Educational Institution: Kemitraan Perusahaan dan Pemerintah Untuk Menjamin Ketersediaan Angkatan Kerja Ahli Secara Berkelanjutan

5.9. Educational Institution: Kemitraan Perusahaan dan Pemerintah Untuk Menjamin Ketersediaan Angkatan Kerja Ahli Secara Berkelanjutan

Republik Federal Jerman memiliki dua jenjang pendidikan pra-Perguruan Tinggi yaitu, Grundschule atau primary school dan secondary school (Gymnasium, Realschule, Hauptschule). Kindergarten tidak termasuk dalam jenjang primary school karena sekolah ini merupakan salah satu tempat bagi anak untuk belajar bersosialisasi. Kehadiran anak pada sekolah ini juga hanyalah bersifat sukarela. Grundschule atau primary school merupakan sekolah dasar dengan masa pendidikan 4 tahun. Biasanya anak dengan umur enam tahun mulai masuk ke sekolah ini dan lulus di umurnya yang kesepuluh tahun.

Setelah menyelesaikan sekolah dasar, para siswa melanjutkan ke jenjang berikutnya, yaitu pendidikan lanjutan (secondary school) dimana pada jenjang ini terdapat tiga kategori sekolah yang diperuntukkan bagi siswa sesuai dengan kemampuannya.Pertama, Gymnasium diperuntukkan bagi siswa-siswa pandai yang dianggap mampu untuk melanjutkan studi ke jenjang Perguruan Tinggi. Setelah menyelesaikan sekolah ini siswa akan diberikan ijazah sebagai “Abitur” untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.

Kedua, Hauptschule atau Berufschule diperuntukkan bagi siswa-siswa yang dipersiapkan langsung memasuki dunia kerja dengan memasuki Vocational School (Apprenticeship dual system)dan tidak dapat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi. Sedangkan ketiga, Realschule berada ditengah keduanya dimana siswa yang masuk ke dalam sekolah ini bisa melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi atau langsung memasuki dunia kerja. Bagi siswa vocational school yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi harus mengambil kelas di malam hari dan di hari Sabtu selama kurang lebih 3-4 jam agar ilmu yang dimiliki sama dengan siswa-siswa sekolah Gymnasium dan mendapatkan ijazah ”Abitur”.

Gambar 5.12 Bagan Sistem Pendidikan di Republik Federal Jerman

University

Apprentiocohip dual system

18 16 Gymnasium

Hauptschule High school

Realschule

Intermediate School

Secondary GeneralSchool

Grunndcshule Primary School

Kindergarten (attendance is voluntary)

Sumber: Vocational Training and Education, Daimler AG, 2013

Berdasarkan kesepakatan Bologna tahun 1999 dimana negara European Union (EU) sepakat untuk menyesuaikan sistem pendidikan antara satu negara dengan negara lainnya di kawasan EU. Hal tersebut dilakukan atas dasar kesepakatan Maastricht tahun 1992 yang menjamin bahwa semua negara EU harus mengakui kesamaan gelar dan keprofesian yang diberikan oleh universitas atau lembaga profesi di negara-negara EU lainnya. Salah satu isi dari kesepakatan Bologna adalah bahwa semua negara EU akan mengkonversi sistem pendidikan tingginya menjadi tiga jenjang, yaitu Bachelor-Master- Doctor. Selain itu, disepakati pula bahwa Bachelor Degree dapat ditempuh dalam kurun Berdasarkan kesepakatan Bologna tahun 1999 dimana negara European Union (EU) sepakat untuk menyesuaikan sistem pendidikan antara satu negara dengan negara lainnya di kawasan EU. Hal tersebut dilakukan atas dasar kesepakatan Maastricht tahun 1992 yang menjamin bahwa semua negara EU harus mengakui kesamaan gelar dan keprofesian yang diberikan oleh universitas atau lembaga profesi di negara-negara EU lainnya. Salah satu isi dari kesepakatan Bologna adalah bahwa semua negara EU akan mengkonversi sistem pendidikan tingginya menjadi tiga jenjang, yaitu Bachelor-Master- Doctor. Selain itu, disepakati pula bahwa Bachelor Degree dapat ditempuh dalam kurun

Gambar 5.13 Bagan Sistem Pendidikan Tinggi di Negara-negara EU

Structure of German Higher Education System

University of Applied Sciences

Diplom Diplom (FH)

