. 3.4 Populasi dan Sampel

Subjek penelitian ini terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perokok dan kelompok non-perokok. Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah:

- Laki-laki dengan usia antara 25 sampai dengan 55 tahun.

- Sedang atau tidak merokok. Status perokok adalah perokok aktif, sedangkan tidak merokok adalah subjek penelitian yang sama sekali tidak pernah


(36)

menkonsumsi rokok atau pernah merokok namun sudah berhenti minimal 5 tahun yang lalu. 2,32

- Bersedia menyetujui inform consent yang diajukan.

- Bersedia mengisi kuesioner SF-36v2 , data pribadi, frekuensi merokok, serta tingkat ketergantungan terhadap nikotin dengan sebenarnya.

Kriteria ekslusinya adalah:

- Mengisi kuesioner Fagerstrom Nicotine Dependence, SF36v2 atau rekam medis beserta riwayat merokok (untuk perokok) secara tidak lengkap - Tidak mengisi salah satu dari 3 formulir (rekam medis dengan riwayat

merokok dan kuesioner SF36v2)

- Tidak bisa membaca lembar kuesioner SF36v2. - Mengkonsumsi alkohol dan NAPZA

3.5 Jumlah Sampel

Besar sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian analitik numerik tidak berpasangan dengan desain penelitian potong lintang, yakni sebagai berikut:

� = � = � + � �� − �

Keterangan: N : jumlah sampel Zα :deviat baku alpha Zβ : deviat baku beta

S : standar deviasi gabungan

X1 – X2 : selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan kesalahan tipe I adalah 5% sehingga nilai Zα yang dipakai adalah 1,645. Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Zβ yang dipakai adalah 1,282. Selisih minimum yang dianggap bermakna (X1 – X2 ) adalah 10.


(37)

Untuk menentukan standar deviasi gabungan peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

�� =(� × � −� + � −+ � × � − )

Sg : standar deviasi gabungan

S1 : standar deviasi kelompok 1 pada penelitian sebelumnya n1 : besar sampel kelompok pertama pada penelitian sebelumnya S2 : standar deviasi kelompok 2

pada penelitian sebelumnya

n2 : besar sempel kelompok kedua pada penelitian sebelumnya

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan olwh Aurelio Cayuela dan kolega di Spanyol pada tahun 2005, didapatkan standar deviasi kelompok pertama (kelompok laki-laki perokok) 24,6 dengan jumlah sampel 120 orang, sementara standar deviasi kelompok kedua (kelompok laki-laki bukan perokok) 23,2 dengan jumlah sampel 120 orang. Sehingga hasil perhitungannya:

�� = , 2× − + ,+ 2× − = 24

Sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini :

� = � = , + , 8 = 99 orang ( masing – masing kelompok ).

Pada penelitian kali terdapat 2 faktor perancu yang tidak dapat dieksklusi yaitu masalah sosial masing – masing subjek penelitian dan kebiasaan buruk lain selain merokok. Sehingga untuk jumlah sempel ditambah 30 subjek untuk setiap kelompoknya, dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah faktor perancu x 10 = 20 + 10 subjek = 30

Sehingga jumlah subjek penelitian yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 129 responden perokok dan 129 responden non perokok.


(38)

3.6 Cara Kerja Penelitian

Penelitian ini memiliki tahapan kerja sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

2. Memberikan lembar informed concern kepada subjek penelitian.

3. Subjek penelitian mengisi lembar informed concern sebagai tanda persetujuan untuk mengikuti penelitian ini.

4. Pengambilan data pribadi, frekuensi merokok, serta tingkat ketergantungan terhadap nikotin.

5. Penilaian kualitas hidup subjek penelitian secara perseptif subjek penelitian dengan pengisian kuesioner SF-36v2

6. Pengolahan data 3.7 Pengolahan Data

Data yang sudah didapatkan dari kuesioner data pribadi, fekuensi merokok, dan tingkat ketergantungan terhadap nikotin dimasukkan ke dalam microsoft excel untuk pendataan. Sementara data yang didapatkan dari kuesioner SF-36v2 dihitung secara manual dengan panduan skoring yang direkomendasikan oleh Research and Development Corporation (RAND).

Data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS v20 dan dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui rata-rata dan standar deviasi jika distribusi normal atau nilai median dan nilai rentang minimal maksimal jika distribusi tidak nomal. Untuk mengetahui normalitas disitribusi data digunakan uji Kolmogorov-Smirnov.31

Uji hipotesis perbandingan skor kualitas hidup SF-36v2 pada perokok dan non perokok menggunakan uji t-test tidak berpasangan jika distribusi data normal dan uji Mann-Whitney jika distribusi data tidak normal. Sedangkan untuk menguji kebermaknaan skala kategorik pada data menggunakan uji Chi-square jika jenis tabelnya adalah 2x2 dan uji Kolmogorov-Smirnov jika jenis tabelnya adalah 2xK dengan tidak memenuhi syarat uji Chi-Square. Kemudian untuk uji komparatif numeric dengan kategori kelompok berjenjang tidak sama besar maka digunakan


(39)

uji Jonckheere-Trpstra. Hasil uji dikatakan bermakna jika nilai P sebesar kurang dari 0,05.31


(40)

27 4.1 Hasil Penelitian

Pengambilan sampel penelitian dilakukan di dua lokasi yang berbeda, yaitu di daerah kecamatan Ciputat Tangerang Selatan dan kecamatan Kandangan Kediri. Subjek penelitian yang berhasil dikumpulkan sebanyak 146 laki-laki yang terdiri dari 83 perokok dan 63 non perokok.

