Sistem Jaminan Sosial Nasional
3.5. Sistem Jaminan Sosial Nasional
Sosialitas tidak muncul dengan sendirinya dari mekanisme pasar. Sebaliknya, mekanisme pasar mengandung bibit hysteresis sosial. Ketika ekonomi masih mempunyai “armada cadangan” dalam arti Arthur Lewis, upah rendah akan sulit diungkit. Sebaliknya upah tinggi bagi minoritas kecil yang terdidik dan terlatih baik menikmati “rente kelangkaan” yang tinggi. Globalisasi memperburuk keadaan karena upah rendah negara yang lebih maju menyesuaikan dengan upah rendah negara yang kurang maju menyesuaikan dengan upah tinggi negara yang lebih maju. Hampir 40 tahun sesudah pertukaran kekuasaan dari sosialis ke konservatif, ketimpangan menjadi persoalan panas dimana-mana. Ekonom seperti Thomas Piketty dan Joseph Stiglitz dengan kritik mereka terhadap “fundamentalisme pasar” mendapat banyak pengikut, termasuk penggerak anti pasar-modal.
Ketimpangan sosial dapat memperburuk karena sebab-musabab yang sangat kompleks. Barangkali salah satu sebab terpenting terletak pada ketidakmampuan kultur melomba perusahaan teknologi dalam arti bahwa setiap punktuasi (punctuation) teknologi hanya sebagian yang kecil dari penduduk yang bersikap inovator, sedang bagian yang besar adalah pengikut dan yang lebih besar lagi memilih atau dipaksa keadaan menjadi pekalah (laggard). Untuk sebagian perbedaan ini berakar dalam sejarah dalam arti bahwa pewaris inovator adalah lebih siap menghadapi punktuasi susulan daripada pewaris pengikut dan pekalah. Untuk bagian yang besar, ia juga berkaitan dengan kebijakan pemupukan modal human. Paling sedikit secara teoritikal emansipasi satu generasi seperti yang dibuktikan oleh Singapura adalah sesuatu yang terjangkau asalkan generasi awal berbuat segala sesuatu untuk memungkinkan generasi berikut menguasai kegiatan-kegiatan yang padat pengetahuan.
Bahwa Indonesia tidak berhasil dalam emansipasi satu generasi itu adalah kenyataan yang tidak dapat diingkari. Namun demikian, sosialitas adalah unsur yang perlu dalam lingkungan yang kondusif bagi graduasi ke status pendapatan tengah tinggi dan tinggi. Tanpa itu kondisi perubahan akan rentan terhadap perpecahan sosial yang dapat meniadakan seketika buah jerih payah yang dipupuk bertahun-tahun.
Praktek jaminan sosial berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Pertama, perbedaan dapat terletak dalam cakupan jaminan sosial yang dapat berupa jaminan kesehatan, jaminan gangguan kerja (jaminan pengangguran), dan jaminan Praktek jaminan sosial berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Pertama, perbedaan dapat terletak dalam cakupan jaminan sosial yang dapat berupa jaminan kesehatan, jaminan gangguan kerja (jaminan pengangguran), dan jaminan
Pertumbuhan berkelanjutan dan keberhasilan di Indonesia melewati perangkap pendapatan sedang akan juga sangat memerlukan perbaikan jaminan sosial. Dalam kaitan ini perlu disambut program BPJS I dan BPJS II. Indonesia dewasa ini masih tergolong dalam kelompok negara yang mengalami defisiensi dalam jaminan sosial. Jumlah penduduk yang sudah dicakup dalam SJSN masih kecil sebagai persentase penduduk total. Pengalaman manajerial juga masih terbatas dalam kaitan dengan jaminan sosial. Untuk sebagian perselisihan-perselisihan sosial tampaknya berhubungan dengan defisiensi jaminan sosial ini. Dengan perbaikan SJSN dalam cakupan dan manfaatnya perselisihan-perselisihan sosial kiranya akan berkurang. Dipihak lain, harus dijaga sejak dini supaya jaminan sosial itu tidak sampai terbentur pada kekurangan yang parah dalam pendanaan. Karena itu, cakupan jaminan sosial, kepesertaannya, manfaatnya, dan pendanaannya harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi, tetapi dengan perbaikan inkremental dalam perjalanan waktu.
