Ministry of Labour and Social Affairs (Social Security and Pension Unit): Proteksi dan Jaminan Sosial Sebagai Pilar Ekonomi Pasar Sosial Jerman

5.8. Ministry of Labour and Social Affairs (Social Security and Pension Unit): Proteksi dan Jaminan Sosial Sebagai Pilar Ekonomi Pasar Sosial Jerman

Undang-undang dasar Jerman atau yang dikenal dengan The Basic Law menyatakan bahwa Federal Republik merupakan federal dan social state dibawah hukum yang berlaku. Artinya adalah negara memiliki kewajiban untuk menyediakan skema pendapatan minimum dalam rangka membantu masyarakat yang tidak mampu. Untuk mendukung hal tersebut, tahun 1961 dibuat peraturan pendukung (Bundessozialhilfegesetz) sebagai langkah untuk menyediakan jaminan sosial dasar bagi warga negara yang dalam kondisi tertentu tidak bisa bekerja atau tidak dapat memperoleh pendapatan yang cukup dalam pasar kerja untuk memenuhi standar hidup minimum.

Jauh sebelum itu, Kanselir Otto Von Bismark telah melakukan reformasi pada tahun 1927 dimana negara wajib memberikan asuransi kepada pengangguran. Asuransi untuk pengangguran ini melengkapi asuransi yang sudah berlaku sebelumnya, yaitu asuransi kesehatan, kecelakaan, dan hari tua. Namun, setelah perang dunia kedua selesai, ada penyatuan sistem benefit yang diberikan dan dibiayai oleh pajak dan kontribusi. Dengan adanya reformasi tersebut, Jerman merupakan negara pertama yang memiliki sistem jaminan sosial yang komprehensif dan formal.

Sistem jaminan sosial menjadi perhatian pemerintah Jerman. Skema dalam sistem ini juga mengalami reformasi dari waktu ke waktu. Sebelum adanya reformasi yang bertahan hingga saat ini pada tahun 2002, sistem jaminan sosial yang dimiliki oleh Jerman terdiri dari:

1. Unemployment benefit (UB, Arbeitslosengeld), bantuan penggantian jumlah pendapatan dengan durasi selama 6-32 bulan untuk pengangguran yang telah bekerja dan membayar asuransi sosial selama 12 bulan. Dasar hukum dituangkan dalam SGB III dan jumlah tingkat penggantian (pendapatan) yang diperoleh dihitung berdasarkan status keluarga. Apabila seorang pengangguran tersebut setidaknya memiliki satu anak maka akan memperoleh bantuan penggantian sebesar 67 persen dari remunerasi bersih. Sedangkan jika seorang pengangguran tersebut tidak memiliki anak maka bantuan penggantian yang diberikan sebesar 60 persen dari remunerasi bersih. Adapun durasi waktu mendapatkan bantuan penggantian tersebut berdasarkan umur 1. Unemployment benefit (UB, Arbeitslosengeld), bantuan penggantian jumlah pendapatan dengan durasi selama 6-32 bulan untuk pengangguran yang telah bekerja dan membayar asuransi sosial selama 12 bulan. Dasar hukum dituangkan dalam SGB III dan jumlah tingkat penggantian (pendapatan) yang diperoleh dihitung berdasarkan status keluarga. Apabila seorang pengangguran tersebut setidaknya memiliki satu anak maka akan memperoleh bantuan penggantian sebesar 67 persen dari remunerasi bersih. Sedangkan jika seorang pengangguran tersebut tidak memiliki anak maka bantuan penggantian yang diberikan sebesar 60 persen dari remunerasi bersih. Adapun durasi waktu mendapatkan bantuan penggantian tersebut berdasarkan umur

2. Unemployment Assistance (UA, Arbeitslosenhilfe), bantuan yang diberikan bagi pengangguran yang telah berakhir masa pemberian bantuan UB (dengan kriteria tertentu), tetapi ia belum mendapatkan pekerjaan. Besarnya bantuan adalah sebesar 57 persen dari remunerasi bersih bagi seseorang yang setidaknya memiliki satu orang anak dan 50 persen dari remunerasi bersih bagi seseorang yang tidak memiliki anak. Bantuan dibiayai oleh anggaran pemerintahan federal yang berasal dari pajak dan tidak memiliki batasan waktu.

