Konsep Cinta Tanah Air sebagai Tujuan Pendidikan Islam perspektif
Thahthawi juga mempunyai landasan-landasan dasar Islam dan tradisi Islam, yang mana hal itu dapat menguatkan argument Ath-Thahthawi yang
menekankan bahwa memiliki rasa cinta tanah air itu wajib bagi seluruh penduduk Mesir.
Di antara landasan pemikiran mengenai cinta tanah air untuk penduduk Mesir, Ath-Thahthawi menyebutkan keunggulan-kunggulan dari pada Mesir
agar tumbuhnya rasa bangga dalam diri mereka terhadap tanah airnya. Berikut alasan yang dijadikan sebagai landasan penguat bagi pemikiran Ath-
Thahthawi mengenai cinta tanah air yang ditujukan untuk Mesir. a.
Perkataan Abdullah bin Umar yang berbunyi:
رْصِم ُلْ َأ رَمُع نب ها ُدبَع َلاَقو ،اًرُصْنُع مُهُلَضْفَأَو ،اًدَي مُهُحََْْأَو ،مِجاَعَأا ُمَرْكَأ
اًَْْر مُهُ بَرْ قَأَو ًةَصاَخ ٍشْيَرُقِبَو ،ًةَماَع ِبَرَعْلاِب
.
Abdullah bin Umar berkata , “Penduduk Mesir adalah orang-orang
a’jam paling mulia, paling dermawan murah hati, yang terbaik keturunannya, dan paling dekat kerabatnya dengan orang Arab secara umum
dan orang Quraisy secara khusus”. b.
Berdasarkan Hadits Nabi saw yang berbunyi:
َااَق ،ٍديِعَس ُنْب ِها ُدْيَ بُعَو ،ٍبْرَح ُنْب ُرْ يَ ُز َِِ َدَح :
اَنَ َدَح ،ٍريِرَج ُنْب ُبْ َو اَنَ َدَح ْنَع ،َةَرْصَب َِِأ ْنَع ،َةَساَِْ ِنْب ِنََْْرلا ِدْبَع ْنَع ُثِدَُ ،َيِرْصِمْلا َةَلَمْرَح ُتْعَِْ ، َِِأ
َلاَق ،ٍرَذ َِِأ :
َمَلَسَو ِ ْيَلَع ُها ىَلَص ِها ُلوُسَر َلاَق :
« َيِ َو َرْصِم َنوُحَتْفَ تَس ْمُكَنِ
اًَِْرَو ًةَمِذ ْمَُُ َنِإَف ،اَهِلْ َأ ََِ اوُنِسْحَأَف اَ وُمُتْحَتَ ف اَذِإَف ،ُطاَرِقْلا اَهيِف ىَمَسُي ٌضْرَأ »
ْوَأ َلاَق
« اَهْ نِم ْجُرْخاَف ،ٍةَنِبَل ِعِضْوَم ِِ اَهيِف ِناَمِصَتََْ َِْْلُجَر َتْيَأَر اَذِإَف ،اًرْهِصَو ًةَمِذ
» َلاَق
: ٍةَنِبَل ِعِضْوَم ِِ ِناَمِصَتََْ َةَعيِبَر ُ اَخَأَو ،َةَنَسَح ِنْب َليِبْحَرُش َنْب ِنََْْرلا َدْبَع ُتْيَأَرَ ف
اَهْ نِم ُتْجَرَخَف
“Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb dan Ubaidullah bin Said keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Wahb bin
19
Ibid., h, 318
20
Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar al-Ihya at-Turats al- ‘Arabi, t.t, j. 4, h. 1497
Jarir; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Aku mendengar Harmalah Al Mishri bercerita dari Abdur Rahman bin Syimamah dari
Abu Bashrah dari Abu Dzar dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda: Sesungguhnya kamu sekalian kaum
Muslimin pasti akan dapat menaklukkan negeri Mesir, yaitu suatu wilayah yang terkadang dinamakan Al Qirath. Apabila kalian telah
dapat menguasai negeri Mesir, maka berbuat baiklah kepada para penduduknya Karena, bagaimanapun, mereka memiliki hak untuk
dilindungi, sebagaimana kaum kafir dzimmi ataupun karena hubungan tali saudara atau sebagai dzimmi dan hubungan keluarga dari jalur
pernikahan. Apabila kalian melihat dua orang yang sedang bertikai di Mesir pada lokasi batu bata, maka keluarlah dari tempat itu Abu
Dzar berkata; Ternyata saya melihat Abdurrahman bin Syurahbil bin Hasanah dan saudaranya yang laki-laki, yaitu Rabiah sedang
bertengkar di tempat batu bata, maka saya pun keluar dan tempat
itu.” H.R Muslim c.