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian

Pada penelitian ini didapatkan median usia perokok adalah 44 tahun sedangkan pada kelompok non perokok adalah 42,8 tahun. Kelompok usia terbanyak pada perokok dan non perokok adalah usia 45 sampai dengan 55 tahun dengan jumlah masing-masing 38 orang (45,8%) dan 28 orang (44,4%). Kemudian pada variabel pendidikan terakhir, kelompok pendidikan terakhir terbanyak pada kedua kelompok sama yaitu antara SMA sampai dengan S2. Jumlah perokok

Perokok Non Perokok

Pvalue

n % N %

Usia (tahun) 0,506*

25 s.d 34 10 12 15 23,8

35 s.d 44 35 42,2 20 31,7

45 s.d 55 38 45,8 28 44,4

Median (min – maks) 44 (28,59 – 54,95) 42,8 (25,07 – 53,56)

Pendidikan terakhir 0,049***

Tidak sekolah 3 3,6 2 3,2

SD – SMP 33 39,8 11 17,5

SMA – S2 47 56,6 50 79,4

Tingkat aktivitas fisik 0,401**

Rendah 16 19,3 15 23,8

Sedang 48 57,8 39 61,9

Cukup 19 22,9 9 14,3

Penghasilan per bulan (Rp.) 0,008**

< 1.500.000 34 41 20 31,7

1.500.000 – 2.500.000 36 43,4 19 30,2

> 2.500.000 13 15,7 24 38.1

Total 83 100 63 100


(41)

berpendidikan terakhir SMA sampai dengan S2 sebanyak 47 orang (56,6%), sedangkan jumlah non perokok berpendidikan terakhir SMA sampai dengan S2 sebanyak 50 orang (79,4%).

Aktivitas fisik terbanyak pada kedua kelompok adalah aktivitas pada tingkat sedang (perokok 48 (57,8%) orang dan non perokok 39 (61,9%) orang). Penghasilan perbulan perokok antara Rp 1.500.000 – Rp. 2.500.000 sebanyak 36 orang (43,4%). Sedangkan pada kelompok non perokok, 24 (38,1%) responden berpenghasilan lebih dari Rp. 2.500.000.

Tabel 4.2 Karakteristik responden perokok

n %

Brinkman Index

Perokok ringan (<201) 33 39,8 Perokok Sedang (200

-600) 37 44,6

Perokok berat (>600) 13 15,7

Median (min-maks) 240 (6 – 1476)

Jenis Rokok

Filter 56 67,5

Kretek 27 32,5

Respon Keluarga

Keluarga menegur 49 59

Keluarga membiarkan 32 39,8

Missing 1 1,2

Kemauan Berhenti Merokok

Mau berhenti 60 72,3

Tidak mau berhenti 23 27,7

Pengetahuan dampak merokok terhadap diri

Ada 57 68,7

Tidak ada 26 31,3

Pengetahuan dampak merokok terhadap lingkungan

Ada 56 67,5

Tidak ada 27 32,5

Nicotine Dependence

Skor 0 7 8,4

Ketergantungan rendah 31 37,3

Ketergantungan rendah

sampai sedang 23 27,7

Ketergantungan sedang 18 21,7

Ketergantungan tinggi 4 4,8


(42)

4.1.2. Karakteristik Responden Perokok

Jumlah subjek penelitian pada responden perokok sebanyak 83 (56,85%) orang. Median jumlah batang rokok yang dihisap per harinya adalah 12 batang. Median lama merokok responden adalah 20 tahun. Berdasarkan kelompok indeks brinkman, subjek penelitian terbanyak berada pada kelompok perokok sedang dengan jumlah 37 (44,6%) orang (tabel 4.2).

4.1.3. Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup Perokok dan Non Perokok

Tabel 4.3 Skor kualitas hidup perokok dan non perokok

Perokok Non Perokok

p value*

Median (min-maks) Median (min-maks)

Health transition (HT) 50 (0 – 100) 50 (0 – 100) 0,049 Physical Component

Summary (PCS)

69,37 (30,63 – 97,5) 74,37 (36,88 – 97,5) 0,077 Mental Component

Summary (MCS)

72,08 (34,27 – 95,94) 76,87 (47,92 – 97,19) 0,023 *Uji Mann-Whitney

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing bagian antara kelompok perokok dan non perokok memiliki perbedaan skor kecuali pada skor health transtition. Namun dari beberapa bagian tersebut hanya skor kesehatan jiwa dan transisi kesehatan yang bermakna secara statistik. Median dari skor kesehatan jiwa perokok 72,08 sedang skor kesehatan jiwa non perokok sebesar 76,87. Skor transisi kesehatan kedua kelompok memiliki median yang sama namun dengan gambaran frekuensi yang berbeda dan akan dibahas di bagian selanjutnya.

4.1.4. Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada indeks Brinkman, Ketergantungan Nikotin, dan aktivitas fisik

Hasil analisis perbedaan kualitas hidup antar kelompok indeks Brinkman (tabel 4.4) menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna pada skor kesehatan fisik dan jiwa. Uji post hoc memberikan informasi bahwa pada skor kesehatan fisik dan jiwa didapatkan perbedaan yang bermakna antara non perokok dengan perokok berat (Jonckheere-Trpstra, post hoc p = PCS 0,017 dan p = MCS 0,007).