Sumber: P2JK, Kemenkes RI, 2012 Sumber: BPJS Kesehatan, 30 Juni 2014
Program jaminan sosial di Indonesia saat ini masih terfragmentasi berdasar segmen kelompok penduduk. Pengelompokan kepesertaan program jaminan sosial dibagi menjadi empat kelompok, yakni: pegawai negeri sipil–TNI/Polri; formal/ swasta/BUMN; kelompok ekonomi informal; dan terakhir adalah kelompok penerima bantuan sosial. Kelompok penerima bantuan sosial diukur dari tingkat penghasilan (di bawah garis kemiskinan). Yang termasuk di dalam jaminan sosial adalah asuransi sosial dan bantuan sosial. Asuransi sosial dibiayai dengan dua cara, yakni asuransi dan tabungan, di mana peserta dan perusahaan memberikan iuran kepada badan penyelenggara jaminan sosial. Sementara itu, bantuan sosial dibiayai oleh negara melalui mekanisme pajak.
BAB 4
KEBERLANJUTAN INKLUSI PEMBANGUAN DAN AKUISISI TEKNOLOGI
Peluang Indonesia tampak baik untuk menuntaskan graduasi ke status pendapatan tengah atas dan tinggi. Jikapun tingkat pertumbuhan rata-rata bertahan pada tingkat rata- rata selama 5 tahun terakhir, graduasi itu akan terjadi dalam masa 10 tahun yang akan datang. Namun demikian, percepatan pertumbuhan rata-rata ke 6 persen, 7 persen atau bahkan 8 persen dalam perjalanan 10 tahun yang akan datang adalah dalam jangkauan Indonesia. Pertama-tama Indonesia masih berpeluang memacu pertumbuhan yang bertumpu atas faktor tenaga kerja dan modal. Kedua, antara sekarang dan 2020, Indonesia berpeluang baik untuk bergeser secara bertahap ke pertumbuhan yang mengandalkan kenaikan produktivitas dengan membaiknya stok modal dan human secara progresif. Ketiga, Asia Timur sedang berhadapan dengan penuaan penduduk. Tingkat upah naik tajam di RR Tiongkok. Konektivitas Asia Timur membaik terus karena perbaikan infrastruktur fisik, konvergensi kebijakan dan persahabatan yang membaik. Di bawah lingkungan ini jaringan produksi regional akan menguat dan penyebaran produksi akan bergeser ke negara-negara yang berpendudukan muda dengan modal human yang tumbuh progresif. Indonesia adalah salah satu yang paling menarik diantara negara- negara tujuan relokasi itu diuntungkan antara lain oleh kemajuan transisi politik ketika beberapa negara lain di Asia Tenggara terperangkap dalam status quo.
Semua sektor perlu digerakkan untuk memacu pertumbuhan yang sangat diperlukan bagi penciptaan lapangan kerja yang cukup menampung angkatan kerja baru dan penduduk yang berupaya pindah ke pekerjaan yang lebih produktif. Pertumbuhan sektor pertanian dapat dipicu melalui perbaikan bibit, modernisasi program teknologi pasca panen termasuk teknologi informasi, revitalisasi penyuluhan pertanian, rehabilitasi dan perluasan irigasi serta pembukaan tanah pertanian baru. Dalam program percepatan pertumbuhan ini beberapa kendala harus diperhatikan. Pertama, daya tarik pertanian harus dipelihara melalui minimasi distorsi yang melemahkan daya tarik pertanian, seperti distorsi kerja, dan perbaikan produktivitas dengan bantuan teknologi dan pemajuan pengetahuan dan keahlian petani. Peluang tampak baik dari sisi permintaan seperti substitusi impor dalam Semua sektor perlu digerakkan untuk memacu pertumbuhan yang sangat diperlukan bagi penciptaan lapangan kerja yang cukup menampung angkatan kerja baru dan penduduk yang berupaya pindah ke pekerjaan yang lebih produktif. Pertumbuhan sektor pertanian dapat dipicu melalui perbaikan bibit, modernisasi program teknologi pasca panen termasuk teknologi informasi, revitalisasi penyuluhan pertanian, rehabilitasi dan perluasan irigasi serta pembukaan tanah pertanian baru. Dalam program percepatan pertumbuhan ini beberapa kendala harus diperhatikan. Pertama, daya tarik pertanian harus dipelihara melalui minimasi distorsi yang melemahkan daya tarik pertanian, seperti distorsi kerja, dan perbaikan produktivitas dengan bantuan teknologi dan pemajuan pengetahuan dan keahlian petani. Peluang tampak baik dari sisi permintaan seperti substitusi impor dalam
Pertambangan akan tetap berperan sebagai “cash cow” yang besar bagi Indonesia dalam hal penerimaan ekspor maupun penerimaan pemerintah, tetapi ia sudah sangat terbatas sebagai penyumbang pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja, kecuali di bagian hilir beberapa mineral. Dari perspektif keberlanjutan pembangunan dan bahkan juga perspektif inklusi, modernisasi pertumbuhan dan pertambangan justru adalah langkah yang bijaksana bagi Indonesia.
