Diagram Tulang Ikan Fishbone Kerangka Teori

23 1. Penetapan Termasuk di dalamnya ialah menetapkan lokasi yang akan di audit, ruang lingkup, jadwal serta pemberitahuan kepada pengawas yang akan diaudit sehingga mereka dapat melakukan persiapan seperlunya. 2. Memeriksa perlengkapan audit yang diperlukan seperti komputer, printer, alat tulis. 3. Presentasi pembukaan Yakni melakukan pertmuan dengan pihak yang akan diaudit untuk memperkenalkan tim audit, serta maksud dan tujuan audit. Dalam kesempatan ini, pihak yang akan diaudit dapat menjelaskan kondisi tempat serta fasilitasnya, serta hasil audit yang pernah dilakukan sebelumnya. 4. Koordinasi tim audit Anggota tim audit melakukan koordinasi internal dengan seluruh anggota tim audit, rencana wawancara dan pihak-pihak atau pekerja yang akan diwawancarai.

C. Diagram Tulang Ikan Fishbone

Disebut diagram fishbone karena diagram ini bentuknya menyerupai kerangka tulang ikan yang bagian-bagiannya meliputi kepala, sirip dan duri Asmoko, 2013. Pembuatan diagram ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah atau penyimpangan Kuswadi dan Mutiara, 2004. Menurut Scarvada 2004, konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip 24 dan durinya. Hal pertama yang dilakukan ketika membuat diagram tulang ikan ialah menggolongkan permasalahan menjadi beberapa golongan besar. Kemudian penjabaran selanjutnya yang lebih terperinci dapat dibuat dengan mengajukan pertanyaan “mengapa” secara terus-menerus. Garis besar faktor-faktor penyebab yang dimaksud terbagi atas Kuswadi dan Mutiara, 2004: 1. Manusia Man 2. Bahan Material 3. Alat Machine 4. Cara Method Gambar 2.2 Diagram tulang ikan Fishbone

D. Unsur-unsur Manajemen

Menurut Mooney James D dalam Herujito 2001, unsur-unsur manajemen terdiri dari manusia, fasilitas dan metode. Mooney James D memasukkan unsur uang, material dan mesin ke dalam istilah fasilitas. Masalah Manusia Man Bahan Material Cara Method Alat Machine 25

1. Manusia

Manusia adalah orang-orang SDM yang terlibat, melakukan aktivitas dan yang menggerakkan orang lain lagi dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Naja, 2004. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 SDM dapat berupa tenaga kerja, pekerja buruh dan pengusaha. Berikut penjelasannya PP 50, 2012: a. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat b. Pekerja buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, sedangkan c. Pengusaha adalah orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan perusahaan milik sendiri

2. Fasilitas

Dalam fasilitas terdiri dari uang, material, dan mesin. a. Uang Anggaran dana adalah modal organisasi perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya yang harus tersedia setiap saat Naja, 2004. b. Material Material adalah bahan atau informasi manajemen yang setiap saat tersedia, baik dari feedback maupun sebagai akibat dari aktivitas organisasi perusahaan yang dibutuhkan oleh orang-orang yang ada di dalam organisasi perusahaan yang dibutuhkan oleh orang-orang yang ada di dalam organisasi perusahaan tersebut guna menjalankan roda organisasi secara berkesinambungan Naja, 2004. 26 c. Mesin Mesin adalah peralatan dalam arti luas yang ada dipergunakan baik oleh organisasi perusahaan maupun oleh orang-orang yang ada di dalam perusahaan tersebut untuk memperlancar atau memudahkan upaya pencapaian tujuan Naja,

2004. 3.

Metode Metode adalah cara kerja atau sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk setiap unit atau subsistem dalam organisasi perusahaan agar terjadi stabilitas dan keteraturan dalam menjalankan aktivitas di setiap elemen pendukung berfungsinya manajemen dalam menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan Naja, 2004. 27

E. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan literatur, diketahui bahwa penerapan SMK3 adalah wajib di setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih, dan atau mengandung potensi bahaya berdasarkan karakteristik proses atau bahan produksi. Penerapan SMK3 di suatu perusahaan berperan sebagai upaya pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif PP 50, 2012. SMK3 merupakan proses peninjauan efektivitas dari keseluruhan proses manajemen. Menurut Peraturan Pemerintah PP Nomor 50 tahun 2012, penerapan SMK3 meliputi 5 aspek, yaitu: a Penetapan kebijakan K3, b Perencanaan K3, c Pelaksanaan K3, d Pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan e Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Adapun penerapan dari kelima aspek SMK3 diperinci ke dalam elemen-elemen sesuai dengan kebijakan masing-masing perusahaan yang menerapkannya. Menurut kebijakan PT.Z yang diatur dalam dokumen nomor 8000-PL-01, elemen-elemen SMK3 PT. Z terdiri dari 13 elemen, yaitu: Elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan; Elemen 2: kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; Elemen 3: pelatihan; Elemen 4: manajemen subkontraktor; Elemen 5: HSE dalam desain, konstruksi dan komisioning; Elemen 6: manajemen perubahan; Elemen 7: inspeksi; Elemen 8: komunikasi; Elemen 9: tanggap darurat; Elemen 10: penyelidikan kecelakaan; Elemen 11: dokumentasi; Elemen 12: evaluasi; dan Elemen 13: reward punishment. Penyebab rendahnya nilai HSE Internal Control proyek X PT. Z tahun 2014 dianalisis dengan diagram tulang ikan, yang kemudian akan dicari unsur-unsusr penyebabnya menggunakan unsur manajemen yang terdiri dari manusia, uang, material, metode dan mesin. Sehingga kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: 28 Sumber: Scarvada 2004, Naja 2004, dan PT.Z 2014c Gambar 2.3 Kerangka Teori Rendahnya nilai HSE Internal Control pada Proyek X PT. Z Tahun 2014 1:Kebijakan dan kepemimpinan 2: Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan 3: Pelatihan 4: Manajemen subkontraktor 5: HSE dalam desain, konsturksi dan komisioning 6: Manajemen perubahan 7: Inspeksi 8: Komunikasi 9: Tanggap darurat 10: Penyelidikan kecelakaan 11:Dokumentasi 12: Evaluasi 13: Reward punishment Manusia Dana Metode Mesin Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Material Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia 29

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab rendahnya nilai HSE Internal Control pada proyek X PT. Z Tahun 2014. Hal tersebut didasari oleh hasil laporan kegiatan audit internal K3 HSE Internal Control yang dilakukan oleh PT. Z pada tanggal 10-11 April 2014. Dari hasil laporan tersebut didapatkan bahwa nilai HSE Internal Control pada proyek X masih dibawah standar minimal yang ditetapkan 69,86. Terdapat 5 elemen SMK3 yang memiliki nilai pemenuhan yang rendah, yaitu elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan; elemen 2: kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan; elemen4: manajemen subkontraktor; elemen 8: komunikasi; dan elemen 9: tanggap darurat. Kelima elemen yang pemenuhannya rendah tersebut akan dianalisis menggunakan diagram tulang ikan fishbone dengan unsur manajemen yang terdiri dari: manusia, anggaran dana, material dan metode. Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut: