1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan  bisnis  yang  terjadi  saat  ini  menyebabkan  meningkatnya kebutuhan berbagai pihak terhadap laporan keuangan sebagai penyedia informasi
baik untuk pihak internal manajemen maupun pihak eksternal investor, kreditur, pemerintah. Laporan keuangan memiliki banyak fungsi bagi kedua pihak tersebut,
namun secara umum laporan keuangan digunakan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan.  Pihak  internal  dalam  hal  ini  manajemen,  menggunakan  laporan
keuangan  untuk  melihat  perkembangan  perusahaan  dan  pencapaian  usaha  dari seluruh kegiatan perusahaan selama 1 periode, serta mengetahui kendala apa saja
yang  dihadapi  oleh  perusahaan  sehingga  manajemen  dapat  membuat  kebijakan- kebijakan untuk menanggapi kendala tersebut.
Kebutuhan  pihak  eksternal  terhadap  laporan  keuangan  berhubungan  dengan pembiayaan. Sebagai  contohnya salah satu  syarat  yang diberikan oleh perbankan
kepada  calon  debitur  dalam  hal  peminjaman  uang,  pihak  bank  mengharuskan pemohon  calon  debitur  memiliki  laporan  keuangan  yang  telah  diaudit  oleh
akuntan  publik.  Dalam  hal  ini  laporan  keuangan  berfungsi  sebagai  bahan pertimbangan  dalam  pengambilan  suatu  keputusan  untuk  mengetahui  apakah
perusahaan tersebut layak untuk mendapatkan kredit atau tidak. Begitupun  apabila  ada  perusahaan  yang  ingin  go  public,  untuk  mendapatkan
suntikan dana yang berasal dari penjualan saham dan menjadi perusahaan terbuka yang kepemilikan perusahaannya bebas atau dapat dimiliki oleh semua kalangan
2
asalkan mereka membeli saham perusahaan tersebut, salah satu syaratnya yaitu memiliki  laporan  keuangan  yang  telah  diaudit  oleh  akuntan  publik  sebagaimana
yang telah diatur dalam persyaratan pencatatan saham di BEI BEI, 2010.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa laporan keuangan kini telah menjadi konsumsi sehari-hari para pelaku bisnis, dan sebelum dipublish laporan ini
harus  diaudit  oleh  pihak  eksternal  yang  dinilai  paling  independen  yakni  akuntan publik  atau  auditor  ekstenal  untuk  meyakinkan  para  pengguna  bahwa  laporan
keuangan ini andal dan relevan. Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur  dalam  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  5  Tahun  2011  dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17PMK.012008. Peningkatan kebutuhan terhadap audit atas laporan keuangan juga berpengaruh
terhadap tingkat kepercayaan  masyarakat atas profesi auditor. Auditor dipandang sebagai pihak yang paling independen dan objektif dalam menilai laporan tersebut,
terbukti bahwa seorang manajemen perusahaan tidak dapat meyakinkan keandalan laporan  keuangan  tehadap  pihak  luar  perusahaan  tanpa  jasa  auditor.  Namun
kenyataannya dilihat dari banyaknya skandal yang melibatkan akuntan publik saat ini  mencerminkan  independensi  dan  objektifitas  seorang  akuntan  publik  masih
dipertanyakan, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik terkadang  menurun.  Sebagaimana  dikutip  dari  Sri  Mulyani  Menteri  Keuangan
periode 2004-2009: Perusahaan melakukan kecurangan dengan membuat laporan keuangan  ganda,  misalnya  memberikan  laporan  keuangan  yang  berbeda  untuk
bank, Bapepam Badan Pengawas Pasar Modal, dan kantor pajak. Beliau juga mengritik akuntan publik yang telah memberikan pendapat terhadap
laporan  keuangan  ganda  tersebut.  Akuntan  publik  itu  telah  ikut  melakukan
3
kecurangan. Karena itu, beliau melihat Undang-Undang Akuntan Publik menjadi poin penting untuk membenahi praktek akuntan dan Kantor-Kantor Akuntan Publik
di  Indonesia.  Anak  ke  tujuh  dari  sepuluh  bersaudara  ini  menegaskan,  tidak  akan membiarkan  praktek  seperti  ini  terus  terjadi.  Karena  itu,  sistem  informasi  di
Bapepam dan Direktorat Jenderal Pajak akan dipertemukan sehingga kecurangan- kecurangan yang dilakukan perusahaan-perusahaan pembayar pajak bisa terlacak.
Kemudian ditambahkan oleh Ketua Badan Pemeriksa Keuangan tahun 2004-2009 Anwar Nasution:
“Tidak  sedikit  dari  mereka  Kantor  Akuntan  Publik  yang  membuat  laporan yang tidak benar. Karena itu, kalau memang kantor itu tidak bisa menyelesaikan
pekerjaannya seperti yang tersebut dalam peraturan, kami minta Menteri Keuangan mencabut izin prakteknya”.
Menurut  beliau,  sudah  ada  beberapa  Kantor  Akuntan  Publik  yang direkomendasikan agar dicabut izinnya. Dia pun pernah mengritik perilaku akuntan
publik.  Dengan  keras  dia  mengatakan  banyak  Kantor  Akuntan  Publik  yang  asal- asalan  membuat  laporan  audit.  Banyak  pekerjaan  Kantor  Akuntan  Publik  yang
hanya sebagai pembenar penyimpangan yang dilakukan kliennya Tempo.co 2006. Skandal  laporan  keuangan  pun  kian  mencuat  di  berbagai  media  sehingga
menjadi  konsumsi  sehari-hari para pencari berita, salah satunya kasus  PT. Kimia Farma  tanggal  31  Desember  2001  ketika  pihak  manajemen  Kimia  Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 miliar dan laporan tersebut diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta  Mustofa HTM. Akan tetapi, Kementerian BUMN
dan Bapepaem menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa.
4
Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali restated, karena telah ditemukan kesalahan yang
cukup  mendasar.  Kesalahan  itu  timbul  pada  unit  industri  bahan  baku  yaitu kesalahan  berupa  overstated  persediaan  sebesar  Rp  8,1  miliar  dan  overstated
penjualan sebesar Rp 10,7 miliar Syahrul, 2002. Namun  dalam  kasus  Kimia  Farma  berdasarkan  penyelidikan  Bapepam,
disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti  standar  audit  yang  berlaku,  namun  gagal  mendeteksi  kecurangan
tersebut. KAP Hans Tuanakotta  Mustofa HTM juga tidak terbukti bekerja sama dengan pihak manajemen dalam melakukan kecurangan tersebut.
Tindak kekeliruan lainnya yang belum lama ini terjadi pada PT. Katarina Utama Tbk RINA pada tahun 2010 yang sudah diberikan peringatan tertulis I oleh pihak
Bursa Efek Indonesia terkait dugaan penyelewengan dana IPO, penggelembungan aset  perseroan  serta  memanipulasi  laporan  keuangan  auditan  tahun  2009.  RINA
memperoleh dana  IPO sebesar Rp 33,6 miliar pada penawaran  Juli 2009 dimana pada kenyatannya tidak  ada realisasi  yang signifikan dalam pembelian peralatan,
modal kerja serta penambahan kantor cabang. Sebelum  melakukan  IPO,  PT.  Katarina  Utama  diduga  telah  mempercantik
laporan  keuangan  tahun  2008.  Dalam  dokumen  laporan  keuangan  2008  ada kenaikan  aset  10  kali  lipat  dan  ekuitas  perseroan  naik  16  kali  lipat.  Dugaan
penyelewengann  tersebut  dipicu  oleh  laporan  keuangan  perseroan  yang menunjukkan  angka-angka  yang  tidak  normal.  Pada  2010  jumlah  aset  terlihat
menyusut drastis sebanyak 74,5 ekuitas pun anjlok 79,1.
5
Menurut Eddy Sugito sang Direktur Penilaian Perusahaan BEI, pihaknya telah berkali-kali memanggil manajemen RINA, terutama Direktur Utamanya yaitu Fazli
bin Zainal Abidin. Dari seluruh manajemen RINA yang ekspatriat asal Malaysia, hanya  tersisa  Diektur  Keuangan  Izzudin  Mahmood  saja  yang  masih  ada  di
Indonesia, sedangkan Fazli dan jajaran direksi  yang lain diduga sudah melarikan diri ke Malaysia Qomariyah, 2006.
Meskipun belum ada pernyataan dari OJK mengenai keterlibatan pihak yang mengaudit laporan keuangan 2008, namun kuat dugaan adanya keterlibatan pihak
auditor.  Hal  ini  karena  hasil  audit  yang  dikeluarkan  KAP  Budiman,  Wawan, Pamudji  dan  Rekan  justru  menyatakan  opini  wajar  padahal  ada  dugaan  laporan
keuangan  tersebut  telah  dimanipulasi.  Keterlibatan  pihak  auditor  semakin  kuat setelah KAP Akhyadi Wadisono melakukan audit atas laporan keuangan 2010 dan
memberikan  opini  disclaimer  karena  tidak  dapat  melakukan  konfirmasi  atas transaksi yang ada.
Dampak dari kasus ini pada 1 September 2010 saham PT. Katarina Utama Tbk Rina  disuspensi  oleh  Bursa  Efek  Indonesia.  Audit  yang  dilakukan  oleh  KAP
Akhyadi  Wadisono  memberikan  opini  disclaimer  selama  tahun  2010  dan  2011. Tanggal  1  Oktober  2012  otoritas  bursa  memberikan  sanksi  administratif  dan
melakukan delisting atas saham Rina. Hingga pada tahun 2012 ketika Bapepam LK telah berubah menjadi OJK kasus
ini belum terselesaikan secara tuntas.  Anggota Dewan Komisioner OJK Nurhaida mengatakan bahwa, “Kasus-kasus yang sedang berjalan akan terus dilanjutkan ke
OJK.  Memang  sebaiknya  kasus-kasus  tersebut  diselesaikan  agar  tidak  terlalu banyak di OJK”. Beliau melanjutkan emiten-emiten yang sedang bermasalah antara
6
lain  PT.  Katarina  Utama  Tbk  RINA  dan  PT.  Davomas  Abadi  Tbk  DAVO Ma’ruf, 2012.
Berdasarkan 2 contoh kasus diatas dapat disimpulkan bahwa tindak kecurangan tersebut  sebenarnya  dilakukan  secara  sengaja  oleh  para  manjemen  perusahaan
dimana  pihaknya  yang  memegang  tanggung  jawab  penuh  terhadap  penyajian laporan keuangan, sebagaimana yang tercantum dalam laporan auditor independen
bahwa,  “Laporan  keuangan  adalah  tanggung  jawab  manajemen  perusahaan. Tanggung  jawab  kami  terletak  pada  pernyataan  pendapat  atas  laporan  keuangan
berdasarkan audit kami”. Namun, ketika tindak kecurangan suatu perusahaan tersebar di seluruh media
yang  dipertanyakan  pertama  kali  adalah  dimana  peran  auditor  dalam  skandal perusahaan tersebut. Terlepas dari apakah auditor terlibat atau tidak dalam praktik
tindak  kecurangan  yang  terjadi,  namun  dugaan  awal  masyarakat  berfikir  bahwa auditor  sengaja  bekerjasama  dengan  perusahaan  dalam  memanipulasi  laporan
keuangan.  Padahal  tidak  selalu  kegagalan  auditor  merupakan  kegagalan perusahaan, dapat dilihat dari dua kasus di atas, yang pertama pada kasus PT. Kimia
Farma  yang  terbukti  bahwa  kesalahan  tersebut  terjadi  bukan  karena  unsur kesengajaan melainkan karena kelalaian auditor yang gagal mendeteksi kecurangan
yang dilakukan perusahaan. Kemudian pada kasus PT. Karantina Utama Tbk yang ternyata memanipulasi
laporan  keuangan  auditan  dimana  sebenarnya  laporan  keuangan  tersebut  telah dilakukan  proses  pemeriksaan  keuangan  oleh  auditor  secara  benar  dan  sesuai
dengan prosedur  yang berlaku. Hanya saja pihak perusahaan menyajikan laporan
7
keuangan  yang  berbeda  antara  laporan  yang  diaudit  oleh  akuntan  publik  dengan laporan yang diterbitkan pada surat kabar.