Tabel 4.1 Statistik Lingkungan
Sumber: UNSD Environmental Indicators, berbagai tahun
Infrastuktur, pengangkutan dan komunikasi bahan bakar, listrik, air tawar, dan pemukiman ditandai oleh kekurangan pasokan yang bersifat kronis. Dengan kata lain,
peluang pertumbuhan di sektor ini masih sangat besar. Tetapi kendala yang menghadang juga sangat kompleks. Pertama-tama, pemerintah berhadapan dengan ruang fiskal yang sangat terbatas karena pengeluaran yang sangat besar untuk subsidi konsumsi lancar atau konsumsi yang habis sekali pakai, terutama BBM. Kedua, penyediaan lahan untuk pembangunan infrastruktur juga berjalan alot karena ketidakpastian tata ruang dan wilayah dan resistensi rakyat dalam pelepasan hak. Dalam kondisi seperti ini, kemitraan Publik Swasta (KPS atau PPP) tampak sebagai pilihan akhir. Langkah-langkah juga sudah dibuat pemerintah untuk melancarkan KPS seperti pendirian lembaga-lembaga pendanaan yang dirancang untuk memperbaiki profil resiko-hasil dari proyek-proyek KPS. Suatu pusat KPS juga didirikan di Indonesia sebagai bagian dari persetujuan sesama Pemimpin Ekonomi dalam APRC 2013. Minat pemodal swata dalam KPS juga tinggi seperti tercermin dalam jumlah besar proyek-proyek yang sedang disiapkan. Namun demikian, kemajuan KPS tampaknya akan masih peluang pertumbuhan di sektor ini masih sangat besar. Tetapi kendala yang menghadang juga sangat kompleks. Pertama-tama, pemerintah berhadapan dengan ruang fiskal yang sangat terbatas karena pengeluaran yang sangat besar untuk subsidi konsumsi lancar atau konsumsi yang habis sekali pakai, terutama BBM. Kedua, penyediaan lahan untuk pembangunan infrastruktur juga berjalan alot karena ketidakpastian tata ruang dan wilayah dan resistensi rakyat dalam pelepasan hak. Dalam kondisi seperti ini, kemitraan Publik Swasta (KPS atau PPP) tampak sebagai pilihan akhir. Langkah-langkah juga sudah dibuat pemerintah untuk melancarkan KPS seperti pendirian lembaga-lembaga pendanaan yang dirancang untuk memperbaiki profil resiko-hasil dari proyek-proyek KPS. Suatu pusat KPS juga didirikan di Indonesia sebagai bagian dari persetujuan sesama Pemimpin Ekonomi dalam APRC 2013. Minat pemodal swata dalam KPS juga tinggi seperti tercermin dalam jumlah besar proyek-proyek yang sedang disiapkan. Namun demikian, kemajuan KPS tampaknya akan masih
Revitalisasi industri manufaktur atau reindustrialisasi kiranya adalah unsur wajib dalam program graduasi Indonesia ke status pendapatan yang lebih tinggi. Dibanding sektor-sektor lain, industri manufaktur adalah sektor yang sangat besar dalam negara yang berpenduduk besar. Graduasi Korea Selatan ke status negara maju berumpu atas pertumbuhan industri pengelolaan yang berorientasi global. Bahwa Jerman dan Jepang menunjukkan ketahanan yang lebih baik dalam abad 21 ini untuk bagian yang besar adalah sumbangan industri manufaktur unggul secara berkelanjutan. Amerika Serikat pun pada dasarnya adalah ekonomi jasa sedang berupaya menemu-ulang (reinvensi) industri pengolahannya dengan mengandalkan teknologi fronting, seperti “3D Printing”. Dalam Ekonomi jasa juga ada ketergantungan yang sangat ketat pada teknologi manufaktur. Semua jasa yang tumbuh progresif adalah jasa yang padat teknologi.