(43)

Perbedaan skor fisik dan jiwa yang bermakna juga terdapat pada tingkat ketergantungan nikotin. Perbedaan bermakna terletak pada responden tidak ketergantungan dengan responden ketergantungan rendah sampai sedang (post hoc p PCS = 0,004 MCS = 0,012). Hasil sedikit berbeda pada tingkat aktivitas fisik dimana kebermaknaan hanya didapatkan pada skor kesehatan fisik antara kelompok dengan aktivitas fisik rendah dan cukup (post hoc = 0,04 ).

Tabel 4.4 Analisis perbedaan skor kualitas hidup Uji Jonckheere-Trpstra Skor Kesehatan

Fisik (PCS)

Skor Kesehatan Jiwa (MCS) Kelompok Indeks Brinkman

p value 0,037 0,008

Aktivitas Fisik

p value 0,046 0,233

Ketergantungan Nikotin

P value 0,025 0,006

4.1.5. Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada Daerah Asal

Asal responden penelitian ini terdiri dari dua tempat utama yaitu daerah sekitar Ciputat Tangerang Selatan dan daerah sekitar Kandangan – Kediri. Tabel 4.5 menampilkan hasil perbandingan skor kualitas hidup dua daerah tersebut. Skor kesehatan fisik dan jiwa responden dari Kediri lebih tinggi dibanding responden dari Ciputat.

Tabel 4.5 Perbandingan skor kualitas hidup antara daerah asal

Kediri Ciputat p

value

Median (min-maks) Median (min-maks)

Health transition (HT) 50 (0 – 75) 25 (0 – 100) 0,084 Physical Component

Summary (PCS)

78,12 (36,88 – 97,5) 65,16 (30,63 – 94,69) 0,0001 Mental Component

Summary (MCS)

80,31 (36,25 – 97,19) 68,64 (34,27 – 96,35) 0,0001 *Uji Mann-Whitney

4.2. Pembahasan

4.2.1. Perbandingan Skor Kualitas Hidup Perokok dan Non Perokok

Perbedaan bermakna antara skor kualitas hidup perokok dan non perokok terdapat pada skor kesehatan jiwa (MCS) dan transisi kesehatan (HT) (HT 50 : 50


(44)

p<0,05 dan MCS 72,08 : 76,87 p < 0,05). Perbedaan pada dua bagian ini tidak terlalu besar dan keduanya berada pada skor yang tinggi sehingga tidak bermakna secara klinis. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Samardzic dan Marvinac (2009) yang menyatakan bahwa skor SF-36v2 perokok sedikit lebih rendah dibanding dengan non perokok. Perbedaan bermakna ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Funahashi, et al (2010) yang menyatakan hal yang berbeda bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara skor kualitas hidup perokok dan non perokok 1,7,15,35

Perbedaan skor kualitas hidup jiwa dan transisi kesehatan antara perokok dan non perokok dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang memengaruhi, yaitu:

1. Perilaku merokok

Perilaku merokok muncul karena banyak faktor diantaranya paparan stres, ajakan teman, mengikuti orang tua, karena iklan, dan lain sebagainya. Paparan stres menjadi salah satu faktor penyebab karena perokok mengharapkan efek rasa tenang ketika menghisap rokok. Efek ini muncul akibat kerja nikotin yang memicu pelepasan hormon ‘bahagia’ dopamin. Namun efek ini akan menyebabkan ketergantungan terhadap nikotin sehingga jumlah batang rokok yang akan dikonsumsi juga akan meningkat. Peningkatan dosis rokok dapat dilihat berdasarkan indeks Brinkman. Dalam penelitian ini didapatkan skor kualitas hidup fisik (PCS) dan jiwa (MCS) perokok berat lebih rendah dibanding non perokok (PCS 74,37 : 64,53 p < 0,05 dan MCS 76,56 : 63,43 p < 0,01). Perbedaan ini menunjukkan bahwa efek merokok terhadap kualitas hidup akan benar-benar muncul ketika perokok sudah mengkonsumsi rokok dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lebih lama (kelompok perokok berat dalam indeks Brinkman). Efek kronis rokok dapat mengenai ke berbagai organ tubuh sehingga perokok merasa kesehatannya lebih buruk dibanding sebelumnya. Efek kronis ini dapat dilihat dari skor transisi kesehatan (HT) non perokok yang lebih baik dibanding perokok (Mann-Whitney, HT 50 : 50 p<0,05).1,2,7,13,17,18

2. Aktivitas fisik

Hasil uji analisa kualitas hidup antara tingkat aktivitas fisik (tabel 4.4) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara responden dengan


(45)

aktivitas fisik rendah dan cukup. Perbedaan skor ini sesuai dengan penelitian Anokye, et al (2012) dan Ferucci, et al (1999) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat aktivtias fisik dengan kualitas hidup. Pengaruh aktivitas fisik terhadap skor kualitas hidup dalam penelitian ini dapat dikontrol (hubungan aktivitas fisik perokok dan non perokok p > 0,05). Perbaikan skor kualitas dengan aktivitas fisik berkaitan dengan manfaat aktivitas fisik pada dua hal, yaitu kebugaran tubuh dan manfaat psikologis.24,37

3. Usia

Usia dapat memengaruhi kualitas hidup perokok dan non perokok. Perbandingan usia antara perokok dan non perokok dalam penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang bermakna sehingga faktor perancu usia dapat dikontrol (Mann-Whitney, p > 0,05).12