Penyimpangan terhadap laporan keuangan tidak hanya terjadi di Indonesia, hal ini  juga  terjadi  di  negara-negera  lain.  Kasus-kasus  yang  serupa  dan  cukup
menggemparkan masyarakat dunia dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:
TABEL 1.1 Kecurangan Praktik Akuntansi dan Bisnis di Amerika Serikat pada Tahun
2000-an Perusahaan
Kecurangan Akuntansi atau Bisnis
Akibat
Adelphia Communicati
ons Keluarga
Rigas memperlakukan
aset perusahaan
seperti miliknya.
Pailit.  Keluarga  Rigas  terbukti bersalah  dan  kehilangan  investasi
mereka di perusahaan tersebut.
American International
Group, Inc.
AIG Menggunakan  transaksi
akuntansi  fiktif  untuk menggelembungkan laba.
Ceo presiden
direktur mengundurkan  diri.  Para  eksekutif
dituntu.  AIG  membayar  denda  126 juta USD
American Online,  Inc.
and  Purchase Pro
Mendandani hasil kinerja keuangan.
Tuntutan perdata
untuk para
eksekutif senior
di kedua
perusahaan  dan  denda  500  juta USD.
Computer Associates
International, Inc.
Menggelembungkan hasil kinerja keuangan.
Ceo dan eksekutif senior dituntut, 5 eksekutif  mengaku  bersalah  dan
dikenai denda 225 juta USD.
Enron Menggelembungkan hasil
kinerja keuangan. Pailit.  Tuntutan  pidana  terhadap
para eksekutif senior dan lebih dari 60  juta  USD  kerugian  di  pasar
saham.
Fannie Mae Secara
tidak benar
melaporkan kinerja
keuangan antara
satu periode
ke periode
lainnya Ceo  dan  cfo  direktur  keuangan
dipecat. Perusahaan meralat 9 miliar USD  atas  pendapatan  yang  telah
dilaporkan sebelumnya.
Health South Menggelembungkan hasil
kinerja  sebesar  4  miliar USD  melalui  ayat  jurnal
yang salah. Eksekutif senior dituntut pidana.
Bersambung pada halaman selanjutnya
8
Perusahaan Kecurangan Akuntansi
atau Bisnis Akibat
Qwest Communicati
ons International,
Inc. Secara
tidak benar
mengakui penerimaan
sebesar 3 miliar USD. Ceo  dan  6  eksekutif  didakwa
melakukan  kecurangan  ekuangan besar-besaran.  Dikenai  denda  250
juta  USD  oleh  badan  pengawas pasar modal AS. Security Exchange
Community.
Tyco International,
Ltd Tidak
mengungkapkan pinjaman  rahasia  kepada
para eksekutif
yang selanjutnya dihapuskan.
Ceo dipaksa mundur dan dibekukan aset-asetnya
selama proses
pengadilan pidana berlangsung. WorldCom
Menggelembungkan  laba sebesar  hampir  9  miliar
USD. Pailit. Ceo dan cfo dihukum pidana.
Lebih dari 100 miliar USD  kerugian di  pasar  saham.  Direksi  harus
membayar denda 18 juta USD.
Xerox Corporation
Mengakui pendapatan
sebesar  3  miliar  USD yang  seharusnya  belum
dicatat. Denda  10  jut  USD  oleh  SEC.  6
eksekutif  harus  membayar  22  juta USD.
Sumber: Reeve, dkk 2009:7. Dari seluruh fenomena penyimpangan yang terjadi menunjukkan bahwa peran
auditor  terhadap  laporan  keuangan  ini  sangat  penting,  bahkan  ketika  auditor  ada sekalipun masih saja terdapat kecurangan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu
keahlian dan kompetensi dari seorang auditor harus selalu ditingkatkan, mengingat perkembangan bisnis yang saat ini semakin maju serta adanya beberapa perubahan
yang terjadi terhadap standar dan kode etik yang mengikatnya. Terlebih sebentar lagi  Indonesia akan memasuki pasar bebas atau MEA  yang
akan  dimulai  pada  Desember  2015.  Pasar  bebas  ini  menyebabkan  kegiatan perdagangan  lintas  negara  menjadi  tiada  batas  bahkan  tidak  hanya  barang  yang
diperjualbelikan  begitupun  jasa  keahlian  atau  kompetensi  seseorang  ditawarkan dalam pasar bebas ini.