Gambar 4.1 Peta Konsumsi Listrik Dunia
Sumber: Statistik IEA – International Energy Agency
Dalam kaitannya dengan penyerapan tenaga kerja, industri manufaktur juga mempunyai kelebihan. Produknya dapat dipasarkan secara global. Pasar dalam negeri tidak menjadi batas absolut bagi ekspansi industri manufaktur. Di dalam industri pengolahan tidak sedikit yang berpeluang baik bagi “penyekalaan” (scaleability). Pembelajaran lewat spesialisasi dapat didorong hingga batas maksimum dengan mengandalkan pasar global.
Industri manufaktur Indonesia sudah menunjukkan tanda-tanda kebangkitan dalam 2-3 tahun terakhir setelah mengendur karena kebangkitan industri manufaktur RR Tiongkok sejak pertengahan 1990-an. Salah satu yang paling menjanjikan dalam kebangkitan ini adalah industri otomotif yang dihela oleh pertumbuhan dan pergeseran keunggulan komparatif dalam Rantai Nilai Global (Global Value Chain, GVC). Kebangkitan serupa harus digerakkan dalam sektor-sektor lain industri manufaktur kalau Indonesia hendak berhasil membuka lapangan kerja yang cukup bagi angkatan kerja barunya dan memindahkan bagian yang cukup besar dari pekerja sektor informal ke sektor formal yang lebih produktif.
Gambar 4.2 Konsumsi Listrik di Berbagai Dunia
Philipines Vietnam Thailand Indonesia Australia Germany
Sumber: Statistik IEA – International Energy Agency
Di depan sudah disinggung biaya logistik Indonesia yang sangat tinggi. Pertumbuhan industri pengolahan dipukul ganda oleh biaya tinggi ini, yaitu ketika bahan setengah jadi, mesin-mesin dan peralatan diimpor dan ketika barang jadi di ekspor ke pasar dunia. Kelemahan ini harus diatasi untuk memupukan industri manufaktur tumbuh berkelanjutan. Namun demikian, siasat jangka pendek dan menengah diperlukan mengingat bahwa penurunan biaya logistik memerlukan kemajuan dalam pembangunan dan operasi infrastruktur yang bergerak secara bertahap.
Di Indonesia sudah berkembang pusat-pusat industri manufaktur yang terhubung cukup baik dengan pusat serupa di dunia, terutama Asia Timur. Dalam beberapa studi disebut-sebut kawasan sebelah timur dan barat Jakarta dan kawasan sekitar Surabaya yang dapat dikonsolidasi menjadi satu kawasan yang terkoneksi baik, yaitu Pantura Jawa. Di Sumatera dapat disebut Medan dan sekitarnya. Di Sulawesi ada Makassar dan di Kalimantan ada Balikpapan. Pusat-pusat industri manufaktur ini sudah terlengkapi dengan infrastruktur yang cukup baik, dengan investasi yang relatif kecil mereka dapat dikoneksi dengan pusat-pusat serupa di Asia Timur dan dengan satelit-satelit masing- masing. Dengan “de-bottlenecking” itu pusat-pusat tersebut akan terelevasi secara bertahap. Konektivitas fisik, institusional dan antar manuasia akan menguat sesama pusat-pusat itu seraya membentuk satu koridor industri manufaktur yang besar, yaitu “Peluang Manufaktur Jawa” dengan seluruh metropolitan dan kota besar Pantura Jawa, pantai timur dan tenggara Sumatera, pantai selatan dan timur Kalimantan dan pantai selatan dan barat Sulawesi. Spesialisasi dapat dimajukan sesama pusat-pusat itu dalam Rantai Nilai Lokal (Local Value Chain).
Indonesia jauh lebih luas dari Palung Jawa. Untuk Indonesia Timur dengan penduduknya yang kecil geografi arsipel industri manufaktur berikan pilihan yang realistis.
Reindustrialisasi tidak lebih mudah daripada industrialisasi. Berbagai praktek kebijakan dan administrasi yang bergabung mengakibatkan deindustrialisasi masa lalu dihentikan (unlearned). Praktik perijinan termasuk ke dalamnya. Tumpang tindih perijinan harus dijernihkan melalui koordinasi antar wilayah dan antar sektor yang lebih baik. Hal yang sama berlaku untuk praktik ketenagakerjaan. Biaya hubungan kerja, termasuk biaya masa depan, seperti biaya pemutusan hubungan kerja, perlu dijaga supaya tidak justru menghilangkan potensi daya saing Indonesia sebagai lokasi ekonomi. Pluralisme sebagai bagian demokrasi adalah keniscayaan dalam hubungan industrial, baik dalam perburuhan maupun dalam kepengusahaan. Tetapi ia bukan tujuan akhir. Ia harus dapat menghasilkann konsensus yang cocok dengan zaman.
Dari hubungan industrial, rakyat mengharapkan konsensus tentang hubungan kerja yang berdampak positif dan langgeng terhadap kesejahteraan pekerja, penguasaan pengetahuan dan keahlian keras dan lunak oleh pekerja. Kultur produktivitas yang kuat di antara pengusaha dan buruh. Dengan demikian, kerukunan industrial menjadi bagian keunggulan daripada beban dalam reindustrialisasi. Dalam Dari hubungan industrial, rakyat mengharapkan konsensus tentang hubungan kerja yang berdampak positif dan langgeng terhadap kesejahteraan pekerja, penguasaan pengetahuan dan keahlian keras dan lunak oleh pekerja. Kultur produktivitas yang kuat di antara pengusaha dan buruh. Dengan demikian, kerukunan industrial menjadi bagian keunggulan daripada beban dalam reindustrialisasi. Dalam
Tabel 4.2 Indikator Inovasi di Jerman
2000 2012/latest Sumber
Angkatan Kerja 40,378,462 42,277,708 World Bank
Angkatan Kerja, R&D
dalam ribu orang (UNESCO 3,131.48 3,979.22 World Bank
– teknologi) Angkatan Kerja, R&D
Sebagai persentase 0.31%
World Bank
angkatan kerja total
Pengeluaran R&D Sebagai World Development
2.47 2.82 Indicators, Data Tahun 2000 dan 2010
Persentase PDB (%)
Pengeluaran R&D per 567.27 1,170.10 World Bank
kapita (WSSR - 2005)
WDI (utk thn 2000) +
Jumlah Aplikasi Paten 62,142.00 59,444.00 World Intellectual Property
Indicators (utk thn 2012) Jumlah Patent Rata-Rata
Tahun 1990-2000 dan
Data Olah - World
2000-2011
Development Indicators Keterangan: berbagai sumber sesuai ketersediaan data
Pertumbuhan keberlanjutan dari Palung Manufaktur Jawa akan mewakili helaan yang sangat kuat bagi seluruh Indonesia. Tetapi ia tidak cukup bagi graduasi ke pertumbuhan inklusif yang berkelanjutan. Di banyak tempat di Indonesia, tidak tersedia tenaga kerja dalam jumlah yang cocok bagi manufaktur sebagai sektor utama. Desa-desa dan kota-kota kecil yang berada di pedalaman darat dan lautan harus mengembangkan kegiatan-kegiatan yang lain dari manufaktur, seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan jasa-jasa. Bagi desa-desa dan kota-kota ini pemanfaatan karunia setempat kiranya adalah penggerak paling realsitik.
Indonesia Timur di luar Sulawesi adalah tantangan yang menarik bagi pembangunan inklusif yang berkelanjutan. Penduduk di kawasan ini tersebar dalam kumpulan kecil- kecil.Indeks Perkembangan Manusia (HDI) daerah-daerah ini berada dibawah rata-rata nasional. Penyelenggaraan program pemupukan modal human di daerah ini, seperti persekolahan terbentur pada hambatan-hambatan geografi yang sangat besar yang membuat biaya opportunitas persekolahan menjadi sangat tinggi. Beberapa tempat di Papua misalnya, menunjukkan ketidakhadiran guru yang demikian tinggi sehingga tidak memungkinkan peserta didik menguasai pelajaran pada standar nasional. Disamping itu, biaya logistik di kawasan ini juga lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sudah sangat tinggi. Singkatnya, Indonesia Timur selain Sulawesi adalah bagian bumi yang sangat sulit disiapkan menjadi kawasan inklusif yang berkelanjutan kalau disandarkan pada model pembangunan yang baku.