3-4 Years

Master’s Degree Magister

Staalsexamen 4th Year

5th Year

Program

1-2 Years

4th Year

Vord plom 3rd Year

3rd Year

verdiplom

Bachelor Degree

Zwischen

2nd Year

Programme

2nd Year

prutung

3-4 Years

1st Year

1st Year

Sumber: German Academic Exchange Services (DAAD), 2013

Apperenticeship Dual System merupakan sebuah dual sistem pendidikan yang diterapkan oleh Republik Federal Jerman dimana ada kombinasi antara pendidikan formal di sekolah (Vocational Training) dan magang di perusahaan. Training atau magang diselenggarakan oleh perusahaan dan mendapatkan porsi lebih besar dibandingkan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Dual sistem ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar siap memasuki dunia kerja ketika lulus dari sekolah. Dual sistem memungkinkan adanya kerjasama antara sekolah dan perusahaan dimana kedua institusi ini mempunyai tanggung jawab bersama untuk mempersiapkan siswa/i menghadapi dunia kerja.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Daimler AG, kira-kira sebesar 60 persen generasi muda di Jerman masuk dalam Vocational School. Pembiayaan untuk dual sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu sekolah dibiayai oleh masyarakat yang juga disubsidi oleh pemerintah, sedangkan pemagangan dibiayai oleh perusahaan tempat Berdasarkan data yang diperoleh dari Daimler AG, kira-kira sebesar 60 persen generasi muda di Jerman masuk dalam Vocational School. Pembiayaan untuk dual sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu sekolah dibiayai oleh masyarakat yang juga disubsidi oleh pemerintah, sedangkan pemagangan dibiayai oleh perusahaan tempat

Gambar 5.14 Ilustrasi Dual Sistem Pendidikan di Jerman Sekolah

Perusahaan

Sumber: Vocational Training and Education, Daimler AG, 2013

5.9.1. Werner Siemens Schule

Werner Siemens Schule adalah sebuah institusi pendidikan yang menyediakan delapan tipe sekolah, yaitu (1) small training consultancy, (2) vocational school, (3) three-

year vocational college, (4) school of technology, (5) master school, (6) two-year vocational school, (7) two-year vocational college, (8) technical high school. Sekolah ini terletak di kota Stuttgart yang merupakan bagian dalam negara bagian Baden Wurttemberg, Republik Federal Jerman. Baden Wurttemberg merupakan salah satu dari

16 negara bagian di Jerman.

Dalam sejarahnya, vocational school ini merupakan kepanjangan dari Sekolah Minggu untuk anak-anak Katolik yang dimulai sejak tahun 1825. Dalam sekolah ini, siswa mendapatkan pelajaran mengenai arimatik, geometrik, unsur- unsur mekanik dan menggambar. Pada tahun 1854, Sekolah Minggu ini digantikan oleh The Industrial Training School dimana pelajaran diselenggarakan pada pagi dan sore hari selama hari kerja. Siswa yang hadir dalam sekolah ini berasal dari jenis profesi yang berbeda dan mereka hadir secara sukarela. Sekolah ini kemudian berganti nama menjadi Werner Siemens School pada tahun 1962.

Sistem pendidikan dalam vocational school didesain oleh Federal Ministry of Education and Research yang kemudian juga mendapatkan arahan dari Institusi Pendidikan dan Pekerjaan di Jerman. Vocational School ini memiliki tujuan untuk pemupukan pengetahuan (lehrplan) dan pemupukan keterampilan (ausbildung ordnung). Pemupukan keterampilan diberikan melalui praktek langsung di bengkel dan melalui pengetahuan tentang hal-hal yang dipraktekan di perusahaan. Hal terpenting dalam menjalankan vocational schooladalah bagaimana membangun kemitraan antara sekolah dan perusahaan dimana kedua institusi ini memiliki tanggung jawab bersama dalam memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para siswa.

