1. Membina generasi muda agar menyembah Allah swt dengan menjalankan
apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. 2.
Mendidik generasi muda agar dapat hidup bersosialisasi dengan masyarakat dengan mengakui adanya prinsip kerja sama, persaudaraan
serta persamaan. 3.
Mendidik generasi muda agar dapat menggunakan akal pikirannya dengan cermat dan produktif.
4. Membentuk pribadi yang terbuka dan bergaul dengan orang lain serta
menghindari sikap menyendiri dan menonjolkan dirinya. 5.
Mendidik generasi muda agar dapat menggunakan pemikiran ilmiah.
36
Tujuan yang dirumuskan oleh Hasan Langgulung tersebut, “diarahkan pada pembentukan lisan yang saleh, yaitu mendekati
kesempurnaan yang ditandai dengan memiliki sifat-sifat terpuji seperti menghargai diri, perikemanusiaan, jujur, adil dan sebagainya. Selain itu
tujuan pendidikan tersebut diarahkan pada pengembangan masyarakat yang saleh, yaitu masyarakat yang percaya bahwa ia memiliki jiwa sebagai
pengemban misi kebenaran dan kebaikan”.
37
Adapun tujuan pendidikan menurut Rifa’ah Ath-Thahthawi berdasarkan kutipan dari Buku Pembaharuan
dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan
karya Harun nasution adalah “mengajarkan ilmu pengetahuan, untuk membentuk rasa kepribadian dan untuk menanamkan rasa
Patriotisme
نطولا بح
”.
38
Adapun dalam al- A’mal al-Kamilah disebutkan bahwa tujuan
pendidikan adalah
ِِْعَ ي ٍدِحاَو ٍنآ ِِ اًق َاْخَأَو اًحوُرَو اًدَسَج ِْرِغَصلا ُةَيِمْنَ ت ِةَيِبْرَ تلا َنِم ُضْرَغْلاَف ِ ِداَدْعِتْساو ِ ِتَيِلِباَق ِرْدَقِب ِ ِتَاّيِوَنْعَمَو ِ ِتاَيِسِح ُةَيِمْنَ ت
.
Tujuan dari pada pendidikan adalah mengembangkan potensi anak baik dari segi jasmani, rohani dan akhlak pada masa tertentu yaitu
36
Ibid., h. 342
37
Ibid., h. 342
38
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1982, h. 48
39
Imarah. Op. cit., h. 297
mengembangkan perasaannya dan moralnya berdasarkan kemampuan dan kesiapannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian peserta didik
yang berakhlakul karimah, berbudi pekerti, berwawasan luas, mandiri, serta dapat member manfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat,
bangsa dan Negara.
3. Kurikulum Pendidikan
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Prancis, yaitu courier yang berarti to run, maksudnya adalah berlari. Sedangkan dalam bahasa Yunani
kuno berasal dari kata curir yang artinya pelari dan curere artinya tempat berpacu atau tempat berlari. Sedangkan curriculum diartikan sebagai jarak
yang harus ditempuh oleh pelari.
40
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasannya kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan oleh anak didik. Namun dalam perkembangannya, kurikulum mencakup berbagai kegiatan yang
diharapkan mampu mencapai tujuan dari pendidikan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2013
tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 butir 19 dijelaskan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan sebagai
pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang di dalamnya terdapat tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakannya.
41
Dari pengertian tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa kurikulum merupakan sebuah rancangan program pendidikan yang harus
dijalani dan dikembangkan untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan tersebut, kurikulum
mempunyai beberapa komponen yang saling berhubungan dan saling berkaitan. Nasution membagi komponen tersebut menjadi empat bagian
40
Syaifuddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press, 2002, cet. 1, h. 33
41
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas RI., 2003, h. 5
yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar dan penilaian.
42
Dan A. Malik MTT membagi komponen kurikulum menjadi 5 yaitupertama
komponen tujuan sebagaimana bahwa kurikulum merupakan program untuk mencapai tujuan dari pendidikan, kedua komponen isi materi yang
berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian, ketiga komponen media yang merupakan sarana untuk kegiatan pembelajaran,
keempat komponen strategi yang merupakan cara atau metode yang digunakan guru dalam mengajarkan nilai-nilai yang terkandung dalam
pembelajaran, dan kelima komponen proses belajar mengajar.
43
42
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, cet. 5, h. 3
43
A. Malik MTT, Inovasi Kurikulum Berbasis Lokal di Pondok Pesantren, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2008, h. 27-30
33
BAB III Metodologi Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian inquiry, menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan,
mencari hubungan, menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki. Suatu metode penelitian mempunyai rancangan penelitian research design tertentu. Rancangan
ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi pada data yang telah dikumpulkan, dan
dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu:
A. Tempat dan waktu penelitian
Pada penelitian ini, skripsi yang berjudul
“Konsep Cinta Tanah Air perspektif Ath-Thahthawi dan Relevansinya dengan Pendidikan di
Indonesia ” Ini dilaksanakan dari bulan Februari 2014 sampai bulan Maret
2015 digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari koleksi, buku-buku yang ada di perpustakaan, internet
serta sumber lain yang mendukung penelitian. Kemudian selebihnya digunakan untuk melakukan kualifikasi data, menganalisis, menyimpulkan
hasil penelitian serta menyusunnya dalam bentuk hasil penelitian atau laporan. Selanjutnya tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini
bertempat di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Iman Jama’ Jakarta, dan Perpustakaan Darussunnah International Institute for
Hadith Science.
B. Metode penelitian
Adapun jenis penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif artinya penelitian yang menggunakan data
informasi berbagai macam teori yang diperoleh dari kepustakaan dengan jenis penelitian sejarah historical research dengan klasifikasi pada
penelitian biografi. Selain itu, langkah metodis dalam penyusunan penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif-analisis.
Menurut Whitney sebagaimana dikutip oleh Nazir, yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan- pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
pengaruh dari suatu fenomena.
1
Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk memaparkan konsep para cendekiawan, tokoh dan ahli di bidang pendidikan
yang nantinya dapat mempermudah memahami dan menghubungkan jalan pikiran maupun makna yang terkandung di dalamnya secara runut dan
komprehensif. Sedangkan yang dimaksud analisis di sini ialah menelaah secara kritis tentang istilah, pengertian yang dikemukakan oleh para tokoh
atau pemikir sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihannya. Kemudian menemukan pengertian baru untuk melengkapinya.
Adapun sumber data yang digunakan dalam skripsi ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sumber primer dan sumber
sekunder. 1.
Sumber primer Yang dimaksud dengan sumber primer dalam penelitian ini adalah
karya-karya yang ditulis oleh Rifa’ah Badhawi Ath-Thahthawi, maka
peneliti melakukan survei kepustakaan tentang pemikiran Rifa’ah
Badhawi Al-Thahthawi. Dari hasil survei tersebut, maka peneliti memilih sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini yakni kitab
yang berjudul Al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin. Kairo: al- Haiat al-Mishriyyah al-
‘Ammah li al-Kitab. 2010. Dan kitab Al-‘Amal al-
kamilah Li Rifa’ah Ath-Thahthawi. Kitab ini merupakan kompilasi dari karangan Ath-Thahthawi yang telah disunting tahqiq oleh
Muhammad Imarah.
1
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, Cet. IV, h. 63-64.