Merancang model alternatif untuk kawasan-kawasan ini juga tidak mudah. Salah satu yang sering dibicarakan adalah pariwisata arsipel yang inklusif dan berkelanjutan. Alam dan keragaman hayati daerah ini dapat diolah menjadi unsur inti pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan. Desa-desa pantai dapat dipugar menjadi desa pariwisata. Kelompok targetnya dijaga sedemikian sehingga tidak menjadi ancaman bagi keragaman hayati dan kultur setempat. Sebagian dari rumah desa di konversi menjadi wisma desa dengan hygiene dan keamanan yang memenuhi standar internasional, dan pasokan pangan yang bertumpu atas karunia setempat dan energi terbarukan dari sumber setempat, seperti solar, pasang angin, dan tenaga air mikro. Konektivitas maya dengan seluruh dunia dicipta melalui infrastruktur ICT yang memadai sulit untuk menaksir sejauh mana pariwisata seperti ini dapat menjadi tumpuan ekonomi Indonesia Timur. Namun demikian,ia dapat berkembang menjadi besar dalam perjalanan waktu melalui “learning Merancang model alternatif untuk kawasan-kawasan ini juga tidak mudah. Salah satu yang sering dibicarakan adalah pariwisata arsipel yang inklusif dan berkelanjutan. Alam dan keragaman hayati daerah ini dapat diolah menjadi unsur inti pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan. Desa-desa pantai dapat dipugar menjadi desa pariwisata. Kelompok targetnya dijaga sedemikian sehingga tidak menjadi ancaman bagi keragaman hayati dan kultur setempat. Sebagian dari rumah desa di konversi menjadi wisma desa dengan hygiene dan keamanan yang memenuhi standar internasional, dan pasokan pangan yang bertumpu atas karunia setempat dan energi terbarukan dari sumber setempat, seperti solar, pasang angin, dan tenaga air mikro. Konektivitas maya dengan seluruh dunia dicipta melalui infrastruktur ICT yang memadai sulit untuk menaksir sejauh mana pariwisata seperti ini dapat menjadi tumpuan ekonomi Indonesia Timur. Namun demikian,ia dapat berkembang menjadi besar dalam perjalanan waktu melalui “learning
Ceruk-ceruk yang sesuai dengan karunia sumber masing-masing harus ditemukan bagi bagian-bagian lain Indonesia. Alam dan kultur Indonesia memerlukan diferensiasi seperti itu, tergantung dari karunia itu orientasi masing-masing desa atau kota dapat bersifat lokal, regional ataupun internasional. Ada desa atau kota yang mungkin harus memposisikan diri sebagai pemasok tenaga kerja, layanan lain, atau barang bagi inti dari klaster ruang dimana dia berada. Desa kota yang terkoreksi dengan baik dengan inti klasternya dapat memposisikan diri sebagai pemasok komponen bagi inti klasternya sebagaimana berkembang di Taiwan pada awal transformasi ekonominya.
Indonesia tidak mulai dari awal. Indonesia adalah ekonomi yang bergerak dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Dalam kaitan dengan inklusi Indonesia sedang bergumul dengan sejumlah besar penduduk yang berada di pinggir kemiskinan. Oleh karena itu, ekspansi besar-besaran dari lapangan kerja yang lebih produktif sangat diperlukan. Dalam kaitan dengan keberlanjutan juga dihadapi banyak gejala yang memprihatinkan.
Sumber air Indonesia ditaksir memang besar, tetapi cadangan terkendali adalah kecil. Kekurangan air tawar pada musim kering yang berkepanjangan adalah ancaman laten bagi Indonesia. Pengendalian pasokan air tawar adalah agenda yang mendesak bagi Indonesia. Hutan alam Indonesia sudah semakin habis. Sebagian digundul untuk pengambilan kayu tanpa penanaman ulang yang berarti. Sebagian yang lain dikonversi menjadi kebun yang sering dikritik ekologis ketika kehilangan keragaman hayati dan emisi karbon, hutan bakau, dan terumbu karang Indonesia yang sangat penting bagi reproduksi banyak spesies juga menderita degradasi yang parah walaupun kesadaran mulai menguat tentang kerentanan ekologi ini dengan perlindungan yang ketat.
