Hewan Percobaan Pembuatan Ekstrak Biji Pepaya Analisa Data

21 pekat, asam sulfat pekat, raksa II klorida, bismuth III nitrat, besi III klorida, timbal II asetat, kalium iodida, iodium, α-naftol, asam asetat anhidrida, natrium hidroksida, amil alkohol, serbuk magnesium Mg dan kloralhidrat.

3.2 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah ikan nila sebanyak 330 ekor yang mempunyai ukuran panjang tubuh 8 – 10 cm dengan berat 2,6 ± 0,2 g, umur sekitar 1 – 1,5 bulan. Sebelum pengujian, hewan percobaan diaklitimasi terlebih dahulu selama 14 hari dengan tujuan menyeragamkan makanan dan hidupnya dengan kondisi yang serba sama serta menghilangkan stres akibat transportasi sehingga dianggap memenuhi syarat penelitian. Dua minggu sebelum pengujian dilakukan, hewan percobaan harus dipelihara dan dirawat dengan sebaik-baiknya pada akuarium yang layak dan selalu dijaga kebersihannya. Hewan yang sehat ditandai berenang yang lincah dan aktif Depkes RI, 1979.

3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan

Penyiapan bahan tumbuhan meliputi pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan dan pembuatan simplisia biji pepaya. 3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan sampel yang sama dari daerah lain. Bagian tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pepaya matang yang diperoleh dari Jalan Namuterasi Pasar II Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat, Universitas Sumatera Utara 22 Sumatera Utara. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah biji pepaya dari buah pepaya matang.

3.3.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan biji pepaya Carica papaya L. dilakukan di Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia LIPI, Bogor.

3.3.3 Pengolahan sampel

Sampel biji pepaya yang masih segar dipisahkan dari buahnya, dicuci bersih dari daging buah dan pengotoran lainnya kemudian ditiriskan lalu ditimbang beratnya sebagai berat basah sebanyak 3,5 kg. Selanjutnya dikeringkan pada lemari pengering pada suhu ±40 o C hingga kering yang ditandai dengan sampel menjadi rapuh. Simplisia diblender dan ditimbang beratnya sebagai berat kering. Diperoleh serbuk kering simplisia sebanyak 910 g dan dimasukkan ke dalam kantong plastik, diberi etiket dan disimpan di tempat yang sesuai.

3.4 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia

Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik Ditjen POM, 1995.

3.4.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan pada simplisia segar biji pepaya yang telah dicuci bersih meliputi pemeriksaan bentuk, warna, ukuran, bau dan rasa.

3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia dilakukan dengan cara meneteskan kloralhidrat di atas kaca objek, kemudian di atasnya diletakkan serbuk simplisia, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop. Universitas Sumatera Utara 23 Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya butir pati dilakukan di dalam media air. 3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.5.1 Pereaksi Mayer Sebanyak 5 g kalium iodida dalam 10 ml air suling kemudian ditambahkan larutan 1,36 g merkuri II klorida dalam 60 ml air suling. Larutan dikocok dan ditambahkan air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995. 3.5.2 Pereaksi Dragendorff Sebanyak 8 g bismut III nitrat dilarutkan dalam asam nitrat pekat 20 ml kemudian dicampurkan dengan larutan kalium iodida sebanyak 27,2 g dalam 50 ml air suling. Campuran didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil dan diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.5.3 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida dilarutkan dalam 20 ml air suling kemudian ditambah 2 g iodium sambil diaduk sampai larut, lalu ditambah air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.5.4 Pereaksi Molisch

Sebanyak 3 g α-naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N secukupnya hingga diperoleh larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.5.5 Pereaksi Liebermann-burchard

Sebanyak 5 bagian volume asam sulfat pekat dicampurkan dengan 50 bagian volume etanol 95. Kemudian ditambahkan dengan hati-hati 5 bagian Universitas Sumatera Utara 24 volume asam asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut dan dinginkan Ditjen POM, 1995.

3.5.6 Pereaksi Besi III klorida 1

Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml kemudian disaring Ditjen POM, 1995.

3.5.7 Larutan Timbal II asetat

Sebanyak 15,17 g timbal II asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.5.8 Larutan Natrium hidroksida 2N

Sebanyak 8 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling hingga diperoleh larutan 100 ml Depkes, 1979.

3.5.9 Larutan Asam klorida 2N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling sampai 100 ml Depkes, 1979.

3.5.10 Larutan Kloralhidrat

Sebanyak 50 g kristal kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling Depkes, 1979.

3.6 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan menurut Ditjen POM, 1995 dan Farnsworth 1966 untuk mengetahui golongan senyawa alkaloida, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan steroidatriterpenoida.

3.6.1 Pemeriksaan alkaloida

Serbuk simplisia biji pepaya ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas Universitas Sumatera Utara 25 penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloida: diambil 3 tabung reaksi, lalu kedalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat. Pada masing-masing tabung reaksi: a. ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer b. ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c. ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan di atas Ditjen POM, 1995.

