11 sippon. Labu yang berisi bahan pelarut akan terkondensasi dan menetes ke atas
bahan yang terekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Kemudian hasil ekstraksi akan ditampung didalam labu Voight, 1995.
c. Digesti Digesti merupakan proses ekstraksi simplisia dengan cara merendam
serbuk simplisia dengan pelarut pada suhu 40-50°C sambil dilakukan dalam selang waktu tertentu. Selanjutnya cairan disaring bila perlu diuapkan untuk
memperoleh ekstrak kental Voight, 1995. d. Infundasi
Infundasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
terukur 96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit Voight, 1995. e. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses ekstraksi pada waktu yang lebih lama 30 menit dan temperatur sampai titik didih air Ditjen POM, 2000.
2.3 Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama, baik insekta, jamur maupun gulma, sehingga pestisida dikelompokkan menjadi : Insektisida
pembunuh insekta, Fungisida pembunuh jamur, dan Herbisida pembunuh tanaman penganggugulma. Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan
memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan di rumah tangga untuk memberantas nyamuk, lalat, kecoa dan berbagai
serangga penganggu lainnya, akan tetapi pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup Djunaedy, 2009.
Universitas Sumatera Utara
12 Dewasa ini bermacam-macam jenis pestisida telah diproduksi dengan
usaha mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya daya toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik pada serangga. Bila dihubungkan
dengan pelestarian lingkungan maka penggunaan pestisida perlu diwaspadai karena akan membahayakan kesehatan bagi manusia maupun makhluk hidup
lainnya Djunaedy, 2009. Pestisida alami merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman
baik dari daun, buah, biji atau akar yang memiliki senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu
Djunaedy, 2009. Penggunaan pestisida alami adalah bahan aktif tunggal maupun majemuk
yang dapat mengendalikan organisme penganggu tanaman dengan bahan dasar dari tumbuhan. Pestisida alami ini relatif aman bagi lingkungan, mudah dibuat
dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas Adriyani, 2006.
2.4 Keracunan Pestisida
Bahan-bahan racun pestisida masuk ke dalam tubuh organisme jasad hidup berbeda-beda menurut situasi paparan. Mekanisme masuknya racun
pestisida tersebut dapat melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta melalui saluran pernapasan. Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori
atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh terutama bahan yang larut minyak polar Ngatidjan, 2006.
Pestisida yang banyak digunakan biasanya merupakan bahan kimia yang bersifat toksik karena dalam penggunaannya, pestisida dimasukkan atau
ditambahkan secara sengaja ke dalam lingkungan dengan tujuan untuk membunuh
Universitas Sumatera Utara
13 beberapa jenis hama. Pestisida hanya bekerja secara spesifik pada organisme
sasaran yang dikehendaki saja dan tidak pada organisme lain yang bukan sasaran. Kenyataannya bahan kimia yang digunakan sebagai pestisida tidak selektif dan
malah merupakan toksikan umum pada beberapa organisme, termasuk manusia dan organisme lain yang diperlukan oleh lingkungan Keman, 2001.
Pestisida kimia yang diaplikasikan untuk memberantas suatu hama tanaman atau serangga penyebar penyakit tidak semuanya mengenai tanaman.
Sebagian akan jatuh ke tanaman atau perairan di sekitarnya dan sebagian lagi akan menguap ke udara, yang mengenai tanaman akan diserap tanaman tersebut ke
dalam jaringan kemudian mengalami metabolisme karena pengaruh enzim tanaman. Pestisida kimia yang diserap oleh tanah atau perairan akan terurai karena
pengaruh suhu, kelembaban, jasad renik dan sebagainya. Penguraian bahan kimia pestisida tersebut tidak terjadi seketika itu juga, melainkan sedikit demi sedikit.
Sisa yang tertinggal inilah yang kemudian diserap sebagai residu. Jumlah residu pestisida dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, jasad renik, sinar matahari dan jenis
dari pestisida tersebut Pohan, 2004. Jenis pestisida yang dapat larut dalam air terbuang ke perairan secara
sengaja maupun tidak, dapat mencemari perairan dan dapat mempengaruhi proses metabolisme, organ tubuh, tingkah laku, siklus hidup, perkembangan embrio,
pertumbuhan sel atau jaringan dari organisme yang hidup di perairan misalnya ikan-ikan. Pengaruh secara langsung maupun secara tidak langsung akibat adanya
pencemaran pestisida akan mengganggu kualitas air sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan juga akan terganggu. Pengaruh secara langsung disebabkan
oleh akumulasi pestisida dalam organ-organ tubuh akibat tertelan bersama-sama
Universitas Sumatera Utara
14 makanan yang terkontaminasi atau akibat rusaknya organ-organ pernafasan
sehingga dapat mematikan ikan dalam jangka waktu tertentu, sedangkan secara tidak langsung adalah menurunnya kekebalan tubuh terhadap penyakit dan
terhambatnya pertumbuhan ikan Mega dan Abdulgani, 2013.
2.5 Kualitas Air