1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan pemukiman dan rumah tinggal pasti sudah merupakan kebutuhan pokok rakyat basic needs baik di kota maupun di desa disamping
kebutuhan akan pangan dan sandang. Namun kebutuhan ini khusus menunjuk kota- kota besar, karena kebutuhan itu tidak terlalu begitu mendesak di desa-desa atau
kota-kota kecil. Di desa-desa atau kota-kota kecil itu, umumnya tidak akan terlalu sulit untuk mendapatkan rumah tinggal dan pemukiman yang memadai
Budihardjo, 1998. Tempat tinggal merupakan salah satu elemen yang sangat vital bagi
kehidupan manusia untuk dapat menikmati kehidupan yang layak. Pembangunan perumahan dan permukiman dewasa ini menunjukkan perkembangan yang cukup
besar. Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan salah satu solusi untuk memenuhi tingginya tingkat kebutuhan perumahan dan permukiman sebagai akibat
dari meningkatnya jumlah penduduk terutama di perkotaan. Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat berakibat pada
kebutuhan akan rumah juga meningkat. Melihat keadaan ini banyak pengembangan yang bermunculan untuk meyediakan rumah tempat tinggal. Rumah yang
dikembangkan mulai dari rumah tipe sangat sederhana sampai tipe mewah. Pengembang biasanya lebih tertarik mengembangkan tipe rumah mewah karena
keuntungannya lebih besar dibandingkan jika mengembangkan tipe rumah sederhana. Namun di sisi lain masyarakat lebih banyak membutuhkan tipe rumah
Universitas Sumatera Utara
2
sederhana sesuai kemampuan mereka. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap tipe rumah sederhana merupakan permasalahan bagi pemerintah dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupa masyarakat. Upaya pemerintah agar pengembang menyediakan tipe rumah sederhana telah banyak dilakukan. Upaya pemerintah ini
tertuang dengan disahkannya undang-undang no 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman UUPP tentang upaya penataan dan pengendalian tanah untuk
perumahan. Pengembang dalam perencanaan dan pembangunan juga dibatasi dengan
kebijakan pemerintah yang tertuang dalam surat keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri No.648.384, Menteri Pekerjaan Umum No.09KPTS1992 tanggal
16 November mengenai hunian berimbang. Kriteria perimbangan dimaksud adalah meliputi rumah sederhana, rumah
menengah, rumah mewah dengan perbandingan sebesar 6 enam atau lebih, berbanding 3 tiga atau lebih, berbanding 1 satu, sehingga dapat terwujud
lingkungan hunian yang serasi yang dapat mengakomodasikan kelompok masyarakat dalam berbagai status sosial, tingkat ekonomi dan profesi. Pola hunian ini lebih
dikenal dengan sebutan 1 : 3 : 6 Blaang, C. 1986. Melihat keadaan ini, banyak pengembang yang bermunculan untuk
meyediakan rumah tinggal yang siap huni dan tipenya pun beragam, ada pengembang rumah untuk kalangan menengah kebawah dan ada pula untuk kalangan
menengah ke atas. Namun tidak sedikit pengembang yang mengkombinasikan keduanya yaitu dengan mengembangkan perumahan untuk kalangan menengah
kebawah dan menengah keatas dalam suatu lokasi.
Universitas Sumatera Utara
3
Salah satu
pengembang perumahan
adalah ciputra
group yang
mengembangkan perumahan “CitraLand Bagya City” yang pada saat ini masih dalam tahap pengembangan. Lokasi pembangunan perumahan dipilih di pancing,
Medan tembung karena melihat lokasinya yang strategis, berada di daerah permukiman dan dekat dengan pusat fasilitas-fasilitas umum. Luas lahan yang akan
dibangun sebesar 211 ha dimana kota tersebut terintegrasi dengan perumahan, perkantoran, area komersil, are CBD, mall, hotel, apartemen, sekolah, universitas,
rumah sakit, water park, serta kawasan hijau dan danau seluas 11 ha. Pembangunan CitraLand Bagya City terdiri dari 4 tahap, dimana tahap pertama perkembangan
seluas 62 ha. Pembangunan 852 unit rumah tinggal. Pembangunan kawasan komersial terdiri dari 781 unit ruko, 17 kavling komersial, dan kawasan superblok.
Terdiri juga kawasan hiburan keluarga yang terdiri dari water park seluas 1,5 ha, family club seluas 1,1 ha, lakes greenry seluas 2 ha. Tugas akhir ini akan
membahas proyek pengembangan perumahan Citraland Bagya City yang dikerjakan oleh PT. Karya Sarana Global. Dimana proyek tersebut terdiri dari beberapa tipe.
Pemilihan tipe rumah disesuaikan dengan luas lahan yang ada dan juga sesuai dengan konsep perumahan berupa oasis dengan desain landscape yang indah seperti
destinasi tropis ternama di dunia.. Dalam pembangunan perumahan Citraland Bagya City dibangun beberapa
tahap. Pada tahap pertama dibangun beberapa tipe rumah. Tipe rumah yang akan dikembangkan sebanyak 4 empat tipe rumah yaitu :
Universitas Sumatera Utara
4
1. Type GIOURA 295324, mempunyai luas bangunan 295 meter persegi
dibangun diatas tanah seluas 324 meter persegi. 2.
Type MAJORCA 212230, mempunyai luas bangunan 200 meter persegi dibangun di atas tanah seluas 210 meter persegi.
3. Type ICARIA 163144, mempunyai luas bangunan 163 meter persegi
dibangun di atas tanah seluas 144meter persegi. 4.
Type ELBA 15544, mempunyai luas bangunan 155 meter persegi dibangun di atas tanah seluas 144 meter persegi.
Karena adanya kebijakan hunian perimbangan dalam pengembangan perumahan yang telah dijelaskan diatas menjadi permasalahan bagi pengembang
untuk mengoptimalkan jumlah masing-masing tipe rumah yang akan dikembangkan agar mendapatkan keuntungan maksimal.
1.2 Perumusan Masalah