Penetapan Kadar Minyak dengan Metode Sokhletasi

Selain sebagai bahan baku untuk industri pangan, minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industry nonpangan, dari industri farmasi sampai industri oleokemikal. Produk nonpangan tersebut dihasilkan melalui proses hidrolisa splitting. Oleokemikal adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk di antaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, metal ester, lemak alkohol, asam amino dan gliserin.

4. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit

Pemanfaatan limbah padat termasuk Tandan Kosong Kelapa Sawit TKKS yang tersedia dalam jumlah besar dan berkesinambungan sepanjang tahun. Sampai saat ini, TKKS belum dimanfaatkan seluruhnya, sebagian besar TKKS masih dibakar pada Incenerator dan abunya dipergunakan sebagai pupuk Kalium di perkebunan kelapa sawit. Pembakaran ini telah dilarang karena pencemaran udara yang ditimbulkan, juga dibutuhkan biaya operasi dan pemeliharaan yang tinggi. TKKS dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti bahan energi alternatif, mulsa, kompos, bahan pengisi kertas atau pulp, bahan partikel arang briket, polipot, dsb Nainggolan, dkk, 2011.

2.7 Penetapan Kadar Minyak dengan Metode Sokhletasi

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pelarut minyak dan lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida dan n-heksan. Serta pelarut yang digunakan Universitas Sumatera Utara harus dapat mengekstraksi substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Tetapi cara ini kurang efektif, karena pelarut mahal dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan. Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen lainnya. Karena itu hasil analisanya disebut lemak kasar crude fat. Pada garis besarnya, analisa “lemak kasar” ada dua macam yaitu cara kering dan cara basah. Pada cara kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble, kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan harus secepatnya dan dihindari suhu yang terlalu tinggi. Untuk itu, dianjurkan dengan vakum oven suhu 70 C dengan tekanan vakum. Karena sampel kering maka pelarut yang dipilih harus bersifat tidak menyerap air. Apabila bahan masih mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut akan sulit masuk ke dalam jaringansel dan pelarut menjadi penuh dengan air selanjutnya ekstraksi lemak kurang efisien. Selain itu, adanya air akan menyebabkan zat-zat yang larut dalam air akan ikut pula terekstraksi bersama lemak sehingga hasil analisa kurang mencerminkan yang sebenarnya Sudarmadji, dkk, 1989. Penentuan kadar lemak dan minyak dengan cara ekstraksi kering dapat menggunakan alat yang dikenal dengan nama soxhlet. Ekstraksi dengan soxhlet ini dilakukan secara terputus-putus. Pada ekstraktor soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan kemudian keluar dengan fase cair. Kemudian, pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Universitas Sumatera Utara Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian, pelarut seluruhnya akan mengalir masuk kembali ke labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon. Kekurangan dari metode ini diantaranya yaitu cairan akan mengallir ke dalam labu setelah tinggi pelarut dalam selongsong sama dengan pipa sifon. Hal ini menyebabkan ada bagian sampel yang berkontak lebih lama dengan cairan daripada bagian lainnya, sehingga sampel yang berada di bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas, akibatnya ekstraksi menjadi tidak merata. Selain itu, pada ekstraktor soxhlet terdapat pipa sifon yang berkontak langsung dengan udara ruangan, maka akan terjadi perpindahan panas dari pelarut panas di dalam pipa ke ruangan, sehingga suhu di dalam soxhlet tidak merata Bintang, 2010. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pengujian