4. Pendidikan Terakhir

Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok. Salah satu unsur untuk dapat memahami dengan baik mengenai bahaya merokok adalah pendidikan yang baik. Sehingga ketika seseorang memiliki derajat pendidikan lebih tinggi maka kemungkinan untuk memiliki perilaku merokok akan semakin lebih rendah, begitu juga sebaliknya. Pendidikan juga dapat memengaruhi pergaulan, orang dengan tingkat pendidikan rendah berpotensi dalam kehidupan sehari-hari untuk bergaul dengan orang berpendidikan rendah juga. Ketika bergaul dengan orang berpendidikan rendah maka perilaku teman pergaulan tersebut dapat memengaruhi secara langsung maupun tidak langsung. Kejadian tersebut berkaitan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan maka akan semakin bertambah pengetahuan tentang bahaya merokok sehingga kemampuan berpikir rasional dan kritis untuk mempertimbangkan bahaya merokok serta menghindari perilaku merokok semakin meningkat. 20-22,26

5. Penghasilan

Analisa hubungan antara tingkat penghasilan perokok dan non perokok pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara perilaku merokok dengan tingkat penghasilan (p = 0,008). Rokok mengandung nikotin yang dapat


(46)

menyebabkan ketergantungan. Peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi berkaitan dengan mekanisme dependensi akibat nikotin. Hal ini menyebabkan peningkatan konsumsi rokok setiap harinya. Akibat peningkatan pengeluaran uang untuk membeli rokok maka pemenuhan kebutuhan hidup lainnya tidak dapat tercapai. Faktor ini tentunya dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang terutama pada segi kejiwaan.19

6. Persepsi terhadap kualitas hidup dan paparan sosial.

Responden dalam penelitian ini berasal dari dua daerah yang berbeda. Perbedaan daerah akan menyebabkan perbedaan gaya hidup, paparan stres sosial, dan persepsi terhadap kualitas hidup. Perbandingan kualitas hidup antara kedua daerah didapatkan perbedaan kualitas hidup fisik (PCS) dan jiwa (MCS) yang bermakna antara responden dari daerah Kediri dan Ciputat (Mann-Whitney PCS 78,12 vs 65,16 p<0,001 dan MCS 80,31 vs 68,64 p<0,001). 24,37,38

4.3.Aspek Keislaman

Kualitas hidup didefinisikan oleh setiap orang dan setiap disiplin ilmu pengetahuan secara beragam. Definisinya akan berbeda-beda dengan bergantung pada persepsi dan standar masing-masing. Dalam pandangan Allah manusia yang paling berkualitas itu tidak beragam penilainnya. Penilaian Allah terhadap orang yang berkualitas cukup berdasarkan ketaqwaannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. al-Hujurat ayat 13: ‘Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa’. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Taqwa secara istilah berarti sikap untuk selalu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Perintah Allah merupakan perintah untuk melakukan perbuatan, sikap, dan perilaku baik dan menjauhi segala perbuatan, sikap, dan perilaku yang tercela. Konsep ketaqwaan ini dijadikan Allah sebagai standar ukur kualitas seseorang karena dengan taqwa akan membawa semua kebaikan, baik kebaikan di dunia dan di akhirat serta menjauhkan seseorang dari segala keburukan. Sehingga semua manfaat taqwa tersebut akan membawa seseorang menjadi manusia yang memiliki gaya hidup sehat, bahagia dan sejahtera.39


(47)

4.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Subjek penelitian masih belum memenuhi perhitungan jumlah minimal sampel akibat sulitnya mencari responden yang bersedia serta memenuhi kriteria untuk dijadikan partisipan dalam penelitian ini. Jumlah subjek juga berkurang akibat penggunaan kuesioner SF-36v2 yang bersifat self assessment (harus dibaca sendiri) membuat beberapa responden kesulitan untuk mengisi sehingga tidak bersedia untuk mengisi.

2. Pengambilan sampel dilaksanakan pada kelompok responden yang berbeda daerah sehingga kemungkinan dapat menyebabkan beberapa perbedaan diantaranya adalah gaya hidup, paparan variabel perancu, serta persepsi mengenai kualitas hidup.

3. Faktor perancu mengenai masalah sosial tidak dapat dikontrol oleh peneliti. 4. Pengelompokan responden berdasarkan aktivitas fisik hanya berdasarkan

persepsi peneliti terhadap pekerjaan sehari-hari sehingga tingkat akurasinya kurang.


(48)

35 5.1. Simpulan

1. Rokok dapat menjadi faktor yang memengaruhi penurunan skor kualitas hidup perokok.

2. Terdapat perbedaan bermakna skor kesehatan jiwa (MCS) antara perokok (median = 72,08) dengan non perokok (median = 76,87) laki-laki (U = 3.189,5; p < 0,05; Z=2,272; r = 0,188).

3. Terdapat perbedaan bermakna skor transisi kesehatan antara perokok (median = 50) dengan non perokok (median = 50) laki-laki (U = 2.152,5; p <0,05; Z = -1,972; r = -0,16).

5.2. Saran

1. Penelitian dengan tema yang sama perlu penambahan jumlah sampel sampai memenuhi perhitungan jumlah sampel (129 setiap kelompok).

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan instrumen yang lebih spesifik untuk menilai kualitas hidup perokok.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut mengenai penurunan kualitas hidup perokok dari segi kesehatan jiwa (dapat menggunakan instrumen spesifik untuk menilai kualitas hidup dari segi kesehatan jiwa).

