menjadi nilai tambah untuknya. Pantas saja ia dikenal sebagai pioner pembaharu pendidikan di Mesir dan dikenal pula sebagai tokoh
pembaharu.
2. Latar Belakang Pendidikan
Ath-Thahthawi masuk ke dalam dunia pendidikan sejak masih kecil. Sejak masa itu ia sudah mulai belajar Al-
Qur’an dan kemudian menghapalnya di bawah bimbingan ayahnya sendiri. Selain Al-
Qur’an, pendidikan agama pun ia dapatkan dari saudara-saudara ibunya
berdasarkan tradisi yang ada di lingkungannya.
5
Kemudian saat ia berumur 16 tahun, ia melanjutkan pendidikannya di Al-Azhar Kairo selama 5 tahun
dengan menggunakan sistem belajar dan kurikulum yang masih tradisional. Diantara salah seorang gurunya adalah al-Syeikh Hasan al-
‘Attar. Ath-Thahthawi merupakan salah satu murid yang pintar dan
menyenangi beberapa ilmu pengetahuan modern yang pada masa itu tidak ada pada kurikulum Al-Azharsendiri. Tapi ilmu tersebut tetap ia dapatkan
dari gurunya yang bernama Al- ‘Attar. Karena melihat ketekunan, keuletan
dan ketajaman dalam berpikir tersebut, Al-Attar selalu memberikan ia dorongan dan motivasi terhadap dirinya untuk senantiasa menambah ilmu
pengetahuannya. Kecintaan beliau akan ilmu, ketekunan beliau dalam melakukan
sesuatu pekerjaan, dan ketajaman berpikir beliau, beliau selalu belajar setiap waktu bahkan ketika beliau dikirim ke Perancis oleh Muhammad
Ali Pasya untuk membimbing mahasiswa-mahasiswanya, dalam sela-sela mengajar pun ia turut belajar. Sampai-sampai beliau memberikan gaji
untuk guru yang mengajarinya belajar bahasa Perancis.
5
Rusli. Loc. Cit.
3. Guru-guru Ath-Thahthawi
يِراَخُبْلا َحْيِحَص َسَرَدَف ،اًرِباَثُم ِ ِسْوُرُد ىَلَع َبَكْنا َاَتلا ِماَعْلا ِ ِرَ ْزَأا َِا َداَع اَمَلَ ف ِثْيِدَْا ِِ ِراَوْ نَأا َقِراَشَمَو لْوُصُأا ِِ عِماَوَجا َعََْو ، َِاَضَفلا خْيَشلا ىَلَع
َ ََ
،راَطَعلا نَسَح خْيَشلا َدْعَ ب ِرَ ْزَأا َةَخْيِشَم َََوَ ت يِذَلا َوُ َو ، ِِسْيِوَقلا نَسَح خْيَشلا ِةَافَو َدْعَ ب رَ ْزَأا َةَخيِشَم ِ ْيَلِا تَلآ دَقَو ،يِجوُهْمَدلا دََْْأ خْيَشلا ىَلَع ِِوُْْأا َرَضَحَو
،يِرّاجَنلا خْيَشلا ىَلَع يِرَدْنَكْسِإا ها ِءاَطَع ِنْبِا مكِْاَو ،يِسْوُرَعلا دَمَُُ خْيَشلا َناَك َنَأِب يِدَْ حاَص َفِصَيَو
َْلَاَجا رِسْفَ ت ىَقَلَ ت امَك ،ِ ِتْقَو ُةَكَرَ بَو ِ ِرْصَع ُةَمَاَع يِطاَيْمِدلا ََِغلا ُدْبَع خيَشلا ىَلَع
. يِرْوُجْيَ بلا ميِ اَرْ بِا خْيَشلا اًضْيَأ مِهْيَلَع َرَضح نََِِو
يِروُهْ نَمَدلا خيَشلاو ،ةيِكِلاَمْلا ةَداَسلا خيش شْيَ بُح دَمَُُ خيَشلاو .
نِم اًعيََِ اوُناكَو مِ ِرْصَع ِمَاْعأ
.
Sekembalinya dia ke al-Azhar pada tahun selanjutnya dia menekuni pelajaarannya. Dia belajar shahih al-Bukhari kepada gurunya
yang bernama al-Fadhali, jam’u al-jawami’ fi al-ushul dan masyariq al-
anwar fi al-hadits kepada gurunya yang bernama Hasan al-Qawisini, dan beliau merupakan guru besar al-Azhar setelah Hasan al-
‘Attar, dan mengdadirkan al-Asymuni kepada gurunya yang bernama Ahmad Ad-
Damhuji, beliau merupakan guru besar al-Azhar setelah wafatnya Muhammad al-
‘Arusi, dan belajar hikam li ibn ‘Atha Illah al-Iskandari kepada gurunya yang bernama An-Najjari, dan yang menyifatinya Shalih
Majdi karena barakah waktunya sebagaimana dia belajar tafsir jalalain kepada Abdul Ghina Ad-Dimyati. Selain itu, Ath-Thahthawi belajar
kepada Ibrahim al-Bajuri, Muhammad Hubaisy, Ad-Damanhuri. Mereka merupakan ulama pada masanya.
