90
Berdasarkan uraian di atas, penyebab rendahnya elemen 2: kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di proyek X PT. Z tahun 2014 yang
dianalisis menggunakan diagram tulang ikan terdapat pada Gambar 5.7.
Gambar 5.7 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 2: Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan pada Proyek X PT. Z Tahun 2014
3. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 4: Manajemen Subkontraktor
Berdasarkan telaah dokumen dari hasil laporan HSE Internal Control di proyek X PT. Z pada April 2014, diketahui bahwa terdapat satu temuan yang
menyebabkan rendahnya nilai pemenuhan di elemen 4: manajemen subkontraktor. Yaitu belum berjalannya penilaian Contractor Safety
Management System CSMS terhadap subkontraktor. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing unsur manajemen pada pemenuhan elemen 4:
manajemen subkontraktor.
Penyebab Rendahnya Elemen 2: kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan
Metode
Pihak site tidak mendapat sosialisasi tentang sistem
pendokumentasian PT. Z Lemahnya komunikasi
koordinasi antara HO site
Kurangnya kompetensi
manajemen site
Tidak dapat melaksanakan pemenuhan pada elemen 2
Manusia
Kesalahan acuan peraturan
91
a.
Manusia
Unsur manusia merupakan sumber daya manusia yang terlibat, meliputi jumlah pekerja dan kemampuan manajemen site dalam
melaksanakan pemenuhan SMK3LL PT. Z di site untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kecukupan jumlah pekerja pada proyek X PT. Z tahun 2014
diketahui tidak memiliki kelemahan. Sama seperti hasil pada elemen 1 dan 2, diketahui berdasarkan wawancara, bahwa jumlah pekerja yang
ada di proyek X PT. Z tahun 2014 telah tersedia dan tidak menjadi penyebab dari rendahnya pemenuhan elemen 4: manajemen
subkontraktor. Begitupula jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kemampuan manajemen site dalam melaksanakan pemenuhan elemen
4: manajemen subkontraktor, juga tidak terdapat kelemahan.
b.
Anggaran Dana
Anggaran dana merupakan modal organisasi perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya yang harus tersedia setiap saat.
Jika ditinjau dari unsur uang mengenai kecukupan anggaran dana dalam
melaksanakan pemenuhan elemen 4: manajemen subkontraktor pada proyek X PT. Z tahun 2014 diketahui tidak menjadi penyebab
rendahnya pemenuhan pada elemen 4. Sama seperti hasil pada elemen 1 dan 2 diketahui berdasarkan wawancara, bahwa anggaran dana yang
ada di proyek X PT. Z tahun 2014 telah tersedia.
92
c.
Material
Unsur material merupakan ketersediaan inventaris kantor atau material penunjang lainnya yang ada di perusahaan yang dibutuhkan
untuk menjalankan aktivitas organisasi. Jika ditinjau dari unsur material mengenai ketersediaan inventaris kantor tidak menjadi
penyebab rendahnya pemenuhan elemen 4: manajemen subkontraktor. Berdasarkan wawancara, diketahui bahwa peralatan material yang
ada di proyek X telah telah memadai untuk melaksanakan kegiatan di site dan dalam melakukan pemenuhan elemen 4: manajemen
subkontraktor. Hal ini diketahui berdasarkan kutipan wawancara kepada IU2 dan IP1 ketika ditanyakan mengenai ketersediaan
perlengkapan seperti inventaris kantor dan material penunjang lainnya yang ada di site sebagai berikut:
“Sudah, sudah ada”- IU2 “Hmm...nggak ada masalah kalo PT. Z sendiri”- IP1
Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur material berupa ketersediaan inventaris kantor di site yang digunakan
dalam melaksanakan pemenuhan elemen 4 tidak terdapat kelemahan dan telah tersedia.
d.
Metode
Unsur metode merupakan cara pelaksanaan yang dilakukan dalam menjalankan elemen 4: maanjemen subkontraktor di site, apakah
sesuai dengan peraturan SMK3LL PT. Z atau tidak. Jika ditinjau dari
93
unsur metode pelaksanaan manajemen site dalam melakukan pemenuhan elemen 4 pada proyek X PT. Z tahun 2014 diketahui
memiliki kelemahan. Temuan di elemen 4 berupa belum berjalannya penilaian Contractor Safety Management System CSMS dalam
pemilihan subkontraktor disebabkan karena adanya kelemahan pada unsur metode, yaitu manajemen site proyek X melakukan pengadaan
subkontraktor langsung di site. Padahal, jika mengacu kepada peraturan Corporate Policy PT. Z nomor 8000-PL-01, subkontraktor
yang akan mengikuti tender harus sudah lulus program CSMS. Melalui CSMS, subkontraktor harus memenuhi persyaratan K3LL PT.