4. Penelitian yang fokus pada perbandingan skor kualitas hidup antara indeks Brinkman sebaiknya setiap kelompok indeks Brinkman jumlah respondennya sebanyak 40 per kelompok agar dapat memberikan hasil yang tepat.

5. Pertanyaan penghasilan pada data responden sebaiknya berdasarkan di atas dan di bawah UMR agar lebih mudah menyesuaikan dengan standar lingkungan setempat.

6. Informasi mengenai tingkat aktivitas fisik sebaiknya harus didata dengan pertanyaan yang lebih spesifik.


(49)

7. Hasil kuantitatif akan semakin bagus jika dilengkapi dengan data kualitatif (misal dengan metode focus group discussion) untuk memeroleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman responden.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Senka S, Gorka VM. Health related quality of life of smokers in Croatia. Coll. Antropol. 2009; 33(1): 107-8.

2. Koichi F, Ippei T, Kazuma D, Masashi M, Takashi U, Shigeyuki N. Smoking habits and health-related quality of life in a rural Japanese population. Qual Life Res. 2010 Sept; 20: 1-3.

3. Talhout R, Schulz T, Florek E, Benthem JV, Wester P, Opperhutzen A. Hazardous compounds in tobacco smoke. Int. J. Environ. Res. Public Health. 2011 Febr; 8: 613-6.

4. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) [Internet]. Atlanta: Centers for Disease Control and Prevention (CDC); 2011 [disitasi pada 13 April 2015]. Tersedia di: www.cdc.gov/hrqol/concept.htm

5. Fayers PM, Machin D. Quality of life: assessment, analysis, and interpretation. Chichester: John Wiley & Sons, ltd; 2000.

6. Forbush SW, Nof L, Echternach J, Hill C. Influence of activity on quality of life scores after RYGBP. OBES SURG. 2011; 21: 1296-8.

7. Ware JE, Kosinki M, Bjorner JB, Turner-Bowker DM, Gandek B, Maruish ME. SF-36v2 Health survey: a primer for healthcare providers. Lincoln: QualityMetric Inc; 2008.

8. Ware JE. SF-36.org [Internet]. [Tempat tidak diketahui]: Quality Metric; [Tanggal tidak diketahui; disitasi pada 20 April 2015]. Tersedia di: www.sf-36.org/tools/SF36.shtml#VERS2

9. Gu D, Wu X, Reynolds K, Duan X, Xin X, Reynolds RF, et al. Cigarette smoking and exposure to environmental tobacco smoke in China: the international collaborative study of cardiovascular disease in Asia. Am J Public Health 2004 November; 94(11): 1-3.

10. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) [Internet]. Atlanta: Centers for Disease Control and Prevention (CDC); 2009 [disitasi pada 30

April 2015]. Tersedia


(51)

11. Schane RE, Ling PM, Glantz SA. Health effects of light and intermittent smoking: a review. Circ. 2010 Apr; 121(31): 1-3.

12. Indonesia. BALITBANG Kesehatan Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar: RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.

13. Hammer GD, McPhee SJ. Pathophysiology of disease: an introduction to clinical medicine. 7th Edition. New York: McGraw-Hill Education; 2014. 14. Cayuela A, Rodriguez-Dominguez S, Otero R. Deteriorated helath-related

quality of life in healthy male smokers. Arch Bronconeumol. 2007; 43(2): 59-63.

15. Scotland. Scottish Executive Social Research. Quality of life and well-being: measuring the benefits of culture and sport. Scotland: Scottish Executive Social Research; 2005.

16. Orme ME, Hogue SL, Kennedy LM, Paine AC, Godfrey C. Development of the health and economic consequences of smoking interactive model. Tob Control. 2001; 10: 55-61.

17. Hata K, Nakagawa T, Mizuno M, Yanagi N, Kitamura H, Hayashi T, et al. Relationship between smoking and a new index of arterial stiffness, the cardio-ankle vascular index, in male workers: a cross-sectional study. Tob Induc Dis. 2012; 10(11): 1-5.

18. Benowitz NL. Pharmacology of nicotine: addiction, smoking-induced

disease, and therapeutics. Annu Rev Pharmacol Toxicol. 2009; 49: 1-5. 19. Benowitz NL. Nicotine Addiction. N Engl J Med. 2010 Juni; 362(24):

1-3.

20. Sirait AM, Pradono Y, Toruan IL. Perilaku merokok di Indonesia. Bul. Panel Kesehatan. 2002; 30: 3-6.

21. Kuntara W. Hubungan antara tingkat pengetahuan penyakit akibat merokok dengan perilaku merokok pada usia dewasa awal di desa Kacangan kecamatan Andong kabupaten Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012: 10.

22. Amarudin MD. Perbedaan perilaku merokok ditinjau dari tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014: 1-3.


(52)

23. Hasnida, Kemala I. Hubungan antara stress dan perilaku merokok pada remaja laki-laki. Universitas Sumatera Utara. 2005 Desember: 1-3. 24. Anokye NK, Trueman P, Green C, Pavey TG, Taylor RS. Physical activity

and health related quality of life. BMC Public Health. 2012; 12: 1-6. 25. Azagba S, Sharaf MF. The effect of job stress on smoking and alcohol

consumption. Health Economics Review. 2011; 1(15): 9.