Gambar 5.15 Ilustrasi antara Vocational School dan PerusahaanPerusahaan

Vocational School

Perusahaan

? Siswa belajar selama ? Siswa belajar selama 1,5 hari per minggu

3,5 hari per minggu ? Siswa belajar

? Praktek lapangan mengenai teori

? Perusahaan-perusahaan ? Laboratoring dan

besar di Jerman. Testing (examination)

Sumber: Data dan informasi yang diolah

Dalam dual sistem, rencana pengajaran dibuat di sekolah (vocational school) dan pengaturan pendidikan dan pelatihan dibuat oleh perusahaan. Gambar diatas merupakan gambaran ilustrasi dari peran masing-masing institusi dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di vocational school. Selain belajar mengenai teori ilmu pengetahuan, siswa juga mempelajari tentang bahasa, politik, bisnis ekonomi, dan agama di sekolah. Siswa yang menempuh pendidikan di vocational school ini juga mendapatkan honor bulanan dari perusahaan tempat siswa tersebut mendapatkan pelatihan (magang). Sedangkan untuk bersekolah, siswa juga tidak perlu mengeluarkan biaya karena pendidikan di Jerman disubsidi oleh pemerintah.

Dalam pelaksanaan dual sistem ini, terdapat kontrak atau perjanjian antara peserta sekolah (siswa) dengan perusahaan yang dilaporkan kepada Business Chambers of Commerce (Kamar Dagang). Adapun isi dari kontrak/perjanjian tersebut antara lain:

1. Pengaturan jadwal di perusahaan dan di sekolah dari hari Senin-Jumat

2. Apa saja yang dipelajari di sekolah dan di perusahaan

3. Pengaturan masa pendidikan

4. Pengaturan gaji, dan

5. Pengaturan mengenai hak dan kewajiban lainnya. Terdapat beberapa keistimewaan dari vocational school yang berada di negara bagian Baden Wurttemberg, salah satunya adalah adanya panitia ujian dalam penyelenggaraan ujian. Panitia ujian ini terdiri dari wakil sekolah dan wakil perusahaan. Selain itu, ujian dilakukan di sekolah baik untuk ujian teori maupun ujian praktek. Adapun sistem pelaksanaan ujian adalah sama dengan sekolah-sekolah yang berada di negara bagian lain. Berikut adalah contoh skema pelaksanaan ujian teori dan praktek di Werner Siemens School.

Gambar 5.16 Skema Pelaksanaan Ujian Teori dan Praktek

Sumber: Data dan informasi yang diolah

Gambar sebelah kanan merupakan pelaksanaan ujian dan jenis ijazah yang diterima siswa setelah lulus ujian teori dari sekolah, sedangkan disebelah kiri merupakan gambar pelaksanaan ujian praktek yang dilaksanakan di perusahaan dan ijazah yang diterima oleh siswa. Ujian praktek diselenggarakan di perusahaan apabila bentuk dari ujian tersebut merupakan proyek untuk memenuhi pesanan Gambar sebelah kanan merupakan pelaksanaan ujian dan jenis ijazah yang diterima siswa setelah lulus ujian teori dari sekolah, sedangkan disebelah kiri merupakan gambar pelaksanaan ujian praktek yang dilaksanakan di perusahaan dan ijazah yang diterima oleh siswa. Ujian praktek diselenggarakan di perusahaan apabila bentuk dari ujian tersebut merupakan proyek untuk memenuhi pesanan

Kekuatan dari dual sistem ini adalah keikutsertaan siswa di perusahaan dengan melakukan magang. Hal ini membuat siswa tau mengenai relevansi pelajaran yang diberikan di sekolah dengan dunia kerja yang sebenarnya. Karena ini pula, sekolah dituntut untuk terus melakukan inovasi dalam sistem pengajaran. Walaupun siswa belajar di dua tempat, yaitu sekolah dan perusahaan, siswa tetap dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah.

5.9.2. Vocational Training and Education, Daimler AG

Vocational Training and Education di Daimler berada di bawah unit Vocational Training and Education Policies yang bertanggung jawab untuk membuat spesifikasi dan mengawasi dari mulai guidelines, standar pengajaran, metode serta prosesnya. Daimler sendiri telah lama memiliki vocational training, yaitu sejak 100 tahun yang lalu. Sejak dahulu hingga saat ini, siswa dilatih dan bekerja dengan menggunakan teknologi terbaru. Bagi Daimler, vocational training adalah sebuah investasi pada sumber daya manusia. Vocational training Daimler juga memfasiltasi siswa/i magang dengan kemampuan spesifik, pengetahuan dan keterampilan yang spesifik serta pengalaman praktek. Selain keterampilan teknik, Daimler juga merasa penting untuk memberikan keterampilan dalam berkomunikasi, menyelesaikan masalah, bekerja sama, tanggung jawab, inisitif serta methodical skills.