Z yang tertuang dalam dokumen HSE Minimum Requirements. Dokumen HSE Minimum Requirements adalah dokumen yang
mencakup seluruh persyaratan HSE yang harus dipenuhi dalam melaksanakan proyek-proyek yang ada di PT. Z.
Berdasarkan wawancara kepada IP2, memang di proyek X tersebut terdapat masalah dalam hal CSMS. Berikut adalah kutipannya:
“Ya ada masalah, masalah CSMS, masalah prosedur..”- IP2 “Iya. Pemilihan subkontraktor, ribet pokoknya semuanya itu.”-
IP2
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan IP1 yang mengatakan bahwa masalah pengadaan subkontraktor terjadi karena manajemen
site ketika itu langsung melakukan pengadaan di site. Berikut kutipannya:
“Kalo subkon disini memang kan harusnya pengadaannya, semua proses pengadaan di PT.Z harus dimulai dari pendaftaran
subkon di PT.Z, di HO sini home office. Nah untuk yang ini
94 keliatannya ada yang salah. Mereka langsung melakukan
pengadaan di lapangan. Akibatnya tidak terkontrol. Jadi..kenapa kemudian CSMS nya lewat? Karna emang subkonnya subkon
yang tidak terkontrol”- IP1
Menurut IU1 dan IU2, manajemen site ketika itu menjalankan CSMS dengan nama yang berbeda yang mengacu kepada peraturan
PT. ABC. Kelemahan terdapat pada unsur metode yaitu manajemen site melakukan pengadaan subkontraktor di lapangan tidak
berdasarkan peraturan PT. Z melainkan mengacu kepada peraturan PT. ABC. Sehingga ketika dilakukan audit pada tahun 2014, hal
tersebut menjadi temuan karena subkontraktor yang bekerja di proyek X tidak terdata di home office PT. Z. Berikut kutipannya:
“CSMS itu nama modulnya PT. Z. Client menyeleksi subkontraktor, PT. Z menyeleksi subkontraktor, namanya tahap
Pre-Kualifikasi subkontraktor. Itu disebut dengan CSMS. Sedangkan
PT. ABC
untuk melakukan
Pre-Kualifikasi subkontraktor dengan menggunakan CSHEM.
”- IU1 “PT. ABC sendiri punya penilaian terhadap kontraktor yang
dibawahnya itu yang namanya CSHEM ”- IU2
Berdasarkan telaah dokumen, subkontraktor yang bekerja di proyek X tidak terdata dalam laporan bulanan proyek X. Hal itu
terbukti dengan kosongnya tabel „Hubungan PT. Z dengan
Subkontraktor‟ seperti berikut Gambar 5.8:
95 Sumber: HSE Monthly Report Proyek X April 2014
PT. Z, 2014d
Gambar 5.8 Subkontraktor Tidak Terdata Pada Laporan Bulanan Proyek X
Menurut IK, cara me-manage subkontraktor yang baik ialah dengan mengikuti prosedur yang sudah ditentukan oleh perusahaan
yang bersangkutan. Yaitu dengan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan, ikuti alur dan prosesnya. Berikut kutipan wawancaranya:
“Ya itu ikutin aja prosedurnya, kaya CSMS kan..mulai dari..kualifikasi, terus seleksi, gitu”- IK
Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur metode pelaksanaan meliputi cara manajemen site dalam me-manage
subkontraktor pada pemenuhan elemen 4 di proyek X masih terdapat kelemahan yaitu manajemen site proyek X langsung melakukan
pengadaan subkontraktor di site dan manajemen site ketika itu menjalankan CSMS dengan nama yang berbeda, mengacu kepada
peraturan PT.ABC.
96
Berdasarkan uraian di atas, penyebab rendahnya elemen 4: manajemen subkontraktor di proyek X PT. Z tahun 2014 yang dianalisis menggunakan
diagram tulang ikan terdapat pada Gambar 5.9.
Gambar 5.9 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 4: Manajemen Subkontraktor pada Proyek X PT. Z Tahun 2014
4. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 8: Komunikasi