26. Djokja RM, Lampus BS, Mintjelungan C. Gambaran perokok dan angka kejadian lesi mukosa mulut di desa Monsongan kecamatan Banggai Tengah. Universitas Sam Ratulangi Manado. 2012: 39-41.

27. Jode J. Gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke bagian penyakit dalam RSUP H. Adam Malik Medan. 2010.

28. Kualendran T. Tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok di kalangan mahasiswa laki-laki fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan Stambuk 2010. Universitas Sumatera Utara. 2013.

29. Muragundi PM, Tumkur AM, Shetty RK, Naik AN. Health-related quality of life measurement. J Young Pharm.2012; 4(1): 54.

30. Testa MA, Simonson DC. Assessment of quality-of-life outcomes. N Engl J Med. 1996 Maret; 334(13): 835-8.

31. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.

32. Indonesia. BALITBANG Kesehatan Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar: RISKESDAS 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2010.

33. Suryawati R. Rokok sebagai faktor predisposisi terjadinya leukoplakia. Universitas Sumatera. 2009.

34. Anda RF, Williamson DF, Escobedo LG, Mast EE, Giovino GA, Remington PL. Depression and the dynamics of smoking: a national perspective. JAMA. 1990 September; 264(12): 1543.

35. Cooper TV, Resor MR, Stoever CJ, Dubbert PM. Physical activity and physical activity adherence in the eldery based on smoking status. Addict. Behav. 2007; 32: 2270-3.


(53)

36. Laaksonen M, Rahkonen O, Martikainen P, Karvonen S, Lahelma E. Smoking and SF-36 health functioning. Prev. Med. 2006 Januari; 42:206-9.

37. Ferrucci L, Izmirlian G, Leveille S, Phillips CL, Corti MC, Brock DB, et al. Smoking, physical activity, and active life expectancy. Am J Epidemiol. 1999; 149:643-53.

38. Pradono J, Hapsari D, Sari P. Kualitas hidup penduduk Indonesia menurut International Classification of Functioning, Disability and Health (IFC) dan factor-faktor yang mempengaruhinya: analisa lanjut data RISKESDAS 2007. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi; 2007:17-9.

39. Nur FS. Nashaihul ‘ibad kumpulan nasihat pilihan syeikh Nawawi al -Bantani. Jakarta. Turos; 2014.


(54)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Etik


(55)

Lampiran 2 Formulir Inform Consent dan Data Responden

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Judul Penelitian:

Peran rokok terhadap skor kualitas hidup. Peneliti Utama:

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jl. Kertamukti Pisangan Ciputat, Jakarta 15419, Telepon: 021-74716718, 021-7401925

Kontak pada keadaan darurat:

Peneliti Utama : drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD (0817-0710263)

Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi Anda bersifat sukarela, dalam arti Anda bebas untuk turut serta atau menolaknya. Anda juga bebas berbicara karena kerahasiaan Anda terjamin.

Sebelum membuat keputusan, Anda akan diberitahu detail penelitian ini berikut kemungkinan manfaat dan risikonya, serta apa yang harus Anda kerjakan. Tim peneliti akan menerangkan tujuan penelitian ini dan memberikan formulir persetujuan untuk dibaca. Anda tidak harus memberikan keputusan saat ini juga, formulir persetujuan dapat Anda bawa ke rumah untuk didiskusikan dengan keluarga, sahabat atau dokter Anda. Jika Anda tidak memahami apa yang Anda baca, jangan menandatangani formulir persetujuan ini. Mohon menanyakan kepada dokter atau staf peneliti mengenai apapun yang tidak Anda pahami, termasuk istilah-istilah medis. Anda dapat meminta formulir ini dibacakan oleh peneliti. Bila Anda bersedia untuk berpartisipasi, Anda diminta menandatangani formulir ini dan salinannya akan diberikan kepada Anda.

Apa tujuan penelitian ini?

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keadaan rongga mulut para pria perokok dan non-perokok dan mengukur salivary flow rate, derajat keasaman, kadar ion kalsium, kadar


(56)

protein total pada salivanya.

Mengapa saya diminta untuk berpartisipasi?

Anda diminta berpartisipasi karena Anda telah merokok rutin selama minimal 5 tahun dan telah memenuhi kriteria penelitian ini atau sebagai kelompok kontrol yang tidak pernah merokok sama sekali.

Berapa banyak orang yang mengikuti penelitian ini?฀

Lima puluh perokok dan lima puluh non-perokok akan mengikuti penelitian ini. Di mana penelitian akan berlangsung?

Penelitian akan dilakukan di Medical Research Laboratory, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Apa yang harus saya lakukan?

Jika memenuhi kriteria, Anda akan diikutkan dalam penelitian. Jika Anda setuju untuk mengikuti penelitian, maka Anda harus mengikuti seluruh prosedur penelitian termasuk mengisi rekam medis, pemeriksaan fisik, gigi dan mulut, dan pengumpulan saliva. Pengisian Rekam Medis untuk mengumpulkan informasi

Anda akan mengisi rekam medis dengan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui data pribadi, mengenai kesehatan dan kesejahteraan, jumlah rokok yang dikonsumsi, kebiasaan mengenai pola makan dan menjaga kebersihan rongga mulut serta, mengenai keluhan di rongga mulut.