Untuk menjadi siswa/i di vocational training di Daimler, peserta harus melalui sebuah proses rekrutmen (Gambar 6.17). Proses rekrutmen ini diawali dengan seleksi dokumen atau formal check yang dilakukan setelah peserta mendaftarkan diri secara online. Bagi peserta yang lulus dalam proses formal check, akan diminta untuk melakukan online pre-testdengan durasi 40 menit. Setelah lulus seleksi tahap dua ini, peserta akan diundang untuk datang ke Daimler untuk melakukan on site test. Peserta yang lulus tahap tersebut akan dipanggil kembali untuk melakukan interview yang merupakan tahap terakhir dari rekrutmen. Peserta yang berhasil lolos sampai tahap akhir akan dievaluasi dan peserta dengan nilai yang baik akan diterima menjadi siswa/i vocational training Daimler setelah sebelumnya melakukan pemeriksaan kesehatan.

Gambar 5.17 Proses Rekrutmen Siswa/i Vocational Training,Daimler

Sumber: Vocational Training and Education, Daimler AG, 2013

Dari total keseluruhan peserta yang mengikuti proses rekrutmen menjadi siswa/i di vocational training Daimler, hanya sekitar 4 persen yang lolos (Gambar 6.18). Siswa/i ini merupakan lulusan Realschule sebesar 64 persen, lulusan Gymnasium sebesar 27 persen, dan lulusan Berrfuschule sebesar 9 persen.

Gambar 5.18 Jumlah Peserta Rekrutmen dan Siswa/i yang Diterima

Sumber: Vocational Training and Education, Daimler AG, 2013 (diolah)

Struktur dari vocational training Daimler terdiri dari dua training, yaitu basic skill training dan on the job training. Basic Skill Training dilakukan pada 1,5 tahun pertama yang dilatih oleh 350 orang instruktur profesional. Kemudian, pada setengah tahun kedua, siswa/i akan ditempatkan di departemen yang berbeda-beda secara bergiliran yang disebut dengan on the job training. On the job training ini akan dipandu oleh 6000 tenaga terampil yang berperan sebagai instruktur. Hal ini yang membedakan dengan basic skill training dimana sekitar 20 siswa/i akan dilatih kemampuan dasar oleh satu orang instruktur. Sedangkan dalam on the job training, siswa akan mendapatkan satu instruktur per satu siswa/i. Terakhir, pada tahun keempat, siswa/i mendapatkan penempatan akhir sesuai dengan minat dan kemampuannnya serta menyelesaikan tugas akhir. Selain memiliki technical skills, siswa juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam methodical skills, cooperative skills, communication skills, problem solving skills, own initiative, dan taking responsibility.

Sembilan puluh persen siswa/i lulusan vocational training Daimler hampir dipastikan akan bekerja di perusahaan Daimler. Sedangkan 10 persen sisanya akan bekerja di Daimler selama 1 tahun sebagai masa percobaan. Apabila selama masa percobaan tersebut dia memberikan kinerja dan performa yang baik maka Daimler akan mempertimbangkan untuk terus mempekerjakan kembali. Biasanya, 10 persen ini merupakan siswa/i yang memiliki masalah sosial yang dapat mempengaruhi kinerja dan performanya dalam bekerja.

Gambar 5.19 Struktur Pengajaran di Vocational Training Daimler

6,200 apprentices

6,000 skilled workers acting as instructors

350 professional instructors last assignment and final examination

basic skill training

in a

at Daimler training center

specific departement

2 year th rd 3 year 4 year

Sumber: Vocational Training and Education, Daimler AG, 2013

Bagi Daimler, vocational training selain merupakan investasi dalam SDM, juga merupakan dasar dari pengajaran yang kekal (longlife learning). Berbicara mengenai investasi SDM, perusahaan sekelas Daimler akan dengan mudah mendapatkan pekerja- pekerja terbaik lulusan perguruan tinggi. Namun, Daimler lebih suka mencari siswa/i yang mampu melanjutkan studi di vocational training melalui proses rekrutmen kemudian melatihnya menjadi tenaga-tenaga terampil kemudian mempekerjakan lulusan-lulusan dari vocational training tersebut. Selain biaya tenaga kerja yang lebih murahdibandingkan lulusan perguruan tinggi, mereka juga telah mengetahui lingkungan kerja di Daimler selama empat tahun mereka belajar dalam vocational training. Selain itu, Daimler juga harus memberikan pelatihan dasar bagi lulusan-lulusan perguruan tinggi yang merupakan tambahan biaya yang tidak sedikit.