3. Social Assistance (SA, Sozialhilfe), merupakan jaring pengaman sosial untuk melindungi seseorang dari kemiskinan, pengucilan sosial maupun kesulitan. Sistem ini juga membantu individu dan rumah tangga yang tidak mampu dan memiliki sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memiliki hak yang cukup untuk hidup.

Hartz Reform merupakan reformasi dalam bidang ketengakerjaan termasuk didalamnya dibahas mengenai sistem jaminan sosial yang terkini di Jerman. Reformasi ini dibagi kedalam empat tahapan, yaitu Hartz I, II, III, IV selama empat tahun, yaitu tahun 2002-2005. Tujuan dari reformasi tersebut adalah untuk meningkatkan kinerja pelayanan penempatan kerja dan program kebijakan dengan memperkenalkan mekanisme pasar dalam bidang pelayanan penempatan kerja dan menyederhanakan pelayanan publik terkait ketenagakerjaan.

Sejak tahun 2005, sebanyak 97 persen jaminan sosial dipindahkan kedalam sistem baru dan menjadi tanggung jawab pemerintah federal yang akan dibiayai oleh pajak. Perubahan tersebut salah satunya adalah sebuah sistem baru dengan skema Unemployment Benefit II (UB II, Arbeitslosengeld II) atau lebih dikenal dengan Basic Security Benefits for Job-seeker untuk menggantikan unemployment assistance (UA). Besarnya bantuan UB II ini tidak tergantung pada pendapatan yang diperoleh sebelumnya dan juga tidak tergantung dari kebutuhan pencari kerja dan anggota keluarga yang menganggur atau menerima pelayanan pekerjaan (yang berbeda dari penerima benefit UB I).

Bantuan UB II diberikan pada semua kasus yang memenuhi syarat jika pendapatan yang diperoleh kurang dari batas minimum yang ditetapkan dalam undang-undang. Sehingga bantuan ini tidak hanya diberikan kepada pengangguran yang tidak memperoleh UB I, tetapi juga diberikan kepada orang-orang yang sedang menjalani pelatihan atau masih sekolah jika memenuhi kriteria pengukuran yang ditetapkan. Berbeda dengan sistem jaminan sosial sebelumnya, UB II yang baru ini juga meliputi asuransi kesehatan dan pensiun.

Pemerintah Jerman menaruh perhatian besar dalam mengatasi jumlah pengangguran karena terjadi peningkatan tingkat pengangguran di Jerman sejak tahun 2001.

Gambar 5.9 Perbandingan Tingat Pengangguran di Jerman dan Beberapa Negara

Sumber: Eichhorst, 2012 dalam Kajian Pengembangan Daya Saing Pasar Kerja Indonesia, KEN 2012

Hal ini membuat nilai anggaran negara yang dialokasikan untuk anggaran sosial meningkat secara signifikan. Pada tahun 2009, anggaran sosial yang dialokasikan mencapai 31,3 persen atau meningkat sebesar 30 miliar euro dari anggaran tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan negara Uni Eropa lainnya, angka social benefit spending yang dikeluarkan oleh Jerman terbilang tinggi. Social benefit spending ini mengacu pada transfer yang dibayarkan oleh pemerintah kepada rumah tangga dengan tujuan untuk mengurangi beban finansial yang berasal dari berbagai sebab dan resiko. Besarnya alokasi tersebut menjadikan Jerman sebagai negara dengan Hal ini membuat nilai anggaran negara yang dialokasikan untuk anggaran sosial meningkat secara signifikan. Pada tahun 2009, anggaran sosial yang dialokasikan mencapai 31,3 persen atau meningkat sebesar 30 miliar euro dari anggaran tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan negara Uni Eropa lainnya, angka social benefit spending yang dikeluarkan oleh Jerman terbilang tinggi. Social benefit spending ini mengacu pada transfer yang dibayarkan oleh pemerintah kepada rumah tangga dengan tujuan untuk mengurangi beban finansial yang berasal dari berbagai sebab dan resiko. Besarnya alokasi tersebut menjadikan Jerman sebagai negara dengan

