e. Pengaruh Asset Growth Terhadap Kinerja Sosial Perusahaan pada
Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 dan 2011
Aset adalah aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan Ang, 1997 dalam Amalia 2011:28. Hasil analisis data bahwa koefisien growth t-hitung t-tabel yaitu 0.178614 1.696
dengan nilai probabilitas asset growth lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.8594 artinya berpengaruh positif dan secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja sosial GRI pada perusahaan tambang selama periode tahun 2010 dan 2011. Asset growth memiliki nilai koefisien sebesar 0.012589 maka
apabila terjadi kenaikan growth sebesar satu persen akan mengakibatkan peningkatan kinerja sosial GRI sebesar 0.012589. Sebaliknya setiap terjadi
penurunan nilai growth sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan kinerja sosial GRI sebesar 0.012589.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa estimasi koefisien asset growth adalah positif + sesuai dengan harapan apriori, yaitu ketika perusahaan mengalami
peningkatan asset maka perusahaan akan memiliki harapan untuk memperoleh laba sehingga perusahaan mampu membiayai kegiatan tanggung jawab
sosialkinerja sosialnya. Selain itu peningkatan asset juga berperan meningkatkan size perusahaan. Namun hasil penelitian ini yang tidak signifikan memiliki
dugaan bahwa perusahaan yang memiliki peningkatan aset yang baik cenderung
akan berhati-hati dalam mengelola asetnya. Perusahaan cenderung melakukan kegiatan yang dapat mempertahankan dan meningkatkan assetnya salah satunya
dengan memimalisir pengeluaran yang tidak berhubungan dengan kegiatan operasional perusahan atau menginvestasikan asetnya kedalam bentuk invastasi
lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari 2012 yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya growth tidak mempengaruhi
corporate social responsibility disclosure. Penelitian yang dilakukan oleh Maria Ulfa 2009 menunjukan indikasi yang sama. Menurut Maria Ulfa 2009 dalam
Sari 2012 corporate social responsibility merupakan isu yang baru sehingga kualitasnya tidak mudah diukur serta kebanyakan investor lebih tertuju pada
kinerja jangka pendek.
f. Pengaruh ROA, ROE,
Size, Leverage, dan Asset Growth Terhadap Kinerja Sosial Perusahaan pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010 dan 2011
Hasil penelitian ini memiliki nilai F-test dengan nilai probabilitas sebesar 0.741040 dan F hitung sebesar 0.544556. pada penelitian ini menunjukan nilai F
tabel sebesar 2.679. nilai probabilitas 0.741040 lebih besar dari 0.05. Nilai F hitung lebih kecil dari nilai F tabel 0.544556 2.679, serta nilai probabilitas
lebih besar dari 0.05 dan F hitung lebih kecil dari F tabel maka H
O
diterima yaitu variabel return on asset, return on equity, size, leverage dan asset growth secara
simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja sosial. Pada penelitian ini menunjukan bahwa ROA, ROE, Size, Leverage, dan Asset Growth secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja sosial GRI pada Perusahaan Tambang Periode 2010 dan 2011. Hasil Uji adjusted R Squere menunjukan
bahwa hanya 6.96 bisa dijelaskan oleh variasi kelima variabel yaitu return on asset, return on equity, size, leverage dan asset growth. Korelasi antara kelima
variabel independen tersebut terhadap kinerja sosial sangat lemah. Sedangkan 93.05 dijelaskan oleh faktor lain yang tidak ikut terobservasi dalam penelitian
ini.
Hasil penelitian yang menunjukan bahwa kinerja keuangan tidak berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun parsial terhadap kinerja sosial
mengindikasikan bahwa ketika perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik bukan jaminan bahwa perusahaan akan memiliki tanggung jawab sosialkinerja
sosial yang baik. Perusahaan tambang di Indonesia melakukan kegiatan sosial hanya bersifat sebagai media untuk memperoleh image dimata para stakeholder-
nya artinya perusahaan hanya memperhatikan legitimasinya dimana perusahaan hanya melakukan kegiatan sosial untuk memperoleh pengakuan bahwa mereka
telah menjalankan bisnis mereka sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Kegiatan sosial hanya menjadi bagian dari Good Corporate
Goverance GCG atau tata kelola perusahaan yang baik dimana perusahaan harus memiliki etika yang baik sebab prinsip GCG diantaranya fairness,
transparency, dan accountability. Dengan melaksanakan kegiatan sosial, perusahaan akan dianggap telah melaksanakan GCG dengan baik.