Tidak hanya di Jerman, Daimler juga membuka vocational training di perusahaan-perusahaanya diluar Jerman, seperti di RR Tiongkok dan Indonesia. Hal ini menimbulkan apa yang disebut dengan knowledge gap antara peserta vocational training di Jerman dan di negara-negara lain. Oleh karena itu, peserta yang masuk vocational training diluar Jerman harus disesuaikan dengan sistem pendidikan di negara setempat. Setelah itu, menjadi tantangan bagi Daimler untuk menghasilkan lulusan dengan keterampilan dan kemampuan yang sama antara vocational training di Jerman dengan yang ada di negara-negara lain. Adanya knowledge gap dan perbedaan bahasa Tidak hanya di Jerman, Daimler juga membuka vocational training di perusahaan-perusahaanya diluar Jerman, seperti di RR Tiongkok dan Indonesia. Hal ini menimbulkan apa yang disebut dengan knowledge gap antara peserta vocational training di Jerman dan di negara-negara lain. Oleh karena itu, peserta yang masuk vocational training diluar Jerman harus disesuaikan dengan sistem pendidikan di negara setempat. Setelah itu, menjadi tantangan bagi Daimler untuk menghasilkan lulusan dengan keterampilan dan kemampuan yang sama antara vocational training di Jerman dengan yang ada di negara-negara lain. Adanya knowledge gap dan perbedaan bahasa

Pendidikan keahlian atau vocational schooling merupakan salah satu kekuatan dari sistem ekonomi pasar sosial Jerman. Lewat pendidikan ini pekerja di Jerman difasilitasi untuk menguasai secara berkelanjutan praktek terbaik dalam profesi masing-masing. Dalam pendidikan keahlian ini perusahaan memainkan peran kunci yang didasari oleh pertimbangan bahwa perusahaan harus investasi dalam pemberdayaan manusia jika hendak unggul dalam persaingan. Bersama pendidikan dan pelatihan lain yang diprakarsai oleh negara, Kamar Dagang dan Industri, dan unsur-unsur lain masyarakaat kewargaan (civil society), pendidikan keahlian atau vocational schooling memberikan Jerman suatu angkatan kerja yang secara keseluruhan tampil unggul dalam kerjasama dan persaingan internasional.

Appendix

Tabel A.1 Perkembangan IPM Indonesia, 2000 dan 2013

Sumber: UNDP, 2002 dan 2014

Tabel A.2 Perbandingan SPI Indonesia, Thailand dan Jepang, 2014

Ranking 88 59 14 GDP per capita - 2005 constant $

$4,272 $8,463 $31,425 Social Progress Index 2014 58.98 65.14 84.21 Basic Human Needs

63.65 74.1 94.72 Foundations of Wellbeing 69.42 71.97 79.25

Opportunity 43.86 49.34 78.67 Nutrition and Basic Medical Care 84.77 93.53 97.28

Water and Sanitation 52.19 81.78 99.53 Shelter

64.33 76.38 89.74 Personal Safety

53.31 44.7 92.33 Access to Basic Knowledge 90.11 93.18 99.75

Access to Information and Communications

51.4 54.86 76.75 Health and Wellness

77.99 77.98 83.26 Ecosystem Sustainability 58.18 61.89 57.24

Personal Rights 49.47 49.51 95.2 Personal Freedom and Choice 63.09 69.71 80.4

Tolerance and Inclusion 29.56 36.28 61.32 Access to Advanced Education

33.31 41.87 77.74 Sumber: Social Progress Imperative, 2014

Tabel A.3 Rasio Konsentrasi Industri Menengah dan Besar Tahun 2006 (persen)

No KBLI3

Keterangan

CR4

1 352 Industri Kereta Api, Bagian-bagian dan Perlengkapannya Serta Perbaikan 100.00 Kereta Api

2 353 Industri Pesawat Terbang dan Perlengkapannya Serta Perbaikan Pesawat 100.00 Terbang

3 182 Industri Pakaian Jadi/Barang Jadi Dari Kulit Berbulu dan Pencelupan Bulu 73.87 4 322

Industri Alat Transmisi Komunikasi 67.64 5 371

Daur Ulang Barang-barang Logam Industri Instrumen Optik dan Peralatan Fotografi 66.53 6 332 62.76 7 223

