2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Auditor dalam menjalankan tugas dan pekerjaan auditnya dituntut untuk profesional, hal tersebut sebagai bentuk atas tanggung jawab yang sudah
diberikan oleh klien kepada auditor yang sangat tinggi. Namun dalam kenyataannya, kualitas audit dapat berkurang karena kesalahan dan penyimpangan
yang dilakukan oleh auditor. Menurut Hartati 2012 ada berbagai bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh auditor saat melaksanakan tugas auditnya,
diantaranya yaitu premarur sign off audit procedures penghentian prosedur audit, underreporting of time pelaporan tidak menurut anggaran waktu, dan
altering or replacing audit procedures mengganti atau mengubah prosedur
audit. Perilaku disfungsional audit sangat mempengaruhi kualitas laporan
keuangan auditan dan dapat menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja auditor. Adanya perilaku disfungsional audit
menjadikan kesalahan atau manipulasi yang terjadi dalam laporan keuangan tidak dapat dideteksi dengan baik oleh auditor karena auditor tidak melaksanakan
prosedur auditnya dengan lengkap sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan judgment
auditor menjadi semakin tinggi. Praktik perilaku disfungsional audit sangat dimungkinkan disebabkan oleh
adanya dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal situasional. Faktor- faktor internal meliputi: locus of control eksternal, dan turnover intentions.
Sedangkan faktor eksternal situasional meliputi komitmen organisasi.
2.3.1 Pengaruh Locus of Control Eksternal, Turnover Intention, dan
Komitmen Organisasi
Secara Simultan
Terhadap Perilaku
Disfungsional Audit.
Tindakan manipulasi atau penipuan akan terwujud dalam bentuk perilaku disfungsional. Perilaku tersebut menjadikan auditor akan memanipulasi proses
pekerjaan audit yang dilakukannya untuk mencapai tujuan kerja individu. Reduce audit quality
bisa dilakukan sebagai pengorbanan yang harus dilakukan auditor untuk dapat bertahan ditempat kerjanya. Perilaku tersebut dapat terjadi pada
individu yang memiliki locus of control eksternal. Auditor yang mempunyai kepercayaan bahwa faktor locus of control eksternal tidak dapat dikendalikannya
sehingga menjadikan auditor akan membenarkan perilaku disfungsional audit karena perilaku disfungsional audit dianggap sebagai faktor yang tidak dapat
dikendalikan. Perilaku disfungsional audit sangat dimungkinkan disebabkan oleh faktor
internal seperti turnover intention. Dalam hal ini turnover intention berterkaitan dengan keinginan untuk berhenti atau berpindah bekerja pada periode tertentu.
Memiliki keinginan untuk berhenti atau berpindah bekerja dapat membuat seseorang menjadi kurang peduli terhadap apa yang dilakukan dalam organisasi
tempat bekerja. Auditor yang memiliki turnover intention atau keinginan berpindah kerja tinggi lebih dapat terlibat dalam perilaku disfungsional audit
karena menurunnya tingkat ketakutan yang ada dalam dirinya terhadap dijatuhkannya sanksi atau ancaman diberhentikan apabila perilaku tersebut
terdeteksi. Lebih lanjut, individu yang berniat meninggalkan perusahaan dapat
dianggap tidak begitu peduli dengan dampak perilaku disfungsional audit terhadap penilaian kerja dan promosi. Jadi, auditor yang memiliki turnover
intention lebih tinggi akan menerima perilaku disfungsional audit.
Komitmen organisasi merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan pada organisasi tempat mereka bekerja. Seorang auditor menunjukkan
komitmen yang dimilikinya dengan cara kerja yang gigih walaupun dibawah tekanan sekalipun. Tidak adanya komitmen organisasi berpengaruh tinggi
terhadap perilaku disfungsional audit. Dengan demikian dalam penelitian ini diprediksiskan bahwa auditor dengan komitmen organisasi yang tinggi, akan
cenderung menghindari perilaku yang tidak etis jika berhadapan dengan tekanan yang dilakukan oleh klien dibandingkan dengan auditor yang memiliki komitmen
organisasi rendah akan cenderung menerima perilaku disfungsional audit.
2.3.2 Pengaruh Locus of Control Eksternal Terhadap Perilaku Disfungsional
Audit.
Locus of control , sebuah konsep yang dikembangkan oleh Donnelly et al.