Pemeriksaan fisik dan gigi mulut

Anda akan menjalani pemeriksaan fisik berupa pengukuran berat badan dan tinggi badan. Untuk pemeriksaan gigi mulut untuk mengetahui adanya kelainan rongga mulut berupa radang gusi, kerusakan jaringan penyangga gigi, gigi berlubang, infeksi jamur rongga mulut, sudut bibir pecah-pecah & meradang, sindroma mulut terbakar, serta pengukuran banyaknya ludah yang dihasilkan dan derajat keasaman saliva (ludah).

Pengumpulan saliva

Anda akan diminta untuk mengumpulkan ludah selama kurang lebih 5 menit didalam mulut, lalu meludahkannya kedalam tabung steril. Ludah Anda akan dikumpulkan kurang lebih sebanyak 1 ml.


(57)

Pengisian Kuisioner SF-36

Anda akan diminta untuk mengisi kuisioner pengukuran skor kualitas hidup. Di dalam kuisioner tersebut terdapat 36 poin pertanyaan. Silahkan diisi sesuai dengan keadaan yang sebenar-benarnya, sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh Anda.

Berapa lama saya harus menjalani penelitian ini? Dapatkah saya berhenti dari penelitian sebelum waktunya?฀

Penelitian ini akan memakan waktu maksimal 1.5 jam dengan rincian, 30 menit untuk mengisi rekam medis, 30 menit pemeriksaan fisik dan gigi mulut, dan 15 menit untuk pengumpulan ludah, dan 15 menit untuk Pengisian kuisioner

Akankah saya mendapat kompensasi?

Anda akan menerima souvenir dari Tim Peneliti untuk serangkaian penelitian ini. Souvenir ini diberikan sebagai tanda terima kasih atas partisipasi Anda dalam penelitian ini. Anda juga dapat berkonsultasi masalah gigi, mulut dan kesehatan secara umum kepada dokter dan dokter gigi.

Siapa yang dapat saya hubungi bila mempunyai pertanyaan, keluhan, atau bertanya tentang hak-hak saya sebagai subyek penelitian?

Jika Anda memiliki pertanyaan maupun keluhan berkaitan dengan partisipasi Anda atau hak- hak sebagai subyek penelitian, Anda dapat menghubungi Peneliti Utama pada nomor telepon yang tercantum di halaman pertama formulir ini, jika anggota tim peneliti tidak dapat dihubungi.

Ketika Anda menandatangani formulir ini, Anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Ini berarti Anda sudah membaca informed consent, pertanyaan Anda telah dijawab, dan Anda memutuskan untuk berpartisipasi.

Nama Partisipan Tanda tangan Tanggal


(58)

Ja Pe eriksaa : ……… DATA PRIBADI Nama TTL : : ………... ...

Jenis Kelamin : L / P

Alamat : ... Telepon Berat Badan Tinggi Badan IMT : : : : ... ... kg ... cm ...

HP : ……….

Pekerjaan

Penghasilan /

bulan 1. <1.500.000 Pendidikan Status : : : : ...

2. 1.500.000-2.500.000

SMA/S /S /S /… …

Status Marital Agama

3. 2.500.000-3.500.000

: :

………. ……….

4. >3.500.000 5. ……….

PENYAKIT SISTEMIK : (jawab dengan ADA atau TIDAK ADA dan obat-obatan)

Hepatitis B/C :

HIV :

TBC :

Diabetes Mellitus :


(59)

FREKUENSI MEROKOK

1. Apakah anda hampir setiap hari merokok:

1) Ya

2) Tidak, erapa hari dala se i ggu a da erokok …………..

2. Berapa rata-rata jumlah batang rokok yang a da ha iska dala sehari: …………..

batang/hari

3. Jenis rokok yang biasa anda konsumsi:

1) Kretek

2) Filter

3) Membuat sendiri

4) Lai ya: …………..

4. Sudah berapa lama anda ulai erokok: ………….. tahu

5. Apakah alasan anda pertama kali merokok?

1) iseng

2) penasaran/coba-coba

3) diajak/dipaksa teman

4) mencontoh orang tua

5) terlihat dewasa/keren

6) terlihat seperti tokoh idola 7) lainnya....

6. Siapa yang pertama kali memperngaruhi kamu untuk merokok

1) tidak ada

2) orang tua

3) saudara

4) teman

5) iklan

6) lainnya....

7. Dimana biasanya anda merokok

1) di rumah

2) di tempat kerja

3) di tempat teman

4) di tempat umum


(60)

8. Biasanya anda mendapatkan rokok darimana

1) orang tua

2) teman

3) beli sendiri

4) lainnya

9. Keadaan apa yang membuat anda merokok

1) saat bosan

2) saat stress/kesal/marah

3) merasa gugup/hilangkan ketegangan

4) saat mulut merasa tidak enak

5) saat santai/iseng

6) saat melihat orang merokok


(61)

KEINGINAN BERHENTI MEROKOK

Diadopsi dari WHO

1. Apakah anda pernah mencoba berhenti merokok

1) Ya

2) Tidak (langsung ke pertanyaan No.16)

2. Kapa a da e o a erhe ti erokok: ………….. tahu

3. Berapa kali anda berusaha berhenti merokok?... kali

4. Apakah anda sukses dalam berhenti merokok pada saat itu?

1) Ya

2) Tidak

5. Berapa lama anda berhenti merokok pada saat itu?... hari

6. Apa cara yang anda gunakan untuk berhenti merokok pada saat itu?

1) ke dokter

2) Permen

3) Obat

4) lainnya ....

7. Apakah anda mau berhenti merokok?

1) Ya, karena....