Reproduksi Media Rekaman, Film, dan Video 52.99 8 231

Industri Barang-barang Dari Batu Bara 39.58 9 333

Industri Jam, Lonceng, dan Sejenisnya 34.82 10 266

Industri Barang-barang Dari Asbes 29.80 11 152 Industri Susu dan Makanan Dari Susu 26.71 12 273 Industri Pengecoran Logam 23.40 13 311 Industri Motor Listrik, Generator, dan Transformator 21.56 14 341 Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau Lebih 21.15 15 314 Industri Akumulator Listrik dan Batu Baterai 13.71 16 300 17 319 Industri Mesin dan Peralatan Kantor, Akuntansi dan Pengolahan Data 10.81 Industri Peralatan Listrik Yang Tidak Diklasifikasikan Di Tempat Lain 9.88

18 331 Industri Peralatan Kedokteran dan Peralatan Untuk Mengukur, Memeriksa, 9.20

Menguji, dan Bagian Lainnya, Kecuali Alat-alat Optik 19 272

Industri Logam Dasar Bukan Besi 8.31 20 269

Industri Barang-barang Galian Bukan Logam Lainnya 7.56 21 323 Industri Radio, Televisi, Alat-alat Rekaman Suara dan Gambar, dan Sejenisnya 7.25

22 315 Industri Bola Lampu Pijar dan Lampu Penerangan 7.07 23 271

Industri Logam Dasar Besi dan Baja 5.49 24 293

Industri Peralatan Rumah Tangga Yang Tidak Diklasifikasikan Di Tempat Lain 4.69 25 261 Industri Gelas dan Barang Dari Gelas

4.56 26 174 Industri Kapuk 3.69 27 262 Industri Barang-barang Dari Porselin 2.77 28 313 dan Telepon 2.49 Industri Kabel Listrik 29 342 Industri Karoseri Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau Lebih 1.75 30 312 Industri Peralatan Pengontrol dan Pendistribusian Listrik 1.64 31 241 Industri Bahan Kimia Industri 1.36 32 210 Industri Kertas, Barang Dari Kertas dan Sejenisnya 1.23

33 191 Industri Kulit dan Barang Dari Kulit (Termasuk Kulit Buatan) 0.92

34 202 Industri Barang-barang Dari Kayu, dan Barang-barangAnyaman Dari Rotan, 0.92 Bambu, dan Sejenisnya

35 232 Industri Pengilangan Minyak Bumi, Pengolahan Gas Bumi, dan Industri 0.78 Barang-barang Dari Hasil Pengilangan Minyak Bumi

36 243 Industri Serat Buatan 0.76 37 372

Daur Ulang Barang-barang Bukan Logam 0.72 38 222 Industri Percetakan dan Kegiatan Yang Berkaitan Dengan Pencetakan 0.70

(Termasuk Reproduksi/Cetak Ulang) 39 265 Industri Barang-barang Dari Batu 0.59

40 292 Industri Mesin-mesin Untuk Keperluan Khusus 0.54 41 221

Industri Penerbitan 0.49

No KBLI3 Keterangan CR4

42 351 Industri Pembuatan dan Perbaikan Kapal dan Perahu 0.47 43 201 Industri Penggergajian dan Pengawetan Kayu, Rotan, Bambu, dan Sejenisnya 0.47

44 151 Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging, Ikan, Buah-buahan, Sayuran,

0.39 Minyak dan Lemak

252 Industri Barang Dari Plastik 45 0.39

46 155 Industri Minuman 0.31 47 251 Industri Karet dan Barang Dari Karet 0.29

48 242 Industri Barang-barang Kimia Lainnya 0.21 49 291

Industri Mesin-mesin Umum 0.20 50 281

Industri Barang-barang Logam Siap Pasang Untuk Bangunan, Pembuatan 0.19 Tangki, dan Generator Uap 51 153 Industri Penggilingan Padi-padian, Tepung dan Pakan Ternak 0.19 52 173 Industri Perajutan

0.16 53 172 Industri Barang Jadi Tekstil dan Permadani 0.15

54 361 Industri Furnitur

0.13 55 343 Industri Perlengkapan dan Komponen Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau

0.11 Lebih

56 369 Industri Pengolahan Lainnya 0.09 57 321 Industri Tabung dan Katup Elektronik Serta Komponen Elektronik Lainnya 0.08