Tabel 1.1 Lanjutan
9
Kepala  Pusat  Pembinaan  Akuntan  dan  Jasa  Penilai  Kementerian  Keuangan Langgeng  Subur  juga  menuturkan  akuntan  Indonesia  bakal  kewalahan  di  tengah
serbuan akuntan-akuntan asing bila tidak segera  melakukan pembenahan  optimal dari  sisi  keilmuan  dan  skill  mereka.  Dia  khawatir,  akuntan  Indonesia  akhirnya
terpental  bila  gerbang  persaingan  mulai  dibuka,  khususnya  ketika  Masyarakat Ekonomi  ASEAN  MEA  diberlakukan  pada  2015  mendatang  iaiglobal.or.id
2012. Terlepas dari efek negatif dan positif adanya MEA seluruh pihak harus selalu
memberikan usaha terbaiknya dalam melakukan pekerjaan mereka baik dalam hal penjualan  maupun  penyediaan  jasa.  Fokus  pada  penyediaan  jasa  yang  diberikan
oleh  auditor  eksternal  dimana  para  akuntan  dapat  memberikan  berbagai  jenis pelayanan  seperti  jasa  atestasi  serta  jasa  non-assurance  lainnya  seperti  akuntansi
dan  pembukuan,  konsultasi  perpajakan  dan  jasa  konsultasi  manajemen.  Secara umum  audit  atas  laporan  keuangan  mendominasi  pekerjaan  yang  paling  sering
diberikan oleh Kantor Akuntan Publik. Suatu laporan keuangan yang berasal dari seluruh kegiatan bisnis yang terjadi
dalam kurun waktu 1 tahun diaudit oleh para akuntan publik hanya dalam waktu 1- 3 bulan. Proses audit yang terbilang cukup singkat ini membuat auditor tidak dapat
memeriksa  kebenaran  atas  seluruh  transaksi  dari  proses  bisnis,  melainkan  hanya beberapa transaksi yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Oleh karena itu perlu
ada beberapa pertimbangan khusus bagi auditor dalam melakukan proses audit, baik itu  ketika  menerima  perikatan  dengan  klien,  membuat  perencanaan  audit,  serta
ketika akan mengeluarkan suatu opini audit. Pertimbangan khusus ini disebut Audit judgement.
10
Judgement  merupakan  suatu  proses  yang  terus  menerus  dalam  perolehan informasi  termasuk  umpan  balik  dari  tindakan  sebelumnya,  pilihan  untuk
bertindak atau tidak bertindak dan penerimaan informasi lebih lanjut. Kedatangan informasi  bukan  hanya  mempengaruhi  pilihan,  tetapi  juga  mempengaruhi  cara
pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah di dalam proses incremental judgement jika informasi  terus  menerus  datang,  akan  muncul  pertimbangan  baru  dan  keputusan
atau pilihan baru Rizkiyana, 2013. Audit  judgement  ini  telah  banyak  diteliti  untuk  mengetahui  faktor-faktor  apa
saja yang berpengaruh dan bagaimana keterlibatannya dalam penentuan suatu opini audit. Pada dasarnya ada dua faktor yang berpengaruh dalam audit judgement, yaitu
faktor teknis seperti pembatasan lingkup dan waktu audit, serta faktor non-teknis seperti  gender,  tekanan  ketaatan,  kompleksitas  tugas,  pengetahuan,  pengalaman,
dan sebagainya. Menurut Raiyani dan Suputra 2014 pengetahuan, pengalaman, kompleksitas
tugas  dan  locus  of  control  berpengaruh  positif  secara  simultan  terhadap  audit judgement. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, pengalaman, kompleksitas tugas,
dan locus of control maka semakin baik judgement yang dihasilkan. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabaruddinsah 2007.
