105
Karena keempat temuan yang terdapat di elemen 8 memang belum dilakukan ketika itu, maka peneliti beranggapan tidak ada kelemahan
dalam metode pelaksanaannya. Berdasarkan uraian di atas, penyebab rendahnya elemen 8: komunikasi di
proyek X PT. Z tahun 2014 yang dianalisis menggunakan diagram tulang
ikan terdapat pada Gambar 5.11.
Gambar 5.11 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 8: Komunikasi pada Proyek X PT. Z Tahun 2014
5. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 9: Tanggap Darurat
Berdasarkan telaah dokumen dari hasil laporan HSE Internal Control di proyek X PT. Z pada April 2014, diketahui bahwa terdapat satu temuan yang
menyebabkan rendahnya nilai pemenuhan di elemen 9: tanggap darurat. Yaitu belum pernah dilakukannya emergency drill di area proyek. Berikut ini
Penyebab Rendahnya Elemen
8: Komunikasi Manusia
Manajemen site tidak dapat melaksanakan SMK3LL
PT. Z dengan baik
Manajemen site tidak disiplin dalam mengikuti
peraturan PT. Z Kontrak kerja
dibawah PT. ABC
Material
Tidak adanya bendera K3 papan statistik
kecelakaan Infrastruktur kantor
di site belum siap
106
adalah penjelasan masing-masing unsur manajemen pada pemenuhan elemen 9: tanggap darurat.
a.
Manusia
Unsur manusia merupakan sumber daya manusia yang terlibat, meliputi jumlah pekerja dan kemampuan manajemen site dalam
melaksanakan pemenuhan SMK3LL PT. Z di site untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kecukupan jumlah pekerja pada proyek X PT. Z tahun 2014
diketahui tidak memiliki kelemahan. Sama seperti hasil pada elemen 1, 2, 4 dan 8 diketahui berdasarkan wawancara, bahwa jumlah pekerja
yang ada di proyek X PT. Z tahun 2014 telah tersedia. Namun, jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kemampuan pekerja atau
kemampuan manajemen site dalam melaksanakan pemenuhan elemen 9: tanggap darurat, masih terdapat kelemahan. Berdasarkan telaah
dokumen dari laporan bulanan proyek X pada periode April 2014, diketahui bahwa emergency drill belum pernah dilakukan di proyek X.
Hal itu terlihat dari kosongnya tabel implementasi sistem manajemen K3
pada baris „emergency response plan‟ seperti yang ada pada
Gambar 5.12 berikut:
107 Sumber: HSE Monthly Report Proyek X April 2014
PT. Z, 2014d
Gambar 5.12 Belum Dilakukannya Emergency Drill di Proyek X
Temuan pada elemen 9 berupa belum pernah dilakukannya emergency drill disebabkan karena ketidaktahuan manajemen site
untuk melakukan emergency drill sendiri di area proyek. Berikut
kutipannya:
“Jadi, menurut mereka, alasannya mereka ya waktu itu, mereka akan melakukan emergency drill bersama-sama
dengan PT.ABC, jadi mereka ngga melakukan itu. PT.ABC- lah yang mengkomando mereka melakukan itu. Karna
menurut mereka, emergency commander nya adalah, PT.ABC
.”- IP1
Menurut IP1, mereka mengetahui tetapi tidak mau melakukan emergency drill sendiri karena mereka merasa bagian dari PT.ABC.
Berikut kutipan wawancara kepada IP1:
“Mereka pasti tau itu, cuman yaa itu tadi. Karna emang mereka merasa bagian dari PT.ABC. Gitu aja sih. Menurut
saya”- IP1
Menurut IK, pentingnya melakukan emergency drill di site adalah sebagai
bentuk kepatuhan,
bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran diri akan K3 serta meningkatkan
108
keterampilan karyawan jika menghadapi keadaan darurat. Hal itu disampaikan oleh IK dalam kutipan wawancara sebagai berikut:
“Pertama, itu sebagai pematuhan peraturan perundang- undangan, karna di undang-undang dikatakan bahwa minimal
pelatihan evakuasi itu dilakukan satu kali di dalam setahun. Yang kedua, kita bisa memberikan kesadaran kepada karyawan
dan pengetahuan, memberikan keterampilan bagaimana caranya menyikapi atau menangani jika terjadi kondisi darurat
di site. Sehingga mereka akan lebih aware gitu, apa yang harus mereka lakukan pada saat terjadi keadaan darurat”- IK
Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kecukupan jumlah pekerja pada proyek X PT. Z
tahun 2014 diketahui tidak memiliki kelemahan. Namun, jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kemampuan manajemen site dalam
melaksanakan pemenuhan elemen 9: tanggap darurat, masih terdapat kelemahan, yaitu ketidaktahuan manajemen site untuk melakukan
emergency drill sendiri di area proyek dan karena manajemen site ketika itu merasa bahwa mereka merupakan bagian dari PT. ABC.
b.
Anggaran Dana
Anggaran dana merupakan modal organisasi perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya yang harus tersedia setiap saat.
Jika ditinjau dari unsur uang mengenai kecukupan anggaran dana dalam
melaksanakan pemenuhan elemen 9: tanggap darurat pada proyek X PT. Z tahun 2014 diketahui tidak memiliki kelemahan. Sama seperti
hasil pada elemen 1, 2, 4 dan 8 diketahui berdasarkan wawancara, bahwa anggaran dana yang ada di proyek X PT. Z tahun 2014 telah
109
tersedia dan tidak menjadi penyebab dari rendahnya pemenuhan elemen 9: tanggap darurat.
c.
