Hasil Uji Pendahuluan Hasil Pengamatan Gejala Toksisitas Ikan Nila

33

4.4 Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Biji Pepaya

Skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia biji pepaya dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam biji pepaya. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia biji pepaya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia Biji Pepaya No Golongan Senyawa Hasil Pemeriksaan Simplisia 1 Alkaloid + 2 Flavonoid + 3 Tanin + 4 Steroid Triterpenoid + 5 Saponin + 6 Glikosida + Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa metabolit sekunder - negatif : tidak mengandung golongan senyawa metabolit sekunder Hasil skrining menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak etanol biji pepaya mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, steroidtriterpenoid, saponin dan glikosida.

4.5 Hasil Uji Pendahuluan

Hasil uji pendahuluan pemberian ekstrak biji pepaya EBP dilakukan selama 7 hari dengan 2 kali pengulangan ditemukan adanya kematian pada ikan uji pada konsentrasi 100 ppm dan 1000 ppm dengan ditandai gejala toksisitas yang dialami ikan nila. Hasil uji pendahuluan dapat dilihat seperti berikut : Universitas Sumatera Utara 34 Tabel 4.2 Hasil Data Uji Pendahuluan Pertama Pemberian Ekstrak Biji Pepaya Pada Ikan Nila Waktu Kelompok Jumlah ikan yang mati Perlakuan ke-1 Kontrol - 0,1 ppm - 1 ppm - 10 ppm - 100 ppm 2 ekor 1000 ppm 5 ekor Pada perlakuan pertama dapat dilihat adanya kematian pada ikan nila pada kelompok konsentrasi 100 ppm sebanyak 2 ekor dan 1000 ppm mengalami kematian sebanyak 5 ekor. Tabel 4.3 Hasil Data Uji Pendahuluan Kedua Pemberian Ekstrak Biji Pepaya Pada Ikan Nila Waktu Kelompok Jumlah ikan yang mati Perlakuan ke-2 Kontrol - 0,1 ppm - 1 ppm - 10 ppm - 100 ppm 2 ekor 1000 ppm 6 ekor Perlakuan yang kedua yang dilanjutkan dari penelitian sebelumnya terlihat ada perbedaan jumlah kematian ikan nila pada konsentrasi 100 ppm sebanyak 2 ekor dan konsentrasi 1000 ppm sebanyak 6 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian EBP pada sediaan uji dapat memberikan efek toksik pada hewan uji.

4.6 Hasil Pengamatan Gejala Toksisitas Ikan Nila

Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Tabel 4.4 terlihat bahwa pemberian EBP pada kelompok kontrol ikan nila tidak menunjukkan gejala toksisitas. Kelompok ikan nila kisaran konsentrasi dari 0 ppm Universitas Sumatera Utara 35 kontrol, 2 ppm, 10 ppm, 50 ppm tidak ditemukan gejala apapun sedangkan 250 ppm, 1250 ppm dan 6250 ppm ditemukan gejala toksisitas yang berbeda antar perlakuan. Hasil pengamatan gejala toksisitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Gejala Toksisitas Pada Ikan Nila Kelompok konsentrasi Gelisah Respirasi cepat Menggosok- kan badan ke akuarium Tidak mau makan Hilang keseimbangan Mati Kontrol − − − − − − 2 ppm − − − − − − 10 ppm − − − − − − 50 ppm − − − − − − 250 ppm √ √ − − √ √ 1250 ppm √ √ √ √ √ √ 6250 ppm √ √ √ √ √ √ Keterangan : √ : Adanya gejala - : Tidak ada gejala Gejala toksisitas akan sangat membantu mendiagnosa adanya kelainan pada ikan. Konsentrasi 250 ppm hanya terlihat menunjukkan gejala dengan tingkah laku gerakan gelisah, respirasi cepat, hilang keseimbangan dan mati. Konsentrasi 1250 ppm menunjukkan kegelisahan, respirasi cepat, menggosokkan badan ke dinding akuarium, tidak mau makan, hilang keseimbangan dan mati.. Konsentrasi 6250 ppm juga ditemukan tanda-tanda kegelisahan, respirasi cepat, menggosokkan badan ke dinding akuarium, tidak mau makan, hilang Universitas Sumatera Utara 36 keseimbangan dan mati.. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sifat dan intensitas gejala keracunan akan sangat bergantung pada jenis racun, jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh, lamanya tubuh mengalami keracunan dan keadaan tubuh organisme yang keracunan Koeman, 1983.

4.7 Hasil Persentase Kematian Ikan Nila