3.6.2 Pemeriksaan Flavonoida

Larutan Percobaan: Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml metanol lalu direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring berlipat, filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling. Setelah dingin ditambah 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati-hati, didiamkan. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperatur 40 C. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Cara Percobaan: a. Satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1-2 ml etanol 96, ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml asam klorida 2 N, didiamkan selama satu menit. Ditambahkan 10 ml asam klorida pekat, jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoida glikosida-3-flavonol. b. Satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml etanol 96, ditambahkan 0,1 g magnesium dan 10 ml asam klorida pekat, Universitas Sumatera Utara 26 terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoida Ditjen POM, 1995.

3.6.3 Pemeriksaan Tanin

Serbuk simplisia biji pepaya ditimbang sebanyak 1 g, dididihkan selama 3 menit dalam 100 ml air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-2 tetes peraksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth, 1966.

3.6.4 Pemeriksaan Glikosida

Serbuk simplisia biji pepaya ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran etanol 95 dengan air 7:3 dan 10 ml asam klorida 2N, direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform 2:3, dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50 ٥ C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut: 0,1 ml larutan percobaan dimasukan dalam tabung reaksi dan diuapkan diatas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan ikatan gula Ditjen POM, 1995.

3.6.5 Pemeriksaan Saponin

Serbuk simplisia biji pepaya ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang Universitas Sumatera Utara 27 stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2N menunjukkan adanya saponin Ditjen POM, 1995.

3.6.6 Pemeriksaan Steroida Triterpenoida

Serbuk simplisia biji pepaya ditimbang 1 g, dimaserasi dengan 20 ml n- heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroid, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoida Harborne, 1987.

3.7 Pembuatan Ekstrak Biji Pepaya

Pembuatan ekstrak biji pepaya sebagai pestisida nabati ini dapat dilakukan dengan cara rebusan, yaitu tepung tumbuhan ditambahkan air lalu dipanaskandirebus. Caranya sebanyak 900 g serbuk kering biji pepaya dimasukkan ke dalam bejana tertutup, ditambahkan air sebanyak 15 L direbus selama 20 sampai 30 menit. Didiamkan selama 24 jam lalu disaring kemudian ditambahkan air hingga diperoleh ekstrak biji pepaya sebanyak 15 L Asmaliyah, dkk., 2010.

3.8 Tahap Persiapan Hewan Uji

Tahap persiapan ini dilakukan proses adaptasi terhadap ikan uji selama 14 hari dalam kondisi terkontrol. Selama masa tersebut ikan tersebut diberi pakan ikan. Selama masa adaptasi terdapat lebih dari sepuluh persen ikan mati, maka dinyatakan ikan tidak layak untuk digunakan sebagai hewan percobaan Deptan, 1983. Universitas Sumatera Utara 28

3.8.1 Uji Pendahuluan

Percobaan pada tahap pendahuluan ini bertujuan untuk mencari kisaran konsentrasi krisis bahan uji yang akan digunakan untuk penentuan LC 50 . Hewan uji sebanyak 6 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 10 ekor ikan dan dimasukkan ke dalam akuarium yang berisi 15 L air dengan konsentrasi bahan uji adalah 0,1, 1, 10, 100, 1000 ppm ditambah kontrol 0 ppm. Tabel 3.1 Konsentrasi Uji Pendahuluan Kelompok Jumlah Ikan ekor Konsentrasi ppm Kontrol 10 Akuarium 1 10 0,1 Akuarium 2 10 1 Akuarium 3 10 10 Akuarium 4 10 100 Akuarium 5 10 1000 Keterangan : a. kelompok Kontrol : diberi air tawar 0 ppm b. kelompok Akuarium 1 : diberi EBP konsentrasi 0,1 ppm c. kelompok Akuarium 2 : diberi EBP konsentrasi 1 ppm d. kelompok Akuarium 3 : diberi EBP konsentrasi 10 ppm e. kelompok Akuarium 4 : diberi EBP konsentrasi 100 ppm f. kelompok Akuarium 5 : diberi EBP konsentrasi 1000 ppm Selama percobaan berlangsung hewan uji diberi makan. Pengamatan dilakukan selama 7 hari dengan 2 kali pengulangan dan ikan yang mati dicatat. Pengujian dihentikan setelah mencapai hari ke-7. Hewan uji yang mati pada waktu pengamatan segera dikeluarkan dari media uji untuk menghindari kemungkinan perubahan kualitas air yang bukan disebabkan oleh bahan uji. Hewan uji diamati tiap konsentrasi dan dihitung secara kumulatif dalam tiap hari. Universitas Sumatera Utara 29 Amati pula tingkah laku hewan uji dalam wadah yang diberi perlakuan Rumampuk, dkk., 2010. Setelah diberikan bahan uji kemudian diamati gejala toksisitas dan dilihat jumlah kematian hewan yang terjadi. Kemudian ditentukan konsentrasi yang akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan penentuan LC 50 .