Gambar 5.10 Perkembangan Anggaran Sosial yang Dikeluarkan Jerman

Sumber: BMAS, 2012 dalam Kajian Pengembangan Daya Saing Pasar Kerja Indonesia, KEN 2012

Pada Gambar 6.10 terlihat bahwa anggaran sosial Jerman secara umum mengalami peningkatan sejak tahun 1990-an terutama pada tahun 2003 dengan angka 32 persen lebih. Hal ini dimungkinkan karena adanya Hartz Reform tahun 2002 yang melakukan perubahan struktural dalam berbagai sistem benefit. Salah satu yang menjadi tujuan reformasi ini adalah untuk membuat sistem jaminan sosial yang lebih efisien dan memastikan bahwa jaminan sosial yang diberikan sesuai dengan golongan masyarakat yang menjadi target kebijakan sehingga setelah tahun 2005 nilai anggaran sosial mengalami penurunan. Walaupun nilainya menurun, tetapi angka tersebut masih terbilang besar yaitu sekitar 30 persen dari nilai GDP. Krisis global tahun 2009 memberikan dampak terhadap besarnya jumlah pengangguran. Untuk mengatasi pengangguran tersebut, pemeritah Jerman melakukan berbagai program kompensasi dan jaminan sosial sehingga membuat anggaran sosial Jerman meningkat kembali mencapai angka 31 persen pada tahun 2009.

Tahun 2013, pemerintah Jerman mengalokasikan anggaran sekitar 250 miliar euro untuk anggaran sosial. Nilai anggaran ini menghabiskan 70 persen anggaran Ministry of Labor and Social Affairs. Anggaran ini hanya satu per tiga dari total anggaran yang dibutuhkan untuk jaminan sosial. Sedangkan dua per tiganya berasal dari iuran pekerja Tahun 2013, pemerintah Jerman mengalokasikan anggaran sekitar 250 miliar euro untuk anggaran sosial. Nilai anggaran ini menghabiskan 70 persen anggaran Ministry of Labor and Social Affairs. Anggaran ini hanya satu per tiga dari total anggaran yang dibutuhkan untuk jaminan sosial. Sedangkan dua per tiganya berasal dari iuran pekerja

Keberadaan vocational training juga turut berperan dalam mengurangi pengangguran, khususnya pengangguran usia muda karena sekolah ini mampu mempersiapkan anak-anak usia muda siap untuk memasuki dunia kerja ketika mereka telah lulus. Selain vocational training umum, yang dibiayai oleh pemerintah, perusahaan- perusahaan besar di Jerman juga memiliki unit vocational training sendiri. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan calon-calon karyawan dengan kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan harapan perusahaan tersebut untuk turut serta dalam mengatasi pengangguran.

Gambar 5.11 Angka Pengangguran Di Beberapa Negara Uni Eropa

Sumber: Vocational Training and Education, Daimler AG, 2013

Selain sistem perlindungan sosial untuk tenaga kerja, pemerintah Jerman juga menaruh perhatian besar terhadap bantuan dana pensiun dan perawatan kesehatan. Anggaran yang dialokasikan untuk asuransi dana pensiun adalah sebesar 28 persen dari total pengeluaran untuk jaminan sosial. Asuransi ini memiliki peranan besar bagi warga negara Jerman karena saat ini jumlah penduduk Jerman dengan usia tua lebih banyak Selain sistem perlindungan sosial untuk tenaga kerja, pemerintah Jerman juga menaruh perhatian besar terhadap bantuan dana pensiun dan perawatan kesehatan. Anggaran yang dialokasikan untuk asuransi dana pensiun adalah sebesar 28 persen dari total pengeluaran untuk jaminan sosial. Asuransi ini memiliki peranan besar bagi warga negara Jerman karena saat ini jumlah penduduk Jerman dengan usia tua lebih banyak