2) Tidak

8. Bagaimana tindakan keluarga saat anda merokok

1) ditegur

2) dibiarkan

3) lainnya....

9. Seberapa besar pengaruh iklan dalam mempengaruhi anda merokok

1) besar sekali

2) besar

3) biasa saja

4) tidak ada pengaruh

5) sangat tidak ada pengaruh

10. Keadaan apa yang anda peroleh dari setelah merokok

1) memberi kenikmatan


(62)

3) membantu melepaskan rasa tertekan oleh masalah

4) dapat memusatkan konsentrasi

11. Menurut Anda, apakah ada dampak merokok terhadap Anda?

1) Ya, ada. ...

2) Tidak

12. Menurut Anda, adakah dampak rokok terhadap lingkungan?

1) Ya, ada. ...


(63)

KETERGANTUNGAN TERHADAP NIKOTIN

Diadopsi dari Fagerstrom Nicotine Dependence

1. Seberapa cepat anda merokok yang pertama kali setelah anda bangun tidur?

฀ Setelah 60 menit (0)

฀ 31-60 menit (1)

฀ 6-30 menit (2)

฀ dalam 5 menit (3)

2. Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidak merokok didaerah yang

terlarang/dilarang merokok

฀ Tidak (0)

฀ Ya (1)

3. Kapan paling sulit bagi anda untuk tidak merokok?

฀ Merokok pertama kali pada pagi hari (1)

฀ Waktu lainnya (0)

4. Berapa batang rokok anda habiskan dalam sehari?

฀ 10 atau kurang dari itu (0)

฀ 11-20 (1)

฀ 21-30 (2)

฀ 31 atau lebih (3)

5. Apakah anda lebih sering merokok pada jam-jam pertama bagun tidur

dibandingkan dengan waktu lainnya?

฀ Tidak (0)

฀ Ya (0)

6. Apakah anda merokok walaupun sedang sakit sampai hanya tiduran ditempat

tidur hampir sepanjang hari ?

฀ Tidak (0)

฀ Ya (1)

Kesimpulan:

Ju lah Skor:……… I tepretasi:……….


(64)

3-4: Ketergantungan rendah sampai sedang 5-7: Ketergantungan sedang

8 + : Ketergantungan tinggi RIWAYAT GIGI DAN MULUT

Kunjungan terakhir ke drg. :

Jenis perawatan :

Frekuensi & waktu sikat gigi : Kali/hari; pagi / siang / sore / malam

Penggunaan obat kumur : Ya / Tidak; ... kali/hari; Merek...

Keluhan mulut kering : Ya / Tidak; Sejak ... hari/minggu/bulan/tahun


(65)

SALIVA

Laju aliran saliva tanpa stimulasi : ml/menit

pH :

Ion Ca :

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Debris index Debris index

Calculus index Calculus index

CPITN CPITN

CPITN CPITN

Calculus index Calculus index

Debris index Debris Index

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

GI  tidak dapat digantikan

6 1 4


(66)

4 1 6

DEBRIS INDEX (DI)

CALCULUS INDEX (CI)  pengganti : 21/41

GINGIVAL INDEX (GI)  tidak dapat digantikan

0 : Tidak ada debris/stain

1 : Debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stain ekstrinsik tanpa

adanya debris pada permukaan gigi tersebut

2 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan

gigi

3 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

0 : Tidak ada kalkulus

1 : Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau terdapat sedikit/bercak kalkulus subgingiva di servikal gigi

3 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau kalkulus subgingiva yang menutupi atau melingkari permukaan servikal gigi

0 : Gingiva normal

1 : Inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit edema, tidak ada perdarahan saat probing

2 : Inflamasi sedang, kemerahan, edema & licin mengkilat, perdarahan saat probing


(67)

Lampiran 3 Kuesioner SF-36v2


(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian


(74)

Lampiran 5 Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Faruq Yufarriqu Mufaza

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 28 Maret 1994

Agama : Islam

Alamat : Gg. Masjid 01/02 dsn./ds. Banaran Kec.

Kandangan Kab. Kediri 64294

Email : faruqriko@gmail.com

Riwayat Pendidikan:

2000-2006 : MI Miftahul Ulum Kandangan

2006-2009 : SMP Negeri 1 Kandangan

2009-2012 : MAN Tambakberas Bahrul Ulum Jombang

2012-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

60

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian


(6)

Lampiran 5 Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Faruq Yufarriqu Mufaza

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 28 Maret 1994

Agama : Islam

Alamat : Gg. Masjid 01/02 dsn./ds. Banaran Kec. Kandangan Kab. Kediri 64294

Email : faruqriko@gmail.com

Riwayat Pendidikan:

2000-2006 : MI Miftahul Ulum Kandangan

2006-2009 : SMP Negeri 1 Kandangan

2009-2012 : MAN Tambakberas Bahrul Ulum Jombang 2012-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK


Dokumen yang terkait

Deteksi salivary flow rate pada laki-laki perokok dan non-perokok

2 15 82

Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Skor Kualitas Hidup Laki - laki Perokok dan Laki – Laki Bukan Perokok Yang Diukur Dengan Kuisioner SF – 36v2.

1 24 70

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 3 16

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 4 11

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI FAKULTAS KEDOKTERAN Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 4

PERBEDAAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

0 0 13

PENDAHULUAN Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 4

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 4

Pengaruh Nikotin Terhadap Tekanan Darah Sistol dan Denyut Jantung Pada Perokok Pasif dan Perokok Aktif Laki-Laki Dewasa.

0 0 23