Material
Unsur material merupakan ketersediaan inventaris kantor atau material penunjang lainnya yang ada di perusahaan yang dibutuhkan
untuk menjalankan aktivitas organisasi. Jika ditinjau dari unsur material mengenai ketersediaan inventaris kantor yang ada di proyek
X PT. Z tahun 2014 dalam melaksanakan pemenuhan elemen 9: tanggap darurat diketahui tidak memiliki kelemahan. Namun jika
ditinjau dari unsur material mengenai ketersediaan material penunjang lainnya dalam melaksanakan pemenuhan elemen 9: tanggap darurat
diketahui memiliki kelemahan. Yaitu ketidaktersediaan perlengkapan emergency di area proyek X. Menurut IU1, perlengkapan emergency
di area proyek X tidak memadai. Hal itu disebabkan karena mereka menginduk ke PT.ABC dalam hal perlengkapan emergency.
“Ngga ada, ngga ada. Ambulans aja kaga ada”- IU1 “Karna ngikut PT.ABC”- IU1
Menurut IK, perlengkapan emergency drill yang minimal harus tersedia di site mencakup P3K, APAR, Hydrant, dan sebagainya.
Berikut kutipan wawancaranya:
“Perlengkapan emergency drill? Perlengkapan safety udah jelas, P3K, APAR, Hydrant, segalam macem, kemudian fire
alarm, sistemnya harus ada, harus jelas, gitu sih pokoknya peralatan safety nya harus ada, minimal”- IK
110
Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur material berupa ketersediaan inventaris kantor di site yang digunakan
dalam melaksanakan pemenuhan elemen 9 tidak terdapat kelemahan. Namun, jika ditinjau dari unsur material mengenai ketersediaan
material penunjang lainnya dalam melaksanakan pemenuhan elemen 9 diketahui memiliki kelemahan, yaitu ketidaktersediaan perlengkapan
emergency di area proyek X. Hal tersebut dikarenakan manajemen site bergantung ke PT. ABC dalam hal perlengkapan emergency.
d.
Metode
Unsur metode merupakan cara pelaksanaan yang dilakukan dalam menjalankan elemen 9: tanggap darurat di site, apakah sesuai dengan
peraturan SMK3LL PT. Z atau tidak. Jika ditinjau dari unsur metode
pelaksanaan manajemen site dalam melakukan pemenuhan elemen 9 pada proyek X PT. Z tahun 2014 diketahui memiliki kelemahan.
Berdasarkan wawancara kepada IU1, temuan di elemen 9 berupa belum pernah dilakukannya emergency drill di area proyek
disebabkan karena adanya kelemahan pada unsur metode, yaitu manajemen site ketika itu mengikuti jadwal pelaksanaan emergency
drill PT.ABC. Berikut kutipan wawancara kepada IU1:
“Ya karna.. taunya mereka ngikutin schedule PT. ABC”-IU1
Sejalan dengan pernyataan tersebut, hal yang sama juga dikatakan oleh IU2, ia mengakui bahwa manajemen site ketika itu memang lebih
mengacu kepada peraturan client PT. ABC. Berdasarkan peraturan
111
PT. ABC, diketahui bahwa emergency drill baru akan dilaksanakan pada Oktober 2014. Berikut kutipan wawancara kepada IU2:
“Jadi emergency drill yang diminta sama client, terus terang waktu itu kan kita mengacunya ke client, client itu kontrak kita
satu kali dalam satu tahun. Jadi emergency waktu itu kita rencanakan di bulan Oktober. Jadi emergency drill ditentukan
di bulan Oktober waktu itu”- IU2
Menurut IK, pelaksanaan emergency drill yang baik ialah dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Berikut kutipan
wawancaranya:
“Cara pelaksanaan emergency drill yang baik yaa ikuti prosedur yang ada, buat..ada timnya, kemudian skenarionya
jelas mau apa, kemudian pelaksanaannya gimana, pokoknya sesuai sama prosedurnya”- IK
Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur metode pelaksanaan yang digunakan dalam melaksanakan pemenuhan
elemen 9 terdapat kelemahan, yaitu manajemen site bergantung dan mengacu kepada jadwal pelaksanaan emergency milik client PT.
ABC. Berdasarkan uraian di atas, penyebab rendahnya elemen 9: tanggap darurat
di proyek X PT. Z tahun 2014 yang dianalisis menggunakan diagram tulang
ikan terdapat pada Gambar 5.13.
112
Gambar 5.13 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 9: Tanggap Darurat pada Proyek X PT. Z Tahun 2014
Berdasarkan pemaparan hasil diatas, diketahui bahwa pemenuhan HSE Internal Control pada proyek X PT. Z tahun 2014 belum memenuhi
persyaratan ketiga belas elemen SMK3LL PT. Z seperti yang tercantum pada Corporate Policy 8000-PL-01 sehingga mengakibatkan rendahnya nilai
HSE Internal Control pada proyek tersebut. Berdasarkan laporan hasil HSE Internal Control pada proyek X PT. Z tahun 2014, diketahui terdapat lima
elemen yang memiliki nilai pemenuhan yang rendah. Yaitu elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan; elemen 2: kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan; elemen 4: manajemen subkontraktor; elemen 8: komunikasi dan elemen 9: tanggap darurat.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa unsur dana telah tersedia dan tidak menjadi penyebab rendahnya nilai HSE Internal Control pada
proyek X PT. Z tahun 2014. Rendahnya nilai HSE Internal Control pada
Penyebab Rendahnya Elemen
9: Tanggap Darurat Manusia