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, bahwa sistem jaminan sosial mengalami reformasi dari waktu ke waktu untuk terus menemukan sistem yang komprehensif, tidak terkecuali social assistance. Dalam buku ke-12 dari Social Code (SGB XII) yang berlaku sejak tahun 2005, bantuan/jaminan sosial meliputi:

1. Bantuan biaya hidup, sebagian besar dibayarkan kepada individu yang hidup dirumah, pasangan resmi maupun tidak resmi dan anak dibawah umur yang tinggal dirumah yang sama yang dianggap sebagai bagian dari penerima bantuan. Biaya hidup terdiri dari makanan, transportasi, pakaian, perawatan tubuh, keperluan rumah tangga, pemanas, dan kebutuhan pribadi sehari-hari. Besarnya standard rates yang baru per Januari 2011 berkisar antara 224–382 euro tergantung dari usia penerima bantuan yang berkisar antara anak umur enam tahun hingga usia dewasa.

2. Bantuan hari tua dan ketika sudah tidak produktif (asuransi pensiun), diberikan kepada warga negara Jerman maupun asing yang tinggal di Jerman dengan usia diatas 65 tahun atau 18 tahun yang memiliki keterbatasan fisik karena alasan kesehatan sehingga tidak dapat menjadi produktif. Tidak seperti bantuan biaya hidup, bantuan jenis ini mengharuskan penerima untuk mendaftar terlebih dahulu.

3. Bantuan perawatan kesehatan, memberikan hak-hak yang sama dengan apa yang diberikan oleh asuransi kesehatan. Ini berarti penerima bantuan yang tidak memiliki asuransi kesehatan ini akan menerima perawatan yang sama dengan mereka yang membayar asuransi kesehatan.

4. Bantuan untuk penyandang cacat, disediakan untuk tujuan pencegahan, rehabilitasi dan integrasi. Hal ini bertujuan untuk menghindari atau menghilangkan atau mengurangi konsekuensi dari kecacatan seseorang. Siapa 4. Bantuan untuk penyandang cacat, disediakan untuk tujuan pencegahan, rehabilitasi dan integrasi. Hal ini bertujuan untuk menghindari atau menghilangkan atau mengurangi konsekuensi dari kecacatan seseorang. Siapa

mendapatkan bantuan ini.

5. Bantuan untuk perawatan, bantuan yang diberikan kepada seseorang yang sedang membutuhkan perawatan dengan membayarkan sebagian maupun sepenuhnya dari biaya perawatannya.

6. Bantuan mengatasi kesulitan sosial, ditujukan untuk seseorang yang sedang mengalami atau dalam keadaan sulit, seperti tunawisma dan sebagainya.

7. Bantuan dalam keadaan tak terduga, meliputi bantuan untuk pemeliharaan rumah tangga, untuk orang tua, untuk orang dengan kebutaan, pemakaman, dan lain-lain. Sistem sosial dengan bantuan sosial dan jaminan sosial sebagai unsur utama adalah bagian yang perlu dari sistem ekonomi. Ia memberikan rasa aman bagi warga negara yang berhadapan terus-menerus dengan macam-macam resiko sosial. Dengan sistem sosial rakyat berani mengambil resiko dalam mengejar aspirasi-aspirasi ekonominya. Ketidakpastian juga sangat berkurang dalam lingkungan kebijakan ekonomi karena dalam keadaan darurat pun rakyat dapat mengandalkan sistem sosial itu. Memang manfaat- manfaat sistem sosial pun harus dijaga sedemikian sehingga tidak melemahkan daya saing dalam ekonomi dunia.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24