Firman Allah swt yang berbunyi:
ٌمْيِلَع ٌظيِفَح ِِِ ِضْرَْأا ِنِئآَزَخ ىَلَع ِِْلَعْجا َلاَق فسوي
:
55 “Berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara Mesir;
Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan. Q.S. Yusuf: 55
d. Pernyataan tentang Mesir yang berbunyi:
ُءاَمَلُعلا َجَرَخ اَهْ نِمَو ،ِ ِثْيِدَحَو ِرْ َدلا ِِْْدَق نِم ِةَمْكِْْاَو ِمْلِعلا ُدَلَ ب َيِ َرْصِم َنِ لَزَ ت َََْو ،مِهِعِئاَنَصَو مِِِْوُ نُ فَو مِهِتَمْكِحَو مِ ِْرِبْدَتِب اَيْ نُدلا َكِلاََِ اوُرَمَع َنْيِذلا ُءاَمَكُْاَو
ِةَجَرَد ِلْيِصْحَتِل ِراَطْقَأا ِرِئاَس نِم ِمْهَفلا ُباَحْصَأَو ِمْلِعلا ُةَبَلَط اَهْ يَل ُرْ يِسَي نآا ََِا ِلاَمَكلا
.
Sesungguhnya Mesir merupakan negeri ilmu dan pengetahuan dari masa yang lalu sampai masa sekarang. Dan dari Mesir banyak para ahli ilmu
dan ahli hikmah yang muncul yang memakmurkan penguasa dunia dengan
aturan mereka, hikmah, seni dan karya mereka. Dan tidak berhenti sampai
21
Imarah. op. cit., h. 319
sekarang mempermudah para penuntut ilmu dan ahli ilmu dari berbagai dunia untuk menghasilkan derajat kesempurnaan.
Dari empat poin yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwasannya landasan pemikiran yang beliau kemukakan berawal dari sebuah
rasa bangga yang amat terdalam akan keunggulan-keunggulan Mesir dalam sejarahnya, sehingga beliau berkeinginan untuk mempertahankan keunggulan
itu dengan sumbangsih yang diberikan oleh penduduk Mesir sebagai rasa cinta untuk negerinya.
Dengan disebutkannya keunggulan-keunggulan atau keistimewaan- keistimewaan dari pada yang dimiliki oleh Mesir. Diharapkan kepada seluruh
penduduk Mesir agar memiliki rasa bangga terhadap tanah airnya sehingga sikap cinta dan tanah air pun dapat tumbuh dengan sendirinya. Karena dengan
sikap cinta tanah air tersebut keunggulan dari pada Mesir tidak akan pudar dan dapat terjaga hingga akhir masa.
Memiliki rasa cinta terhadap tanah air tidak hanya diperlukan saat menghadapi penjajah saja. Bangga menjadi anak bangsa pun sudah merupakan
cermin dari cinta tanah air. Karena dari kebanggaan itulah dapat menumbuhkan rasa dimana kita harus mengaharumkan nama baik tanah air di
mata dunia. Setelah menyebutkan landasan-landasan yang menopang pemikiran
dari cinta tanah air menurut Ath-Thahthawi. Penulis ingin menyebutkan bagaimana karakteristik dari pada orang yang memiliki sikap cinta tanah air.
Berikut karakteristik dalam kitab Takhlis al-Ibriz fi Talhkisi Bariz.
َكِلاَنُ ُباَبَشلا اَ اَضَق َبِر َم مِهْيَلِ ُلاَجِرلا مُهَ ناَطْوَأ َبَبَحَو َكِلَذِل اوُنُحَف اَهيِف اَبَصلا َدْوُهُع مَُُ ُترّكّذ مُهَ ناَطْوَأ ُترَكَذ اَذِ
ُ ُزِعَأ َِِأ َتْيَلآ ُنِطْوَم ََِو اًكِل اَم َرْ َدلا ُ َل ىِْرَغ ىَرَأ َا ْنَأَو
Dan para pemuda mencintai tanah air mereka Karena di sana semua kebutuhan mereka terpenuhi
22
Imarah. op. cit., h. 311
Ketika aku mengingat tanah air mereka maka aku mengingat mereka Saat masa kecil di sana aku ditimbang
⁄disayang mereka Dan aku pun mempunyai tanah air yang aku agungkan
Dan tidak ada yang menjadikanku raja selain di tanah air itu Dari beberapa syair di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
mencintai tanah air, sejauh mana pun ia melangkah, seberapa lama pun ia pergi meninggalkan tanah airnya, sebahagianya pun berada di negeri orang
lain, tetap saja hati dan pikiran ia hanya teringat pada tanah airnya sendiri, tempat dimana ia dilahirkan. Karena di tanah air itulah segala kebutuhan ia
terpenuhi dan tidak ada kebahagiaan selain tinggal di negeri sendiri.