58 192 Industri Alas Kaki 0.06 59 359

Industri Alat Angkut Lainnya 0.06 60 263

Industri Pengolahan Tanah Liat/Keramik 0.05

61 289 Industri barang-barang logam lainnya dan jasa pembuatan barang-barang 0.04 dari logam 62 264 Industri Semen, Kapur dan Gips, Serta Barang-barang Dari Semen dan Kapur 0.04 63 171 Industri Pemintalan, Pertenunan, Pengolahan Akhir Tekstil

0.02 64 154 Industri Makanan Lainnya

Industri Pakaian Jadi dan Perlengkapannya, Kecuali Pakaian Jadi Berbulu 0.01 66 160

Industri Pengolahan Tembakau 0.00 Keterangan: · Konsentrasi rendah (kompetisi sempurna – oligopoly) : 0-50%

· Konsentrasi sedang (oligopoly) : 50 – 80 % · Konsentrasi tinggi (monopoli) : 80 – 100%

Sumber: BPS, 2006 (diolah)

Gambar A.1 Perkembangan AHH Indonesia, 1971-2035

Pria

Wanita

Sumber: SP Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010;Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035

Gambar A.2 Perkembangan AKB Indonesia, 1971-2035

2007 2012 Kematian Noenatum

Kematian Bayi Kematian Anak

Kematian Post-Noenatum

Kematian Balita

Sumber: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012

Gambar A.3 Kecenderungan Prevalensi Balita Stunting Di Indonesia Menurut Provinsi

Sumber: Riskesdas 2013

Gambar A.4 Index Social Progress

World Rank (1 to 132)

Japan Korea,

China Republic of

Sumber: Social Progress Imperative, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 1986 dan 2006.Sensus Ekonomi. Jakarta: Badan Pusat Statistik. _________.2005 dan 2012.Statistik Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________.2011.Statistik Harga Eceran Premium di Indonesia 2003-2009. __________.2011.Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 __________.2012.Statistik Harga Gabah di Indonesia 2005-2011. Daimler AG. 2013. The German Dual Vocational Training System. Presentasi Daimler AG

kepada Komite Ekonomi Nasional. Stuttgart, Germany. European Commission. 2013. Enterprise and Industry SBA Fact Sheet 2011 and 2012, Germany.Paris: European Commission. Federal Ministry of Labour and Social Affairs Germany. 2013. Social Security at a Glance 2013. Bonn, Germany. Fraunhofer IPK. 2013. Presentation to Komite Ekonomi Nasional. Berlin, Germany.

German Patent and Trade Mark Office. 2013. Presentation to Komite Ekonomi Nasional. Berlin, Jerman. Goebels, Heinz-Karl.Equality of Foreign Workers as a Task for Trade Unions. Germany. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.2011. Penerimaan Minyak Bumi dan

Subsidi BBM di Indonesia Tahun 2000-2011.Data Statistik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.2012. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia.Data Statistik. Komite Ekonomi Nasional.2012. Laporan Akhir Kajian Pengembangan Daya Saing Pasar Kerja Indonesia. Jakarta. ILO. 2010. World Social Security Report 2010/11: Providing Coverage in Times of Crisis and Beyond. Geneva: International Labour Office. IMF. 2011. Government Financial Statistic Yearbook 2001-2011. Internatinal Monetary Fund Kementerian KUMKM. 2013. Laporan Tahunan 2012. Jakarta: Kementerian KUMKM. OECD. 2013. Pisa 2012 Results: What Students Know And Can Do - Student Performance In

Mathematics, Reading And Science. Volume I. Pisa, Oecd Publishing Partadiredja, Ace. 1982. Pengantar Ekonomika. Yogyakarta: BPFE.

Salomon, Joshua A., Wang, Haidong, Freeman, Michael K., Vos, Theo., Flaxman, Abraham D., Lopez, Alan D., dan Murray, Christopher J.L. 2012. Healthy Life Expectancy For 187 Countries, 1990–2010: A Systematic Analysis For The Global Burden Disease Study 2010. Lancet 2012; Vol. 380: Hal. 2144–62.

UNESCO. 2010. World Science Report 2010. Second Revised Edition. Paris, France: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. World Bank.2006. Where is the Wealth of Nation?. Washington DC, USA: World Bank. __________. 2013. World Development Indicators 2013. Paris, France: World Bank. www.daadjkt.org diakses tanggal 20 Juli 2013. www.en.dgb.de diakses tanggal 17 Juli 2013.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24