3.8.2 Penentuan LC

50 Konsentrasi yang digunakan pada penentuan LC 50 adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Konsentrasi Penentuan LC 50 Kelompok Jumlah Ikan ekor Konsentrasi ppm Kontrol 10 Akuarium 1 10 2 Akuarium 2 10 10 Akuarium 3 10 50 Akuarium 4 10 250 Akuarium 5 10 1250 Akuarium 6 10 6250 Keterangan : a. kelompok kontrol : diberi air tawar 0 ppm b. kelompok Akuarium 1 : diberi EBP konsentrasi 2 ppm c. kelompok Akuarium 2 : diberi EBP konsentrasi 10 ppm d. kelompok Akuarium 3 : diberi EBP konsentrasi 50 ppm e. kelompok Akuarium 4 : diberi EBP konsentrasi 250 ppm f. kelompok Akuarium 5 : diberi EBP konsentrasi 1250 ppm g. kelompok Akuarium 6 : diberi EBP konsentrasi 6250 ppm Setelah kisaran konsentrasi krisis ekstrak biji pepaya diketahui, maka dipilih tujuh konsentrasi sama dengan uji pendahuluan yaitu 2, 10, 50, 250, 1250, 6250 ppm ditambah kontrol 0 ppm. Ketujuh konsentrasi tersebut selanjutnya digunakan dalam penentuan LC 50 Abel, 1991 dalam Rumampuk, dkk., 2010. Universitas Sumatera Utara 30 Hewan uji sebanyak 10 individu dimasukkan ke dalam setiap wadah percobaan 7 wadah uji yang berisi 15 L air dan bahan uji dengan konsentrasi yang telah ditentukan, setiap perlakuan dan pengamatan dilakukan selama 7 hari dengan 3 kali ulangan dan ikan yang mati dicatat. Hewan uji diamati pada tiap konsentrasi dan dihitung secara kumulatif dalam tiap hari.

3.9 Pengamatan

Pengamatan terhadap hewan uji dilakukan selama 7 hari dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Pengamatan yang dilakukan adalah gejala toksisitas dan kematian mortalitas hewan uji. 3.9.1 Gejala Toksisitas Gejala keracunan pada ikan meliputi ikan mulai gelisah ditandai dengan gerakan tubuh yang tidak teratur dan bernafas dengan cepat, hilangnya kesensitifan dimana ikan diam di dasar dan pergerakan sirip berkurang, penurunan keaktifan dimana ikan tidak respon terhadap cahaya dan sentuhan serta kondisinya lemah, hilangnya keseimbangan ditandai sirip lumpuh, kemampuan bergerak dan melihat hilang serta hilangnya kesadaran, kehilangan keseimbangan secara total ditandai dengan gerakan ikan yang tiba-tiba berposisi diagonal dengan kepala langsung mengarah ke permukaan, fase kematian dimana ikan mati karena kelumpuhan organ pernafasan dan tahap terakhir adalah rigor mortis yang ditandai dengan pengerasan seluruh tubuh dan sirip Metelev, dkk., 1983.

3.9.2 Kematian Hewan

Ikan nila diamati kematiannya dari hari pertama sampai hari ketujuh. Universitas Sumatera Utara 31

3.10 Analisa Data

Data dianalisis dengan uji One Sample T-Test untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS Statistical Product and Service Solution versi 17 dengan taraf kepercayaan 95. Universitas Sumatera Utara 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Tumbuhan yang telah diidentifikasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Indonesian Institute of Science Pusat Penelitian Biologi Research Center for Biology, Bogor adalah Carica papaya L. suku Caricaceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 46.

4.2 Hasil Karakteristik Simplisia Biji Pepaya

Pemeriksaan karakteristik simplisia biji pepaya dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik untuk mendapatkan identitas simplisia tersebut. Pemeriksaan makroskopik terdiri dari pemeriksaan warna, bentuk dan rasa. Hasil pemeriksaan makroskopik biji pepaya adalah biji berwarna cokelat kehitaman dengan permukaan sedikit kasar, berbentuk bulat lonjong, bergerigi, agak keras, berukuran 5 – 7 mm. Gambar hasil pemeriksaan makroskopik biji pepaya dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 49. Pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia secara mikroskopik terdapat adanya kutikula, jaringan epidermis, jaringan parenkim, hablur kristal oksalat bentuk druse, berkas pembuluh xylem yang berisi butir-butir minyak. Gambar hasil pemeriksaan mikroskopik biji pepaya dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 51.

4.3 Hasil Rebusan Biji Pepaya

Hasil ekstrak biji pepaya yang diperoleh sebanyak 15 L. Universitas Sumatera Utara