اًداَنِع ٍءاَد ِلُكِب َِْتَمَرْدَق ٌةَدْلُ بَو اًدَاِب ىِدَاِب تَناَك ىِلْ َِأ ُتْعَجَر ْوَلَو
Dan banyak negara yang telah membuangku Dengan segala kesakitan
Walaupun aku kembali ke keluargaku dan keluargaku ada di negara lain Tetap saja aku teringat negaraku yang lalu
Pada sya’ir tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seberapa pun banyaknya negara yang dikunjungi, tetap saja tanah air selalu teringat di
dalam hati. Seberapa pun banyaknya negara yang telah membuang kita, tetap saja teringat negara tempat dimana kita dilahirkan.
ىَوَُا َنِم َتْعَطَتْسا اَم َكَداَؤُ ف ُلْقَ ن ِلَوّأا ِبْيِبَحلِل َاِ ُبُْا اَم
Sebisa mungkin jagalah hati kamu dari hawa nafsu Tidak ada cinta kecuali cinta yang pertama
23
Imarah. op. cit., h. 315
24
Imarah. op. cit., h. 316
Pada sya’ir ini dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada cinta yang abadi kecuali cinta pertama. Maksud dari pada cinta di sini adalah cinta
terhadap tanah airnya. Seberapa pun banyaknya tempat yang pernah disinggahi, hati hanya tertuju pada tanah air tercinta.
Dari beberapa sya’ir yang penulis paparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari seseorang yang memiliki cinta tanah air adalah
dimana pun ia berada, bagaimana pun keadaan ia, apa pun yang ia pikirkan, semuanya hanya tertuju pada tanah airnya. Karena begitu besarnya rasa cinta
yang ditanamkan untuk tanah airnya, sehingga seluruh jiwa raganya hanya ditujukan untuk tanah airnya.
Selanjutnya penulis akan memaparkan sikap yang harus dimiliki oleh orang yang memilki sikap cinta terhadap tanah airnya. Dalam kitabnya al-
Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin, Ath-Thahthawi menjelaskan sikap yang seperti apa saja yang harus dimiliki oleh orang yang cinta terhadap tanah
airnya.
ِلْذَبِب ُ ُمِدََُْو ِ ِسْفَ ن ِعِفاَنَم ِعْيِمَِِ ُ َنَطَو يِدْفُ ي ِنَطَولا ِبُح ِِ ُصِلْخُمْلا َِِطَولاَف ِ ِدَلَو ْنَع ُدِلاَولا ُعَفْدَي اَمَك ٍرُرَضِب ُ َل َضَرَعَ ت نَم َلُك ُ ْنَع ُعَفْدَيَو ِ ِحْوُرِب ِ ْيِدْفُ يَو ُكِلََْ اَم ِعْيََِ
رّشلا
.
Penduduk yang ikhlas dalam mencintai tanah air akan membela negaranya
dengan seluruh
manfaat dirinya,
melayaninya dengan
mengorbankan seluruh apa yang dimiliki, mempertaruhkan nyawanya, melindunginya dari segala sesuatu yang membahayakan sebagaimana
perlindungan seorang ayah terhadap anaknya.
Dari pernyataan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sikap yang harus dimiliki oleh seorang warga negara sebagai bentuk rasa cinta
terhadap tanah air yang dikemukakan Ath-Thahthawi adalah: a.
Membela negaranya dengan seluruh manfaat dirinya. b.
Melayaninya dengan mengorbankan seluruh apa yang dimiliki.
25
Ath-Thahthawi, al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin, Kairo: al- Haiat al-Mishriyyah al-
‘Ammah li al-Kitab, 2010,
h.94
c. Mempertaruhkan nyawanya.
d. Melindunginya dari segala sesuatu yang membahayakan
sebagaimana perlindungan seorang ayah terhadap anaknya. Setelah mengetahui sikap apa saja yang harus dimiliki oleh seorang
yang cinta terhadap tanah airnya. Selanjutnya penulis akan memaparkan penjelasan dari setiap poinnya.
1.
Membela negaranya dengan seluruh manfaat dirinya
Sebagai warga negara yang taat dan cinta terhadap tanah airnya, patutlah mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan salah satunya
yaitu dengan bela negara. Adapun arti dari bela negara itu adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan negerinya dari berbagai
ancaman, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam. Membela negara merupakan sebuah usaha warga negara untuk mewujudkan ketahanan
nasional. Mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk membela negaranya atau
tanah airnya selain hal tersebut merupakan kewajiban yang patut dilaksanakan oleh seorang warga negara, hal tersebut juga merupakan
suatu perbuatan yang terpuji. Dengan membela negara, kewajiban sebagai warga negara pun telah gugur. Hal tersebut dilakukan bukan hanya untuk
kepentingan negara itu sendiri, akan tetapi untuk kepentingan masyarakat juga untuk kepentingan diri.
