penelitian ini belum memiliki pengalaman kerja yang memadai. Pengalaman kerja dalam melaksanakan pekerjaan audit melaksanakan prosedur audit sangat
menentukan tingkat kemahiran auditor dalam pelaksanaan pekerjaannya. Auditor yang memiliki masa kerja yang cukup lama akan lebih mahir dalam melaksanakan
pekerjaan dan lebih bisa dalam menghadapi tekanan pekerjaan audit yang berat serta menguras tenaga dan pikiran. Termasuk tekanan waktu untuk sesegera
mungkin menyelesaikan pekerjaannya.
2. Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi variabel penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan masing- masing variabel penelitian sehingga lebih mudah dipahami melalui hasil
penggambaran data penelitian yang terdiri dari variabel perilaku disfungsional audit, locus of control eksternal, turnover intention, dan komitmen organisasi.
a. Deskripsi Variabel Perilaku Disfungsional Audit
Berdasarkan jawaban responden, maka hasil analisis deskripsi untuk variabel Perilaku Disfungsional Audit disajikan dalam Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Perilaku Disfungsional Audit
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Y
62 10,00
32,00 18,50
5,32 Valid N listwise
62
Sumber: Data Primer diolah, 2016 Berdasarkan hasil perhitungan statistik secara deskriptif pada Tabel 4.6
menggambarkan bahwa nilai tertinggi dari Perilaku Disfungsional Audit adalah
32 dari 62 jumlah sampel. Sedangkan nilai terendah adalah 10. Rata-rata nilai dari perilaku disfungsional audit adalah 18,50 dan standar deviasinya sebesar 5,32.
Dibawah ini menyajikan frekuensi responden terhadap variabel perilaku disfungsional audit auditor secara keseluruhan yang dapat dilihat dalam Tabel 4.7
berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Disfungsional Audit
No Interval Skor F
Kategori Rata-rata
skor
1 10
– 18 35
56,45 Sangat jarang dilakukan
18,50
2 19
– 27 24
38,71 Jarang dilakukan 3
28 – 36
3 4,84 Kadang-kadang dilakukan
4 37
– 45 0,00 Sering dilakukan
5 46
– 54 0,00 Sangat sering dilakukan
TOTAL 62 100,00
Kategori Sangat
jarang dilakukan
Sumber: Data Primer diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 4.7 menyajikan data seberapa sering responden
melakukan perilaku disfungsional audit dilihat dari total skor jawaban responden. Dari 62 responden sebanyak 35 56,45 responden menjawab pertanyaan untuk
variabel perilaku disfungsional audit dengan jumlah skor berkisar antara 10 sampai dengan 18 yang termasuk dalam kriteria sangat jarang dilakukan.
Sementara itu, sebanyak 24 38,71 responden menjawab pertanyaan dengan jumlah skor berkisar antara 19 sampai dengan 27 yang termasuk dalam kriteria
jarang dilakukan. Sedangkan sisanya sebanyak 3 4,84 responden menjawab pertanyaan dengan jumlah skor berkisar 28 sampai dengan 36 yang termasuk
dalam kriteria kadang-kadang dilakukan. Sehingga dapat diketahui bahwa
sebanyak 95,16 dari total keseluruhan dengan kriteria jarang sampai sangat jarang melakukan perilaku disfungsional audit dan hanya sebanyak 4,84
responden yang kadang-kadang melakukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku disfungsional audit pada Kantor Akuntan Publik di kota Semarang
sangat jarang dilakukan oleh auditor. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya hampir seluruh
auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang sangat taat pada prosedur dan aturan yang berlaku karena sebagian besar dari auditor tidak setuju untuk
melakukan bentuk-bentuk manipulasi, kecurangan, dan penyimpangan. Artinya, auditor sangat menjaga kualitas hasil audit yang dilakukannya sehingga kualitas
hasil auditnya dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi dalam kenyataan dilapangan masih ada 6 9,68 responden auditor yang kadang-kadang
melakukan tindakan perilaku disfungsional audit. Dimana perilaku disfungsional audit merupakan perilaku yang negatif dan menyimpang sehingga tidak bisa
dibenarkan dengan alasan apapun. Kantor Akuntan Publik yang menjadi tempat auditor bekerja perlu melakukan antisipasi dan melakukan pencegahan untuk
dapat menekan dan mencegah terjadinya perilaku disfungsional audit.
b. Deskripsi Variabel