21
B. Variabel Penelitian
1. Audit judgement
Dalam penetapan opini, audit judgement berperan sangat penting. Audit judgement merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor
dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat auditor atas laporan keuangan suatu entitas.
Dimana audit judgement diperlukan pada saat berhadapan dengan ketidakpastian dan keterbatasan informasi maupun data yang didapat, dimana
pemeriksa dituntut untuk bisa membuat asumsi yang bisa digunakan untuk membuat judgement dan mengevaluasi judgement. Dalam hal ini, sebagaimana
judgement dalam audit digunakan untuk menentukan risiko audit, penentuan jumlah bukti dan pemilihan bukti. Cara pandang pemeriksa dalam menanggapi
informasi berhubungan dengan tanggung jawab dan risiko audit yang akan dihadapi oleh auditor sehubungan dengan judgement yang dibuatnya Jamilah
dkk dalam Margaret, 2014. Standar Profesi Akuntan Publik SPAP pada seksi 341 juga menyebutkan
bahwa audit judgement atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada tidaknya
kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu
tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan. Pertimbangan utama dalam keputusan adalah etika, walaupun seringkali
melibatkan berbagai macam konflik kepentingan. Judgement akuntan profesional dapat dirusak oleh konflik kepentingan. Terdapat dua konflik
22
kepentingan, yaitu real conflict dan latent conflict. Real conflict adalah konflik yang mempunyai pengaruh pada masalah judgement yang ada, sedangkan
latent conflict adalah konflik yang bisa mempengaruhi judgement di masa mendatang. Contoh konflik yang kedua bisa terjadi pada auditor yang
penghasilannya didominasi oleh satu klien yang besar. Meskipun pada saat itu kondisi tersebut tidak menyulitkan, tetapi suatu waktu bisa terjadi diperlukan
adanya penyesuaian negatif terhadap laba. Klien dalam kondisi tersebut dapat menolak penyesuaian ini dengan mengancam akan pindah ke auditor lain
Muawanah 2001, dalam Sabaruddinsah 2007. Sedangkan menurut ISA 200 profesional judgement adalah penerapan
pengetahuan dan pengalaman yang relevan, dalam konteks auditing accounting dan standard etika, untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi atau
keadaan selama berlangsungnya penugasan audit, dan kualitas pribadi, yang berarti bahwa judgement berbeda di antara auditor yang berpengalaman tetapi
pelatihan dan pengalaman dimaksudkan untuk mendorong konsistensi dalam judgement.
Puspitasari 2010 dalam Rizkiyana 2013 menjelaskan judgement sebagai perilaku paling berpengaruh dalam mempersiapkan situasi, di mana
faktor utama yang mempengaruhinya adalah materialitas dan apa yang diyakini sebagai kebenaran, sebagaimana paparan berikut:
1 Materialitas Dalam auditing materialitas sangat penting sigifikan dan esensial tapi
dalam konsepnya tidak terdapat aturan pengukurannya sehingga
23
tergantung pada pertimbangan auditor Mutmainah, 2006 dalam Rizkiyana 2013.
2 The Faith Syndrome Satu persepsi kondisi yang dapat mengarah pada berubahnya perilaku
auditor yaitu halo effect, Efek yang positif tapi terkadang merupakan persepsi yang keliru tentang orang lain Mutmainah, 2006 dalam
Rizkiyana, 2013. Simpulan audit biasanya didasarkan pada siapa yang telah melakukan pekeerjaan audit sebelumnya. Jika auditor memiliki
keyakinan tentang orang tersebut halo effect diterapkan pada auditor lama dan pekerjaan mereka. Judgement audit cenderung dipengaruhi
oleh persepsi aktivitas sebelumnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa audit judgement merupakan suatu pertimbangan yang dilakukan oleh para akuntan
publik ketika akan menerima perikatan, membuat perencanaan audit, serta sebelum mengeluarkan suatu opini terhadap laporan keuangan perusahaan,
dimana judgement dari akuntan publik ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara teknis seperti teknis seperti pembatasan lingkup dan waktu audit,
maupun faktor non-teknis seperti gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengetahuan, pengalaman, dan sebagainya.
2. Skeptisme