Kawasan perikanan tangkap Indonesia sudah terekploitasi berlebihan (overfished) dan kemampuan Indonesia untuk melindungi wilayan dan Zona Ekonomi Eksklusif adalah sangat terbatas. Sungai-sungai Indonesia banyak yang sudah menyusut ketika kebutuhan penduduk akan air tawar naik terus. Di kota-kota besar sungai-sungai pada umumnya sudah mati karena pencemaran dengan sampah rumah tangga dan gas buang industri dan niaga. Udara di kota-kota besar juga tercemari dengan berat karena gas buang industri dan Kawasan perikanan tangkap Indonesia sudah terekploitasi berlebihan (overfished) dan kemampuan Indonesia untuk melindungi wilayan dan Zona Ekonomi Eksklusif adalah sangat terbatas. Sungai-sungai Indonesia banyak yang sudah menyusut ketika kebutuhan penduduk akan air tawar naik terus. Di kota-kota besar sungai-sungai pada umumnya sudah mati karena pencemaran dengan sampah rumah tangga dan gas buang industri dan niaga. Udara di kota-kota besar juga tercemari dengan berat karena gas buang industri dan
Perjalanan Indonesia menuju status pendapatan tengah tinggi dan status pendapatan tinggi akan terdiri dari klaster-klaster yang berbeda dalam intensitas teknologinya. Ada klaster yang sangat bergantung pada gabungan tenaga kerja dan sumber alam. Ada klaster yang mengandalkan gabungan kultur dan sumber alam,seperti Bali. Ada lagi klaster yang bertumpu atas manufaktur yang padat bahan, atau padat tenaga kerja berkeahlian rendah atau manufaktur padat tenaga kerja berkeahlian tinggi. Masing- masing klaster menempati koordinat yang berbeda dalam peta peluang produksi (production possibility curve). Namun demikian, semua klaster itu memerlukan kemajuan teknologi. Hanya dengan itu graduasi dapat berlanjut. Hanya dengan teknologi pula pekerja dapat memperbaiki produktivitas yang berkelanjutan dan memperbaiki taraf hidup secara berkelanjutan.
Tabel 4.3 Indikator Inovasi di Indonesia
Sumber: berbagai sumber sesuai ketersediaan data
Tantangan kemajuan teknologi berbeda dari satu klaster ke yang lain. Dalam pertanian pangan misalnya diperlukan bauran teknologi bibit, budidaya dan pascapanen, dalam perkebunan diperlukan pembaruan tanaman dengan bibit yang semakin baik. Tetapi apapun sekitarnya, tantangan akusisi teknologi adalah universal. Bahwa sekarang Indonesia menderita defisit perdagangan yang sangat besar dalam barang, proses, dan jasa teknologi adalah kenyataan yang timbul dari kebijakan pemerintah dan dunia usaha di masa silam. Strategi difusi teknologi impor yang didasarkan atas pendanaan yang berasal dari sumber alam sudah terbentur pada batas-batasnya. Ia sudah terbukti tidak berkelanjutan. Arah kebijakan teknologi pemerintah dan dunia usaha yang selama ini puas dengan difusi teknologi impor harus diubah secara bertahap kearah akuisisi teknologi. Di antara kegiatan-kegiatan ekonomi yang patut mendapatkan dukungan aktif dari pemerintah, akuisisi teknologi adalah salah satu yang terpenting.
Akusisi teknologi berlangsung melalui “learning by doing”, penerimaan kreatif dan program R&D trilateral antara pemerintah, masyarakat penelitian, dan dunia usaha. Yang disebar di antara ketiga pelaku ini di Indonesia dewasa ini adalah pemerintah. Struktur ini perlu diubah. Dunia usaha dan perusahaan perlu dielevasi menjadi pelaku R&D. Dunia usahalah yang paling tahu kebutuhan rakyat dan akan kemajuan teknologi, walaupun dalam hal-hal tertentu ia menghindar karena pertimbangan bisnis. Dunia usaha jugalah yang paling fleksibel menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah. Dari segi sumber keuangan pun dunia usaha adalah lebih fleksibel dibanding pemerintah dan akademia dalam pendanaan program R&D.
