PENDEKATAN SISTEM

5.2. PENDEKATAN SISTEM

Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang diawali dengan identifikasi serangkaian kebutuhan dan menghasilkan sistem operasi yang efektif. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu analisa kebutuhan, formulasi masalah, serta identifikasi sistem.

Pendekatan sistem dicirikan oleh adanya suatu metodologi perencanaan atau pengelolaan, adanya penggunaan model matematika, berfikir secara kualitatif, optimasi, serta pengaplikasian ke dalam komputer. Pendekatan sistem menggunakan abstraksi keadaan nyata untuk pengkajian suatu masalah. Gagasan utama mengenai pendekatan sistem adalah hubungan timbal balik antar data, model, dan keputusan yang dihasilkan. Titik awal pendekatan tujuan dan fokusnya adalah pada rancangan sistem secara keseluruhan. Tujuan pendekatan sistem adalah untuk mendapatkan suatu gugus alternatif sistem yang layak untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi dan diseleksi.

Pendekatan sistem dicirikan oleh dua hal, yaitu (1) mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik dalam menyelesaikan masalah, (2) dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan yang rasional (Eriyatno 1999). Tahapan kerja dalam mengkaji suatu permasalahan menggunakan pendekatan sistem dapat dilihat pada Gambar 12.

Mulai

Analisa Kebutuhan

Formulasi Permasalahan

Identifikasi sistem

Pembuatan program komputer

Tidak Memuaskan Ya

Implementasi

Evaluasi Periodik

Tidak Memuaskan Ya

Selesai

Gambar 12. Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem

5.2.1 Analisis kebutuhan

Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Dalam melakukan analisis kebutuhan ini, terlebih dahulu dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan tersebut. Identifikasi ini menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Identifikasi ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapang, dan lain-lain. Analisi kebutuhan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1) Petani

a. Kelangsungan usahatani terjamin

b. Pendapatan dan kesejahtraan petani meningkat

c. Kemudahan pemasaran hasil produksi

d. Harga jual yang stabil dan sesuai

2) Pedagang/Pemasok Bahan Baku

a. Kemudahan memperoleh produk atau bahan baku

b. Keuntungan dari penjualan yang optimal

3) Agroindustri

a. Kelangsungan perusahaan terjamin

b. Ketersediaan bahan baku terjamin

c. Kontinuitas produksi

d. Permintaan pasar terpenuhi

e. Marjin keuntungan yang tinggi

f. Kemudahan distribusi dan pemasaran

4) Pemerintah

a. Meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara

b. Produk memiliki kualitas sesuai standar

c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

d. Memperluas kesempatan kerja

5) Konsumen

a. Harga produk yang stabil dan terjangkau

b. Mutu produk yang sesuai

c. Kemudahan mendapatkan produk

6) Investor

a. Tingkat keuntungan tinggi

b. Pengembalian modal yang cepat

c. Resiko investasi rendah

5.2.2 Formulasi Permasalahan

Permasalahan yang menjadi sorotan utama dalam penelitian ini ialah masih rendahnya daya saing dan nilai tambah dari komoditas manggis. Hal ini banyak disebabkan oleh karakteristik manggis yang kompleks mulai dari pra panen hingga pasca panen. Beberapa faktor yang menjadi permasalahan dalam pra panen pada tanaman manggis antara lain:

1) Masa juvenil manggis yang cukup lama sehingga banyak investor maupu petani yang enggan berinvestasi dalam usaha budidaya manggis

2) Karakteristik manggis yang bersifat musiman.

3) Mutu buah rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil buah dengan ukuran yang kecil dengan warna yang kurang menarik apabila dibandingkan dengan manggis di negara lain.

4) Produktivitas rendah. Hal ini disebabkan kebanyakan umur tanaman manggis di Indonesia sudah termasuk tua. Secara umum mutu buah manggis di Indonesia termasuk di Kabupaten Bogor masih rendah, jumlah buah layak ekspor berkisar 20% dari total produksi. Beberapa faktor yang menjadi permasalahan dalam pasca panen manggis yang berkaitan dengan mutu antara lain.

1) Penampilan kulit buah kurang manarik

2) Terdapat getah kuning pada kulit dalam buah

3) Kelopak buah (sepal) rusak/ mudah rontok

4) Ukuran buah yang kecil dan tidak seragam

5) Buah menjadi keras

Beberapa permasalahan di atas menyebabkan banyak buah manggis yang tidak layak ekspor atau bahkan tidak layak konsumsi. Perbedaan mutu antara buah manggis kualitas ekpor dengan buah manggis curah menyebabkan perbedaan harga antara keduanya sangatlah signifikan. Harga jual buah manggis curah sangat rendah dibandingkan buah layak ekspor terlebih lagi pada saat musim panen. Hal ini menyebabkan banyak buah manggis yang tidak termanfaatkan dan menyebabkan petani enggan untuk berinvestasi dalam usaha budidaya manggis.

Melihat kondisi tersebut dan permasalahan yang ada, agroindustri diharapkan dapat menjadi solusi untuk memberikan nilai tambah buah manggis dengan mengolahnya menjadi produk. Selain itu juga diharapkan hal ini dapat meningkatkan daya saing komoditas manggis agar dapat menjadi komoditas unggulan baik di pasar lokal maupun di pasar internasional.

Namun dalam hal membangun dan merencanakan agroindustri juga banyak hal yang perlu diperhatikan terutama kontinuitas bahan baku, mengingat manggis ini memiliki karakteristik musiman sehingga banyak kajian yang perlu diamati untuk merealisasikan hal tersebut. Sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindusti manggis diharapkan dapat membantu memberikan alternatif-alternatif dalam rangka menentukan pengambilan keputusan yang tepat dengan mempertimbangkan faktor dan parameter yang berpengaruh dalam sistem.

5.2.3 Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan- kebutuhan dengan pernyataan khusus dari permasalahan yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan tersebut (Marimin 2004). Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang dikaji dalam bentuk diagram. Dalam tahap ini diidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung dalan perencanaan pengembangan agroindustri manggis.

a. Diagram Lingkar Sebab Akibat

Diagram sebab akibat menggambarkan interkoneksi antar peubah–peubah penting yang diturunkan dari identifikasi kebutuhan dan masalah yang telah diformulasikan pada suatu sistem tertutup. Hubungan antara komponen tersebut dapat positif atau negatif serta dapat berlangsung searah maupun timbal balik. Selain itu, diagram sebab akibat harus mempertimbangkan komponen- komponen yang digambarkan pada diagram input output. Diagram sebab akibat perencanaan pengembangan agroindustri manggis dapat dilihat pada Gambar 13.

b. Diagram Input Output

Menurut Marimin (2004) hal yang penting dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap (black box). Dalam penyusunan kotak gelap, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu peubah input, peubah output, dan parameter-parameter yang membatasi struktur sistem. Diagram input output Sistem Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dapat dilihat pada Gambar 14.

Investasi

Lembaga

Keuangan

Permintaan

Industri Penunjang

Daya Dukung

Lingkungan

Pendapatan - Wilayah

Lapangan

Agroindustri Manggis

Pekerjaan

Produk

Stabilitas Harga Bahan Baku

Bahan Baku

Motivasi

Petani

Pendapatan

Petani

Gambar 13. Diagram sebab akibat perencanaan pengembangan agroindustri manggis

INPUT LINGKUNGAN

1. Kebijakan Pemerintah

2. Kondisi Sosial-Ekonomi

3. Globalisasi Perdagangan

INPUT TAK TERKENDALI OUTPUT DIKEHENDAKI

1. Produktivitas Lahan

1. Stabilitas Harga Produk

2. Jaminan Kualitas

2. Tingkat Bunga Bank

3. Harga Bahan Baku 3. Perluasan Lapangan Kerja

4. Keuntungan Optimal

4. Industri Penunjang

5. Ketepatan Pengembalian

5. Kualitas SDM dana Investasi

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN AGROINDUSRI MANGGIS INPUT TERKENDALI OUTPUT TAK DIKEHENDAKI

1. Kebutuhan Bahan Baku 1. Kelangkaan Bahan Baku

2. Volume Produksi

2. Harga yang Fluktuatif

3. Mutu Produk 3. Kegagalan Produksi

4. Jumlah Investasi 4. Kredit Macet

5. Sarana dan Prasarana 5. Investasi Tidak Efisien