Beliau menambahkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgement. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor, yaitu
perintah dari atasan dan keinginan klien untuk menyimpang dari standar profesional akan  cenderung  menaati  perintah  tersebut  walaupun  perintah  tersebut  tidak  tepat
dan  bertentangan  dengan  standar  profesional.  Apabila  pengalaman  auditor berpengaruh secara signifikan maka kompleksitas tugas kebalikannya, yakni tidak
11
berpengaruh  secara  signifikan  terhadap  audit  judgement,  artinya  para  auditor mengetahui dengan jelas atas tugas apa yang akan dilakukannya, tidak mengalami
kesulitan dalam melakukan tugas dan dapat melakukan tugasnya dengan baik. Namun  ada  juga  faktor  yang  tidak  memberi  dampak  apapun  terhadap  audit
judgement,  kembali  menurut  Sabaruddinsah  2007  bahwasannya  gender  tidak berpengaruh terhadap audit judgement. Kondisi ini menunjukkan bahwa perbedaan
gender  antara  auditor  pria  dan  wanita  dengan  perbedaan  karakter  dan  sifat  yang melekat pada individu masing-masing tidak berpengaruh terhadap judgement yang
akan diambilnya. Pernyataan  ini  bertentangan  dengan  hasil  penelitian  yang  dikemukakan  oleh
Chung  dan  Monroe  2001  dalam  Yusrianthe  2012  yang  menyatakan  bahwa perempuan diduga lebih efisien dan lebih efektif dalam memproses informasi saat
adanya kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan laki-laki. Hal  tersebut  diduga  karena  perempuan  lebih  memiliki  kemampuan  untuk
membedakan  dan  mengintegrasikan  kunci  keputusan  dibanding  laki-laki  yang relatif kurang mendalam dalam menganalisis inti dari suatu keputusan.
Faktor  lainnya  yang  memberi  pengaruh  terhadap  audit  judgement  yaitu  self- efficacy  efikasi  diri  karena  sebagian  besar  pengetahuan  dan  perilaku  anggota
organisasional  digerakkan  dari  lingkungan,  dan  secara  terus  menerus  mengalami proses berfikir terhadap informasi yang diterima. Efikasi diri dihubungkan dengan
tipe  tujuan  atau  pencapaian  tipe  kinerja  tertentu.  Hal  ini  lebih  mencerminkan perspektif situasional dan teori efikasi. Tujuannya mungkin dapat ditentukan oleh
individu atau oleh kondisi dan lingkungan pekerjaan Bandura dalam Tatiwakeng, 2013.
12
Pendapat tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sumitro et al. 2009 dalam Apsah 2012 yang menyatakan bahwa efikasi diri adalah penilaian
individu  trhadap  keyakinan  diri  akan  kemampuannya  dalam  menjalankan  tugas sehingga  memperoleh  hasil  sesuai  dengan  yang  diharapkan.  Sehingga  dapat
dikatakan bagi auditor yang memiliki self-efficacy yang baik dalam dirinya dapat melakukan  tanggung  jawabnya  sebagai  auditor  dengan  baik,  dan  dapat
mengendalikan stres kerja yang dialaminya. Penelitian ini pada dasarnya merupakan replikasi dari penelitian Popova 2013
yang  berjudul  “Exploration  of  skepticism,  client-specific  experiences,  and  audit judgements”.  Adapun  perbedaan  penelitian  ini  dengan  penelitian  sebelumnya
adalah sebagai berikut: 1.  Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menambahkan variabel independen  yang diduga juga berpengaruh terhadap audit judgement, yaitu self-efficacy yang merupakan
pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Sanusi 2011 yang berjudul Assesing The Effect of Self-efficacy and Task Complexity on Internal
Control Audit judgement. 2.  Populasi Penelitian
Objek penelitian yang akan digunakan adalah auditor yang bekerja pada KAP yang  ada  di  Jakarta.  Pada  penelitian  sebelumnya  menggunakan  mahasiswa
senior akuntansi pada mata pelajaran auditing yang berada di USA.
B. Perumusan Masalah