2. Melayaninya dengan mengorbankan seluruh apa yang dimiliki
Selain kewajiban membela negara, sebagai warga negara yang baik harus ikut serta pula dalam melayani apa yang dibutuhkan oleh negara. Segala
sesuatu yang dimiliki hendaknya dikorbankan untuk kepentingan negara. Dengan memiliki sikap rela berkorban, seorang warga negara akan
mengorbankan segala sesuatu apapun termasuk dirinya hanya untuk kepentingan bangsanya.
3. Mempertaruhkan nyawanya
Pada saat tanah airnya mengalami gencatan dari berbagai pihak, sebagai seorang warga hendaknya sigap untuk menghadapinya. Permasalahan
yang muncul dari faktor intern ataupun ekstern yang mengancam situasi dan kondisi tanah air hendaklah siap sedia untuk mengamankannya serta
turut serta membantu menyelesaikan permasalahnannya. Saat semua itu terjadi, ia tidak mementingkan keselamatan ia sendiri akan tetapi
mementingkan keselamatan dari tanah airnya. Bahkan orang yang telah tertanam di dalam dirinya rasa cinta terhadap tanah airnya, ia rela untuk
mempertaruhkan nyawanya. 4.
Melindunginya dari segala sesuatu yang membahayakan sebagaimana perlindungan seorang ayah terhadap anaknya
Betapapun banyaknya bahaya yang menimpa tanah airnya, seseorang yang memiliki cinta tanah air akan tetap setia melindunginya. Ath-Thahthawi
membuat sebuah perumpamaan bahwasannya sebuah perlindungan yang dilakukan oleh seorang warga negara untuk tanah airnya sama halnya
dengan perlindungan seorang ayah terhadap anaknya. Seorang warga negara melakukan hal apapun untuk melindungi tanah airnya, begitu juga
dengan seorang ayah yang akan melakukan apapun untuk melindungi anaknya. Begitulah perumpamaan Ath-Thahthawi terkait kewajiban
seorang warga negara untuk melindungi tanah airnya. Selanjutnya, penulis akan memaparkan mengapa cinta tanah air ini
dijadikan sebagai tujuan pendidikan Islam. Di awal pembahasan telah penulis paparkan bahwasannya suatu peradaban terjadi karena adanya rasa cinta tanah
air. Oleh karena itu, menanamkan rasa cinta terhadap tanah air harus dijadikan sebagai tujuan pendidikan karena hal tersebut merupakan dasar yang kuat
untuk mendorong orang dalam mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai peradaban.
Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk sebuah kepribadian ataupun karakter diri seseorang,sehingga nantinya diharapkan semua tujuan
yang hendak dicapai dapat terwujud. Dengan melalui pendidikan tersebut, Ath-Thahthawi berharap bahwasannya seluruh masyarakat Mesir mempunyai
rasa cinta terhadap tanah airnya sehingga peradaban Mesir akan terbentuk kembali dan dapat dipertahankan sepanjang masanya.
Melalui pemikiran mengenai konsep cinta tanah air inilah Ath- Thahthawi dikenal sebagai pembaharu. Maksud dari pembaharu di sini adalah
beliau lebih menekankan pengertian dari tanah airnya. Karena pada masa itu pemahaman masyarakat terhadap tanah air masih global yaitu masih
mengatasnamakan atau berdasarkan pada kesamaan akidah. Persaudaraan yang dikenal pada masa Ath-Thahthawi adalah persaudaraan keIslaman dan
tanah air adalah seluruh wilayah Islam dan sejarah adalah sejarah Islam. Jadi yang dimaksud dari tanah air menurut masyarakat Mesir masa itu
adalah tanah air yang memiliki kesamaan akidah dengan mereka yaitu seluruh umat Islam yang ada di dunia. Kemudian, Ath-Thahthawi mengerucutkan
pemahaman mengenai tanah air tersebut menjadi tanah air dimana seseorang dilahirkan. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor Ath-Thahthawi dikenal
sebagai pembaharu. Namun, sampai saat Ath-Thahthawi mengemukakan ide cinta tanah airnya tersebut, kaum muslim dalam bernegara dan bertanah air
masih berlandaskan sentimen-sentimen keagamaan yang kuat dan tidak berlandaskan perasaan kebangsaan.