SUB MODEL ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI

7.6 SUB MODEL ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI

Sub model analisa kelayakan finansial agroindustri manggis digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan agroindustri manggis yaitu xanthone manggis. Kriteria yang digunakan dalam menentukan kelayakan finansial tersebut ialah nilai NPV, IRR, BEP, PBP dan B/C ratio. Dalam menentukan kelayakan finansial ini digunakan beberapa asumsi. Adapun asumsi-asumsi yang ditetapkan dalam menentukan kelayakan finansial budidaya ini antara lain:

1) Umur proyek 10 tahun

2) Jangka waktu pengembalian pinjaman 10 tahun

3) Persentase produk yang terjual sebsar 85%

4) Harga produk Rp. 23.000/ botol

5) Persentase nilai sisa 10%

6) Biaya pemeliharaan mesin 2%

7) Pajak bangunan sebesar 2,5%

8) Persentase produksi tahun ke-1 sebesar 60%

9) Persentase produksi tahun ke-2 sebesar 80%

10) Persentase produksi tahun ke-3 sampai tahun ke-10 sebesar 100%

11) Suku Bunga yang berlaku 18 %

Pada sub model ini pengguna dapat menganalisis dengan memasukkan input berupa nilai asumsi dan data struktur biaya investasi dan biaya operasional. Komponen biaya usaha agroindustri manggis ini terdiri dari biaya investasi sebesar Rp. 5.094.267.250 dan biaya operasional sebesar Rp. 8.258.994.500. Agroindustri xanthone manggis ini diasumsikan memiliki kapasitas produksi 600.000 botol/tahun. Rincian lengkap mengenai struktur biaya investasi dan biaya operasional usaha agroindustri manggis dapat dilihat pada Lampiran 14- 18. Model mangosteen 1.0 ini juga dapat memasukkan, mengubah dan menghapus data yang terhubung langsung dengan database struktur biaya. Tampilan input data untuk sub model kelayakan finansial agroindustri dapat dilahat pada Gambar 30.

Gambar 30. Tampilan input sub model kelayakan finansial agroindustri

Dalam penentuan kelayakan finansial perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat sensitivitasnya. Pengujian dilakukan pada tiga kondisi berbeda. Skenario pertama adalah kondisi normal dengan menggunakan asumsi yang telah ditetapkan. Skenario kedua adalah kondisi dimana terjadi penurunan harga jual produk sebesar 22% dan skenario ketiga adalah kondisi dimana terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 15%. Hasil perhitungan sub model ini dapat dilihat pada Tabel

Tabel 25. Hasil perhitungan parameter kelayakan finansial agroindustri manggis dengan tiga skenario.

Skenario III Parameter kelayakan

Skenario I

Skenario II

(Kondisi Normal)

(Biaya Bahan Baku (Harga Jual

turun 22%) Keuntungan bersih per tahun

NPV (Rp)

PBP (Tahun)

3 tahun 3 bulan

3 tahun 11 bulan

6 tahun 1 bulan

B/C Ratio

TIDAK LAYAK

Hasil kelayakan finansial untuk ketiga skenario di atas menunjukkan bahwa agroindustri pada skenario I dan skenario II layak untuk dijalankan sedangkan untuk skenario III agroindustri tidak layak dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari nilai parameter kelaykan untuk masing-masing kondisi. Suatu proyek dikatakan layak secara finansial apabila NPV-nya bernilai positif , nilai Internal Rate Ratio (IRR) lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan B/C Ratio lebih besar dari satu.

Pada skenario satu yang merupakan kondisi normal, agroindustri manggis untuk masa proyek

10 tahun memiliki rata-rata keuntungan bersih per tahun sebesar Rp. 2.849.609.423, NPV sebesar Rp. 8.804.311.994, B/C Ratio sebesar 2.76, IRR sebesar 52% % dengan PBP selama 3 tahun 3 bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal usaha agroindustri xanthone manggis layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata keuntungan bersih yang positif, nilai NPV yang positif, IRR yang lebih besar dari diskonto yang digunakan serta B/C ratio yang lebih dari 1 dengan PBP kurang dari umur proyek.

Untuk menguji tingkat sensitivitas usaha agroindustri xanthone manggis terhadap perubahan nilai parameter kelayakan ini, maka dibuat skenario II dan skenario III. Dari hasil perhitungan pada skenario II diketahui bahwa usaha agroindustri xanthone manggis layak dijalankan dimana terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 15%. Hal ini dapat dilihat dari parameter kelayakan yang tetap menunjukkan hasil yang positif dan telah melewati batas kelayakan secara finansial.

Pada skenario III dimana terjadi penurunan harga jual sebesar 22%, agroindustri xanthone manggis dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan oleh pada skenario ini NPV bernilai negatif, IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku dan B/C ratio yang bernilai kurang dari satu.

Berdasarkan analisis sensitivitas, usaha agroindustri xanthone manggis lebih sensitif terhadap perubahan harga jual produk dibadingkan dengan kenaikan harga bahan baku. Dari hasil analisis tersebut pengembangan agroindustri xanthone manggis dapat dijalankan dengan menentukan harga jual produk secara tepat sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi industri dan produksi dapat terus berjalan dengan baik. Selain itu perlu juga ada dukungan dari sektor pemasaran dan pengaturan terhadap pasokan produk di pasaran untuk mendukung stabilnya harga produk yang dijual. Dari kriteria-kriteria kelayakan investasi tersebut, maka investasi agroindustri manggis dinyatakan layak untuk dijalankan terlebih lagi apabila didukung dengan penyusunan strategi yang tepat untuk strategi pengembangan. Tampilan keluaran sub model analisa kelayakan finansial agroindustri manggis dapat dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31. Tampilan keluaran sub model analisa kelayakan finansial agroindustri