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwasannya Ath-Thahthawi telah belajar kepada banyak guru. Diantara guru-guru yang mengajari Ath-
Thahthawi adalah sebagai berikut: a.
Syeikh al-Fadhali
6
Husain. Op. cit., h. 61
b. Syeikh Hasan al-Qawisini
c. Syeikh ad-Damhuji
d. Ibnu’Athailah al-Iskandari
e. Syeikh Muhammad al-‘Attar
f. Syeikh Ibrahim al-Baijuri
g. Syeikh Abdul Ghina Ad-Dimyati
h. Syeikh Muhammad Hubaisy
i. Syeikh Ad-Damanhuri
4. Karya-karya
Diantara karya ilmiah Ath-Thahthawi antara lain: a.
Takhlis al Ibriz fi Talkhisi Bariz Intisari dari Kesimpulan tentang Paris.
b. Manahijul- albaab al-Mishriyyah fii Manahijil-adab al-„Ashriyyah
Metode bagi Orang Mesir untuk mengetahui Literatur Modern. c.
Al- Mursyidul Amiin li alBanati wa alBanin Petunjuk bagi pendidikan putri dan putra.
d. Anwaru Taufiq al-jalil fii Akhbari Misra wa Tausiqi Bani Ismail
Cahaya Taufik yang agung pada Berita-berita Mesir dan pengukuhan anak keturunan Khedewi Ismail.
7
e. Al-Qaul Al-Sadid fi Al-Ijtihad wa Al-Taqlid
Selain dari karya-karya ilmiah yang beliau tulis sendiri. Adapula buku-buku dan risalah yang beliau terjemahkan dari bahasa Perancis,
diantara buku-buku dan risalahnya yaitu: 1
Risalah tentang sejarah Alexander Macedonia 2
Buku mengenai pertambangan 3
Buku mengenai akhlak dan adat istiadat berbagai bangsa 4
Buku mengenai ilmu bumi 5
Risalah mengenai ilmu teknik 6
Risalah mengenai hak-hak manusia 7
Risalah tentang kesehatan jasmani dan sebagainya
8
Menurut Abdul Fattah Wibisono, Ath-Thahthawi mengarang buku- buku dan karangan-karangannya tersebut dimaksudkan untuk
memberi pengertian tentang kehidupan dan kemajuan Eropa dan mengenalkan ide-ide baru yang membuat umat Islam mengubah
7
Wibisono. Loc. cit
8
Nasution. Op. cit., 43
kehidupannya menjadi lebih maju dan kuat dan meninggalkan tradisi- tradisi yang menyebabkan mereka kembali mundur dan lemah.
9
Hasil dari proses belajar yang ia lakukan dengan membaca dan melakukan pengamatan langsung membuahkan pemikiran baru dengan
melahirkan ide-ide baru yang berguna untuk tanah airnya yaitu Mesir. Perjalanan hidup dalam mengarungi kehidupannya, Ath-Thahthawi
selalu menampakkan bahwa dirinya selalu haus akan ilmu. Ilmu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri bahkan bermanfaat untuk semua orang.
Sekembalinya Ath-Thahthawi ke Kairo tepatnya pada tahun 1831 setelah melakukan perjalanannya dalam menuntut ilmu di Perancis, beliau
diangkat sebagai guru bahasa Perancis dan penerjemah di sekolah kedokteran Abi Za’bal dan memimpin sekolah persiapan kedokteran oleh
Muhammad Ali Pasya. Setelah menjadi guru bahasa dan penerjemah, dua tahun kemudian 1833 beliau dipindahkan ke sekolah Altireli dan
menerjemahkan buku-buku tentang ilmu teknik dan kemiliteran.
10
Pada tahun 1835, usaha yang dilakukan oleh beliau adalah mendirikan Sekolah Penerjemah dengan tujuan untuk mencetak tenaga-
tenaga ahli penerjemah yang profesional yang dibutuhkan oleh negara, jumlah siswa di dalamnya hanya terbatas untuk 150 orang pendaftar yang
mewakili setiap daerah yang berada di Mesir.
11
Pada tahun 1836 sekolah ini diubah menjadi Sekolah Bahasa- bahasa Asing. Sebagai mata pelajaran pokoknya yaitu penerjemahan
Arab-Perancis, kemudian sebagai mata pelajaran tambahannya yaitu bahasa- Turki, Itali, Persia dan Inggris dan ditambah pula dengan
pelajaran ilmu teknik, al-jabar, sejarah dan geografi. Dan semenjak tahun 1844, sekolah ini berkembang menyerupai Universitas dengan
berbagai jurusan, Fakultas-fakultas Adab, Hukum dan Dagang. Selama berdirinya sekolah ini buku yang berhasil diterjemahkan
hampir mencapai 2.000 buah buku dengan dibantu oleh tenaga-tenaga guru yang berasal dari Mesir sendiri dan tenaga guru asing yang
sengaja didatangkan oleh Ath-Thahthawi.
12
9
Rusli. Op. cit., h.70
10
Nasution. Op. cit., h. 44
11
Rusli. op. cit., h. 69
12
Rusli. loc. cit