1.2 Tujuan
Adapun tujuan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kadar kehilangan losses minyak pada ampas pressan dan kesesuaiannya dengan norma yang
ditetapkan pada Standar Mutu Pabrik Kelapa Sawit Adolina.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penetapan kadar kehilangan losses minyak pada ampas pressan adalah untuk mengetahui kadar kehilangan losses
minyak pada ampas pressan dan membandingkannya dengan norma yang telah ditetapkan. Sehingga jika kadar melebihi norma yang ditetapkan dapat dicari cara
penanggulangannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu abad ke 16 dan dilanjutkan pada abad-abad selanjutnya. Seperti halnya dengan
upaya pengklasifikasian jenis-jenis tumbuhan lainnya ataupun hewan, para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini dapat dimengerti,
karena dimasa lampau Ilmu Taksonomi maupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang tersedia pun
masih sederhana. Dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diperoleh data dan informasi baru yang memungkinkan para ahli untuk
mengadakan perubahan, penyesuaian dan pembetulan. Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai
berikut: Divisi
: Tracheophyta Anak divisi
: Pteropsida Kelas
: Angiospermae Anak kelas Subdivisi
: Monocotyledoneae Bangsa Ordo
: Spadiciflorae Arecales Suku Familia
: Palmae Arecaceae Anak suku Subfamilia
: Cocoideae
Universitas Sumatera Utara
Marga Genus : Elaeis
Jenis Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique,
kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis Yunani berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa
sawit berasal dari Guinea Afrika . Jenis-jenis lain dari marga Elaeis antara lain adalah E.madagascariensis Becc. dan E. melanococca sekarang lebih banyak
dipakai nama Corozo oleifera Bailey, 1940.
2.1.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas- varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau
berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan,
antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.
Pembagian varietas kelapa sawit berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, yaitu:
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging
buah terhadap buah bervariasi antara 35-50.
Universitas Sumatera Utara
Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dalam persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan
daging biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina
yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara
Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera. 3.
Tenera Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu
Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan- perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara
0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96 Satyawibawa, dkk, 1992.
2.2 Panen dan Pengolahan Hasil 2.2.1 Panen
Panen kelapa sawit terutama didasarkan pada saat kadar minyak mesokarp mencapai maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum, yaitu pada saat
buah mencapai tingkat kematangan tertentu ripe. Kriteria kematangan yang tepat ini dapat dilihat dari warna kulit buah dan jumlah buah yang rontok pada tiap
tandan.
Universitas Sumatera Utara
Penyelidikan yang dilakukan terhadap 400 tandan kelapa sawit menunjukkan adanya hubungan linier antara jumlah yang rontok pada tiap tandan
dan persentasi minyak yang terdapat pada mesokarp kelapa sawit yang bersangkutan. Kenaikan jumlah yang rontok dari 5 sampai 74 buah
menunjukkan kenaikan kandungan minyak pada mesokarp sebesar 5 dan kadar asam lemak bebas meningkat dari 0,5 menjadi 2,9 Ketaren, 1986.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memanen kelapa sawit adalah penentuan tingkat kematangan yang tepat, biaya panen, cara panen, frekuensi
panen dan sistem pengangkutan yang digunakan. Tingkatan fraksi kematangan buah dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tingkatan Fraksi Kematangan Buah
NO. Keterangan
Fraksi Jumlah Berondolan
Keterangan 1
Mentah 00
Tidak ada Sangat mentah
1-10 buah luar memberondol
Mentah
2 Matang
1 12,5-25 buah luar
memberondol Kurang matang
2 25-50 buah luar
memberondol Matang I
3 50-75 buah luar
memberondol Matang II
3 Lewat
matang 4
75-100 buah luar memberondol
Lewat matang I
5 Buah dalam juga
memberondol, ada buah yang busuk
Lewat matang II
Universitas Sumatera Utara
2.2 Cara Panen