2003 telah banyak digunakan dalam penelitian keperilakuan untuk menjelaskan perilaku manusia dalam organisasi. Donnelly et al., 2003 menyarankan individu
untuk mengembangkan sebuah ekspektasi umum berhubungan dengan apakah kesuksesan mengatasi situasi yang terjadi tergantung dari perilaku individu atau
ditentukan oleh faktor luar. Individu dengan locus of control internal percaya bahwa outcome yang
terjadi merupakan hasil kerja keras mereka sendiri dan semua kejadian berada dibawah pengendalian dirinya. Individu dengan karakteristik locus of control
internal memiliki komitmen untuk berusaha semaksimal mungkin dalam segala hal dan biasanya akan lebih terdorong apabila diberikan tugas tertentu. Sedangkan
Individu dengan locus of control eksternal lebih menganggap hasil atau outcome yang didapat bukan berasal dari usaha mereka sendiri, tetapi berasal dari faktor
situasional seperti lingkungan, keberuntungan, dan keajaiban. Individu dengan karakter seperti ini perlu didorong lebih keras supaya dalam melakukan
pekerjaannya bisa lebih baik lagi dan bisa memenuhi target yang telah ditentukan. Beberapa penelitian sebelumnya Basudewa et al., 2015; Paino dan Ismail,
2012; Harini et al., 2010; Maryanti, 2005, dan Donnelly et al., 2003 telah menunjukan adanya hubungan yang kuat dan positif antara individu yang
memiliki locus of control eksternal dengan keinginan untuk melakukan manipulasi, penipuan, dan taktik menjilat atau mengambil muka untuk mencapai
tujuan pribadinya. Dalam konteks auditing, manipulasi, penipuan, dan taktik menjilat atau mengambil muka akan menimbulkan perilaku disfungsional audit.
Hasil dari perilaku ini adalah penurunan kualitas audit yang dapat dilihat sebagai hal yang perlu dikorbankan oleh individu untuk bertahan dalam lingkungan kerja
audit. Hal ini menghasilkan dugaan bahwa semakin tinggi locus of control eksternal individu, maka semakin besar tingkat penerimaan perilaku disfungsional
audit.
2.3.3 Pengaruh Turnover Intention Terhadap Perilaku Disfunsional Audit.
Turnover Intention bermakna suatu kesadaran dan kesengajaan untuk
meninggalkan organisasi Setiawan dan Ghozali, 2006. Memiliki keinginan untuk berhenti atau berpindah bekerja dapat membuat seseorang menjadi kurang
peduli terhadap apa yang dilakukan dalam organisasi tempat bekerja. Sikap ini dapat mengakibatkan kinerja yang buruk bagi karyawan tersebut sehingga dapat
menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku. Individu yang bermaksud untuk meninggalkan organisasi kurang memperhatikan pengaruh balik yang potensial
dari perilaku disfungsional terhadap promosi dan penilaian kinerja. Auditor yang memiliki turnover intention atau keinginan berpindah kerja
tinggi lebih dapat terlibat dalam perilaku disfungsional audit karena menurunnya tingkat ketakutan yang ada dalam dirinya terhadap dijatuhkannya sanksi atau
ancaman diberhentikan apabila perilaku tersebut terdeteksi. Lebih lanjut, individu yang berniat meninggalkan perusahaan dapat dianggap tidak begitu peduli dengan
dampak perilaku disfungsional audit terhadap penilaian kerja dan promosi. Jadi, auditor yang memiliki turnover intention lebih tinggi akan menerima perilaku
disfungsional audit. Penelitian Basudewa et al. 2015, Maryanti 2005 dan Irawati 2005
membuktikan bahwa turnover intention memiliki pengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit. Sedangkan Harini et al. 2010 menolak pernyataan
tersebut karena auditor muda cenderung masih memiliki tingkat idealisme yang tinggi. Hasil yang tidak konsisten pada penelitian-penelitian sebelumnya
mendorong peneliti untuk menguji kembali hipotesis tersebut.
2.3.4 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Perilaku Disfungsional
Audit.
Komitmen organisasi merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan pada organisasi tempat mereka bekerja. Sehingga anggota organisasi
dapat mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Komitmen organisasi menunjukkan adanya
kemauan untuk berpihak dan terlibat dalam organisasi, keinginan untuk berusaha sekuat tenaga untuk organisasi, termasuk juga keinginan untuk bertahan dalam
organisasi merupakan orientasi individu terhadap organisasi dalam hal loyalitas, identifikasi dan keterlibatan Setiawan dan Ghozali, 2006:193 .
Seorang auditor menunjukkan komitmen yang dimilikinya dengan cara kerja yang gigih walaupun dibawah tekanan sekalipun. Tidak adanya komitmen
organisasi berpengaruh tinggi terhadap perilaku disfungsional audit. Dengan demikian dalam penelitian ini diprediksiskan bahwa auditor dengan komitmen
organisasi yang tinggi, akan cenderung menghindari perilaku yang tidak etis jika berhadapan dengan tekanan yang dilakukan oleh klien dibandingkan dengan
auditor yang memiliki komitmen organisasi rendah akan cenderung menerima perilaku disfungsional audit.
Aisyah et al., 2014 dan Basudewa dan Merkusiwati 2015 telah melakukan penelitian tentang hubungan komitmen organisasi dengan perilaku
disfungsional audit yang menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan. Sedangkan hasil penelitian Maryanti 2005 menyatakan bahwa komitmen
organisasi berhubungan positif dan signifikan dengan perilaku disfungsional audit, dimana bahwa dysfunctional audit behavior tidak dianggap sebagai perilaku
yang disfungsional yang merugikan melainkan dianggap sebagai alat untuk menunjukan komitmen seorang auditor pada organisasinya dan merupakan alat
yang potensial untuk mendapatkan promosi.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
2.4 Hipotesis Penelitian