Uji Multikolonieritas Uji Heterokedastisitas

digunakan tidak terdapat multikolonieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Pengujian asumsi klasik dilakukan agar nilai parameter model penduga yang digunakan dinyatakan valid. Uji penyimpangan asumsi klasik terdiri dari uji multikolonieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas.

1. Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali 2013:105, uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu Variance Inflation Factor VIF sebagai berikut: a. Jika nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10, maka dapat dikatakan tidak mempunyai persoalan multikolonieritas. Sehingga bisa dilakukan ke pengujian selanjutnya. b. Jika nilai tolerance di bawah 0,10 dan nilai VIF lebih dari 10, maka dapat dikatakan terjadi persoalan multikolonieritas.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali, 2013:139. Dengan kata lain uji heteroskedestitas digunakan untuk melihat penyebaran data penelitian. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedasitas pada model regresi dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser dan Pengujian heteroskedastitas menggunakan scatterplot adalah dengan melihat scatterplot nilai prediksi variabel dependen ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika pada scatterplot titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola maka tidak terjadi adanya heteroskedasitas. Pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji glejser adalah dengan melihat hasil signifikansi variabel dependen nilai absolute residual dan variabel independen. Jika nilai signifikansi variabel independen diatas alpha  5 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Namun jika nilai signifikansi variabel independen dibawah 5 maka terjadi heteroskedastisitas.

C. Model Regresi

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen terikat dengan satu atau lebih variabel independen variabel penjelasbebas, dengan tujuan untuk mengestimasi danatau memprediksi rata- rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui Gujarati yang dikutip oleh Ghozali, 2013. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda yaitu untuk mengukur besarnya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Analisa Regresi Linier Berganda digunakan untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Dalam penelitian ini analisis linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh variable locus of control eksternal X 1 , turnover intention X 2 , dan komitmen organisasi X 3 terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit Y. Model regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: DAB   +  1 LOCE +  2 TI -  3 KO +  Keterangan: DAB  Perilaku Disfungsional Audit Dysfunctional Audit Behavior LOCE  Locus of Control Eksternal TI  Turnover Intention KO  Komitmen Organisasi  = Konstanta  = Koefisien regresi, terdiri dari 1,2, dan 3  = Komponen kesalahan random random error Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F dan nilai koefisien determinasi:

D. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan analisis linear berganda untuk mengukur kekuatan hubungan antara beberapa variabel bebas dan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Analisis ini menggunakan dua pengujian yaitu uji koefisien determinasi R², uji signifikansi simultan uji statistik F, dan uji signifikan parameter individual uji statistik t akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Koefisien Determinasi R

Dokumen yang terkait

Pengaruh profesionalisme, karakteristik personal auditor. dan batasan waktu audit terhadap kualitas audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta

3 10 134

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Semarang)

0 6 139

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (STUDI PADA Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Terhadap Prosedur Penghentian Audit Prematur (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta Dan Yogyakarta).

0 0 18

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT.

0 1 7

PENGARUH KOMPLEKSITAS AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR PADA PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK PROVINSI BALI.

0 0 8

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT DENGAN VARIABEL INTERVENING KOMITMEN ORGANISASI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Surakarta dan Yogyakarta)

0 1 103

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA)

0 0 19

TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA)

0 0 19

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA)

0 0 19

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR, PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL, DAN KUALITAS AUDIT

0 0 14