Pemosisian dunia usaha sebagai pelaku penting dalam sistem inovasi nasional memerlukan pengungkit. Aksesnya ke informasi sumber-sumber R&D Indonesia harus diperbaiki. Pengamatan melalui dialog dalam FGD mengungkapkan bahwa masyarakat R&D Indonesia juga mencatat temuan-temuan yang dapat ditransfer ke aplikasi komersial. Di samping itu, perusahaan juga perlu mengetahui dengan seksama keseluruhan rantai nilai dari bisnis yang dijalankan, baik yang di hulu maupun di hilir, baik yang di dalam negeri maupun yang di luar negeri. Dengan pengetahuan seperti itu, perusahaan dapat mempertimbangkan arah ekspansinya. Tidak kalah pentingnya juga pengetahuan yang baik tentang struktur industri dalam kaitan dengan persaingan intra-industri, hubungan dengan pemasok dan pembeli dan peluang-peluang substitusi untuk produk atau layanan Pemosisian dunia usaha sebagai pelaku penting dalam sistem inovasi nasional memerlukan pengungkit. Aksesnya ke informasi sumber-sumber R&D Indonesia harus diperbaiki. Pengamatan melalui dialog dalam FGD mengungkapkan bahwa masyarakat R&D Indonesia juga mencatat temuan-temuan yang dapat ditransfer ke aplikasi komersial. Di samping itu, perusahaan juga perlu mengetahui dengan seksama keseluruhan rantai nilai dari bisnis yang dijalankan, baik yang di hulu maupun di hilir, baik yang di dalam negeri maupun yang di luar negeri. Dengan pengetahuan seperti itu, perusahaan dapat mempertimbangkan arah ekspansinya. Tidak kalah pentingnya juga pengetahuan yang baik tentang struktur industri dalam kaitan dengan persaingan intra-industri, hubungan dengan pemasok dan pembeli dan peluang-peluang substitusi untuk produk atau layanan
Pengungkit kedua terletak dalam sistem insentif. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pengadaan pemerintah, khususnya produk impor yang padat teknologi, perlu didorong sejak semula untuk megakusisi teknologi yang bersangkutan secara bertahap. Dengan kata lain, pembelian pemerintah dimanfaatkan sebagai insentif untuk akuisisi teknologi. Hal serupa diberlakukan untuk impor produk dan jasa yang padat teknologi. Importir barang atau jasa seperti itu perlu didorong sejak semula untuk mengakuisisi teknologi. Kebijakan perdagangan dapat dirancang sedemikian sehingga turut mendorong akusisi teknologi.
Pengungkit ketiga yang juga sangat penting berkaitan dengan perpajakan. Keringanan pajak berupa pembebasan PPN atas faktor-faktor produksi, impor maupun lokal, dan tax holiday diberikan kepada pelaku-pelaku yang memenuhi persyaratan kinerja, seperti kemajuan dalam penggunaan komponen dalam negeri dan desain dalam negeri dan produk atau jasa.
Pengungkit keempat terletak dalam perlindungan hak kekayaan intelektual (HAKI). Perusahaan-perusahaan Indonesia pada umumnya belum peka mendaftarkan kreasi- kreasinya, apakah itu kekayaan industrial, paten, merek dagang dan model; hak cipta dan hak-hak yang berbatasan, seperti hak penyiaran; dan indikasi geografis (geographical indicator). Tidak sedikit hasil alam yang khas Indonesia, seperti kopi Toraja, kopi Jawa, kopi Mandholing, dan kopi Gayo. Untuk ikan-ikan laut dalam yang bebas dari pencemaran dapat juga diupayakan indikasi geografis, tetapi pendaftaran dan perlindungan HAKI memerlukan administrasi dan sertifikasi yang rumit.
Dalam kaitan itu pemerintah harus aktif mencari dan mendorong pelaku-pelaku akuisisi teknologi untuk mendaftarkan hasil karyanya, apakah itu pusat-pusat R&D pemerintah, pusat penelitian universitas, pusat penelitian swasta, perusahaan atau aliansi sesama pelaku-pelaku itu. Pengungkit terakhir yang juga perlu diaktifkan adalah kultur inovasi, terutama di kalangan perguruan tinggi dan perusahaan. Kedua pihak ini harus bisa diilhami untuk bergerak sebagai mitra akusisi teknologi. Program riset perguruan tinggi yang berakhir dalam laporan yang disimpan dalam lemari harus diminimasi. Peneliti dan manajemen perguruan tinggi harus dimampukan untuk mencari mitra dalam dunia usaha yang andal dalam komersialisasi.
Di pihak lain, perusahaan-perusahaan Indonesia harus dibiasakan dengan kultur inovasi. Tidak ada produk atau jasa yang bersifat final. Pengetahuan dan keahlian manusia, begitu juga barang dan jasa dibuatnya selalu adalah tidak lengkap. Peluang teknologi baru tetap terbuka seperti big data, 3D printing, dan teknologi nano. Hasil-hasil alam pun adalah terbuka bagi perbaikan oleh manusia, seperti diupayakan dewasa ini melalui biologi sintetik. Sebagai negara yang sedang beralih ke status pendapatan tengah tinggi Indonesia berhadapan dengan opsi-opsi difusi dan akuisisi teknologi yang sangat luas. Kemajuan dalam difusi dan akuisisi ini akan menentukan kecepatan Indonesia menyelesaikan transisi pertumbuhan ke status sebagai negara maju.
BAB 5